Advertising

Wednesday, 26 May 2010

[wanita-muslimah] MENGULITI DAN MEMBEDAH BUKU: JIHAD MELAWAN ISLAM EKSTREM

 

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
Alhamdu liLlah
alladziy nawwara quluwba lmu'miniyn
Asyhadu an laa ila-ha illaLla-h, hada- man sya-a ila- shiraatin mustaqiym
Asyhadu anna muhammadan 'abduhu warasuwlahu, khyru daa'in ila ththariyqi lqawiym
Allahumma shalli wa sallim 'ala- Muhammad wa 'ala- a-lihi, waman tahazzaba quluwbahum bilqura-ni lkariym.
Asslamu 'alaykum wr.wb.

MENGULITI DAN MEMBEDAH
BUKU: JIHAD MELAWAN ISLAM EKSTREM
PENGARANG: Mohammad Said Al-Ashmawy
PENTERJEMAH: Herry Haryanto Azumi
PENERBIT: DESANTARA. Depok Jakarta
Cetakan 1: Nopember 2002

Disajikan oleh H.Muh.Nur Abdurrahman
Bertempat di Aula Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Makassar

1. PARADIGMA
Kultural dan Struktural

Mengapa harus mesti paradigma yang saya kemukakan dahulu? Saya menerima amanah untuk membedah buku, dalam arti memberikan pandangan mengenai buku tersebut. Dalam memberikan pandangan orang mesti mempunyai "sikap berpikir" yang komunikatif, tegas dan istiqamah (konsisten). Untuk itu memerlukan tumpuan untuk berpikir. Tumpuan berupa kerangka (frame work) itulah dia paradigma, yang tentu saja tidak lepas kendali dari tuntunan Al Quran.

Dalam satu kali bumi berpusing pada sumbunya ummat Islam yang shalat paling kurang 17 kali mengucapkan: Ihdina shishiraata lmustaqiym, artinya: Tunjukilah kami jalan lurus (1:6)
Maka Allah menjawab: Dza-lika lkita-bu laa rayba fiyhi hudan lilmuttaqiyn, artinya: itulah Al Kitab tak ada keraguan dalamnya menjadi petunjuk bagi orang-orang yang taqwa (2:2).
Jadi hanya orang yang taqwa yang tidak ragu terhadap Al Quran. Taqwa berasal dari akar kata yang dibentuk oleh 3 huruf: Waw, Qaf, Ya, artinya terpelihara. Maksudnya terpelihara dari ditimpa malapetaka. Ibarat orang menerobos semak-semak beronak duri, bahkan pakaiannyapun selamat dari tusukan onak duri, atau ibarat orang berlalu-lalang di jalan yang ramai kendaraan, selamat dari tabrakan ataupu senggolan kendaraan yang ramai. Supaya terhindar dari malapetaka yang siap selalu menghadang hendaklah orang itu mengerjakan seluruh perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, tegasnya melaksanakan Syari'at Islam.

Dalam setiap bulan Ramadhan ayat ini menjadi populer: Syahru ramadhaana lladziy unzila fiyhi lqur.anu hudan linnaasi wabayyinaatin mina lhuda- walfrqaan, artinya: bulan Ramadhan yaitu diturunkan dalamnya Al Quran, petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan dari petunjuk itu dan Nilai Mutlak Al Furqan (2:185).

Kalau dalam ayat (2:2) Al Quran itu petunjuk dalam konteks taqwa, yaitu orang-orang taqwa saja yang dengan penuh kesadaran menjalankan Syari'at Islam, maka ayat (2:185), Al Quran itu adalah petunjuk dalam konteks manusia sebagai spesi, yaitu sebagai makhluq pribadi dan makhluq sosial. Sebagai makhliq pribadi Nilai Mutlak itu ditanamkan dengan metode manajemen qalbu, pendekatan da'wah kultural menanamkan Syari'at Islam. Sedangkan manusia sebagai makhluq sosial keterangan-keterangan dari petunjuk itu menyangkut aturan-aturan berupa norma-norma yang ditimba dari Syari'at Islam yang harus ditaati oleh masyarakat, yaitu "law enforcement" dengan mekanisme pranata hukum. Itu yang disebut menegakkan Syari'at Islam secara da'wah politik struktural.

Kalau semua orang telah melaksanakan Syari'at Islam, maka amanlah dunia. Untuk itu perlu da'wah "manajemen qalbu" supaya orang-orang dengan kesadaran sendiri melaksanakan Syari'at Islam. Da'wah dengan pendekatan manajemen qalbu inilah yang disebut dengan pendekatan da'wah kultural. Itu idealnya, karena dalam realitasnya tidaklah mudah untuk mengajak khalayak semua orang untuk dapat melaksanakan Syari'at Islam atas dasar kesadaran melulu. Oleh sebab itu di samping pendekatan da'wah kultural tidak dapat tidak harus bersinergi dengan pendekatan da'wah politik / struktural.

***

Syahdan, menanamkan Syari'at Islam secara da'wah kultural dari bawah ke atas, sedangkan menegakkan Syari'at Islam secara da'wah politik struktural dari atas ke bawah. Oleh sebab itu mesti ada "pembagian kerja" antara lembaga yang bergerak di bidang da'wah kultural dengan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang da'wah politik struktural. Maka simaklah ayat yang berikut: Waltakun ummatun yad'uwna ila lkhayri waya'muruwna bilma'ruwfi wayanhawna 'ani lmunkari waula-ika humu lmuflihuwn, artinya: Mestilah ada di antara kamu kelompok yang menghimbau kepada nilai-nilai kebajikan dan memerintahkan berbuat baik dan mencegah kemungkaran, serta mereka itulah orang-orang yang menang (3:104).

Waltakun, di dalamnya ada lam al amar, lam yang menyatakan perintah, jadi Allah memerintahkan mesti ada tiga kelompok, yaitu organisasi yang menghimbau, organisasi yang memerintahkan dan organisasi yang mencegah. Organisasi yang menghimbau seperti MUI, Muhammadiyah, NU, IMMIM dll. organisasi da'wah yang beroperasi di bidang da'wah kultural dan organisasi yang beroperasi di bidang da'wah politik struktural, yaitu birokrasi yang memerintah dengan aturan-aturan yang ditimba dari Nilai Mutlak Al Furqan, serta pranata hukum (polisi, jaksa, hakim) yang mencegah kejahatan.

Alhasil, agar Syari'at Islam menjadi rahmatan lil'a-lamin, haruslah tegak di atas tiga kaki:
Pertama, masyarakat yang sadar akan Nilai Mutlak Al Furqan, kedua, peraturan perundang-undangan yang ditimba dari Syari'at Islam, serta ketiga, pranata hukum yang bersih dari KKN. Maka bertemulah di sini yang da'wah kultural (kaki yang pertama) dan da'wah politik struktural (kaki kedua dan ketiga). Maka hasilnya adalah seperti penutup ayat [3:104], mereka itulah orang-orang yang menang. Maka Syari'at Islam membawa rahmatan lil'a-lamin.

***

2. MENGULITI DAN MEMBEDAH
Buku Jihad Melawan Islam Ekstrem

Berdasarkan Paradigma yang telah dikemukakan di atas, saya mulai menguliti dahulu, baru kemudian membedah. Saya mulai dahulu dari Kulit Ari, yaitu Alas Pikir dari LAPAR, DESANTARA dan BEM Usuluddin Makassar. Disitu termaktub: "Islam yang diturunkan ke muka bumi tidak berbentuk tunggal", ini bertentangan dengan Al Quran: ...waradhiytu lakumu lIslaama diynan, artinya: dan Aku berkenan bagi kamu Diyn Islam [5:3].

Dalam ayat [5:3] Diynun itu dalam bentuk "mufrad", tunggal, Allah tidak memFirmankan: Adyaanun (bentuk jama', plural). Islam itu tunggal, tidak berwarna-warni. Karena yang bertanggung-jawab dalam Alas Pikir itu terlibat BEM Usuluddin Makassar, saya dengan ini menghimbau kepada Dekan Fakultas Usuluddin dan Rektor IAIN Makassar, untuk menaggulangi secara serius mengenai pelanggaran aqidah ini.

Selanjutnya saya menguliti kulit jangat, yaitu Judul Buku: "Jihad Melawan Islam Ekstrem". Dalam Al Quran jihad itu hanya ditujukan kepada orang kafir dan munafiq. Firman Allah: Ya-ayyuha nnabiyyu jaahidi lkuffaara walmunaafiqiyna artinya: Hai Nabi berjihadlah (melawan) orang kafir dan munafiq [9:73]. Sangatlah kasar, vulgar, bahwa Islam Ekstremis itu disamakan dengan orang kafir dan munafiq. Apapun yang dimaksud dengan penterjemah dan penerbit dengan istilah jihad samada jihad intelektual atau jihad secara fisik, Judul buku itu dalam bahasa Indonesia sangat provokatif, karena judulnya yang asli dalam bahasa Inggeris termaktub: "Against Islamic Ekstremism", sehingga itu di luar tanggung jawab M.S. Al Ashmawi, melainkan tanggung jawab penterjemah yaitu Hery Haryanto Azumi dan penerbit, yaitu. Desantara. Mengapa Desantara juga ikut saya seret sebagai bertanggung jawab, oleh karena tidak ada pernyataan yang menyatakan "isinya di luar tanggung-jawab penerbit"

Siapakah itu yang dimaksud dengan Islam Ekstrem oleh penterjemah dan penerbit itu? Bacalah halaman iv: "kelompok Islam ekstrem menyeret agama ke dalam ranah politik." Maka termasuklah Islam ekstrem yang menyeret agama ke dalam ranah politik, adalah Partai yang berasaskan Islam, seperti PPP yang ketuanya juga Wakil Presiden Rpublik Indonesia, PBB yang ketuanya adalah Menteri Kehakiman dan HAM, PUI, Masyumi, PSII dsb, dan last but no least KPPSI, di mana saya diundang di sini sebagai narasumber dengan predikat Wakil Ketua Majelis Syura KPPSI.

Saya lanjutkan. Judul buku: Jihad Melawan Islam Ekstrem sangat propokatif seperti telah saya tulis di atas, oleh karena menurut ayat [9:73], jihad itu ditujukan untuk melawan orang-orang kafir dan munafiq, yang berarti bahwa Islam ekstrem, yang menyeret agama itu ke ranah pilitik disamakan dengan orang-orang kafir dan munafiq, yang berarti pula PPP, PBB, KPPSI dll yang nota bene Hamzah Haz (yang Wapres) dan Yusril (yang Menkeh & Ham), adalah orang-orang kafir dan munafiq. Itu sangat tendensius, provokatif, arogan dan vulgar yang dilontarkan oleh penterjemah dan penerbit buku yang dibedah ini.
Selepas acara bedah buku ini, insya Allah, saya akan berembuk dengan tim pengacara KPPSI samada perlu atau tidak untuk melaporkan hal ini kepada pranata hukum Republik Indonesia.

***

Kini saya melangkah kepada pembedahan isi buku. Strateginya ialah dengan membedah "sikap berpikir" Mohammad Said Al Ashmawy. Sikap berpikir MSA dapat dibaca pada halaman 8. Saya kutip: "Jadi menurut Al Ashmawy, kepercayaan-kepercayaan monoteistik bangsa Mesir mendahului bahkan menyiapkan jalan bagi sejumlah jalan monoteistik lainnya yang disebarkan oleh Judaisme, Kristen dan Islam." Ini adalah sikap berpikir atheist (menolak eksistensi Tuhan), agnostik indifferent/kebingungan tentang ada atau tidak adanya Tuhan dan deist (percaya Tuhan, tetapi menolak adanya wahyu). Paganisme Mesir Kuno dikatakan oleh MSA sebagai yang menyiapkan jalan bagi Islam (lihat halaman 8), adalah sikap berpikir bahwa Islam itu sumbernya historis, bukan wahyu. MSA ada indikasi agnostik, kebingungan antara menolak wahyu dengan menganut Islam. Inilah sikap berpikir yang kacau, tidak istiqamah, sehingga buah pikirannyapun tidak karu-karuan. MSA kebingungan di antara visi humanisme di atas agama, versus impian humanisme berdasar keimanan Islam (lihat halaman 9). Maka ibarat kata pepatah dari mata air yang keruh (baca: kebingungan) akan mengalirkan air sungai yang keruh pula.

Yang jelas visi parsial MSA yang meletakkan tataran humanisme di atas agama, itu bertentangan dengan hukum positif Republik Indonesia, yaitu alinea ke-4 pembukaan UUD-1945, di mana Ketuhanan Yang Maha Esa terletak dalam hirarki teratas, kemanusiaan pada tataran ke-2, kebangsaan pada tataran ke-3, sedangkan demokrasi hanya pada tataran ke-4.

Sayapun akan menanggapi apa yang diagungkan oleh MSA yaitu paganism Mesir Kuno. Agama Mesir Kuno mempunyai tiga serangkai sesembahan: Amun - Ra - Osiris. Amun adalah pencipta, bandingkan dengan Tuhan-Bapa dalam theologi tirinitas Kristen dan Brahma/ pecipta dalam theologi trimurti agama hindu. Ra artinya anak yang menjelma ke dalam diri setiap Fir'aun. Bandingkan dengan Tuhan-Anak yang menjelma menjadi manusia dalam wujud Yesus Kristus dalam theologi Kristen dan Wisynu yang menitis ke dalam diri manusia berwujud Krishna dalam theologi Hindu. Demikian pula Osiris yang panjang lebar "diperbualkan" dalam buku yang dibedah ini. Yang fungsinya mirip-mirip dengan fungsi Roh Suci bagian Trinitas dalam theologi Kristen, yang berbeda dengan Syiwa dalam agama Hindu. Jadi Amun - Ra - Osiris adalah sumber theologi Tuhan-Bapa - Tuhan Anak - Roh Suci yang diletakkan dasarnya oleh neo platonik Paulus, yang menyelewengkan ajaran Tawhid Nabi 'Isa AS.

Akhenaton menurut MSA adalah peletak dasar monotheistik pada kurun Mesir Kuno (lihat halaman 60). Itu tidak benar, Akhenaton bukanlah peletak dasar monotheistik pada kurun Mesir Kuno. Berikut ini saya sajikan artikel saya sebagai bantahan atas tulisan MSA dalam konteks agama Mesir Kuno, lebih kurang sembilan tahun yang lalu, tepatnya pada 4 Sya'ban 1414 / 16 Januari 1994. Saya katakan lebih, karena dalam penanggalan hijriyah sudah 9 tahun lebih 3 bulan 20 hari, atau dalam penanggalan Gregorian (Miladiyah), 9 tahun kurang 11 hari.

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
112. Mazmur 104:24 - 27 dari Nabi Daud AS
vs Akhenaton's Hymns to the Aton

Telah berulang kali baik dalam media cetak, maupun dalam forum seminar, simposium, diskusi dan da'wah, saya tampilkan bahwa sains itu tidak polos, melainkan memihak kepada faham atheist, agnostik, sekuler, yaitu faham yang bersikap tidak percaya, tidak mau tahu, dan tidak mengindahkan wahyu. Tidak terkecuali ilmu sejarah dan kebudayaan yang menempatkan agama dalam posisi menjadi bagian dari kebudayaan. Adapun yang percaya kepada wahyu membagi agama itu dalam dua jenis, yaitu agama wahyu yang akarnya non-historis yang bersumber dari wahyu Allah SWT dan jenis agama kebudayaan yang akarnya historis. Agama wahyu bukanlah bagian dari kebudayaan, agama wahyu memberikan warna dan nuansa pada kebudayaan. Contohnya kebudayaan Islam adalah kebudayaan yang bernuansa dan diwarnai oleh nilai-nilai al Furqan dalam Syari'at Islam. Sedangkan jenis agama kebudayaan yang akarnya historis adalah produk kebudayaan suatu bangsa. Agama kebudayaan adalah bagian dari kebudayaan. Contohnya agama Mesir Kuno adalah produk budaya Mesir Kuno.

Dalam seri 112 ini akan ditunjukkan perbedaan antara hasil analisis pendekatan sejarah (historical approach) antara orang yang tidak percaya, tidak mau tahu, tidak mengindahkan wahyu dengan hasil analisis orang yang percaya kepada wahyu yang mempergunakan pendekatan konprehensif (sejarah dan kitabiyah, historical and scriptural). Akan saya kemukakan illustrasi kasus seperti dalam judul di atas, yaitu antara Mazmur Nabi Daud AS dengan syair pujaan Fir'aun Akhenaton, yang menyangkut visi tentang matahari.

Para pakar sejarah dan budaya yang diikat oleh disiplin ilmu sejarah dan budaya yang tidak mengindahkan wahyu, berpendapat karena zaman Akhenaton lebih tua dari zaman Daud, dengan sangat mudahnya berkesimpulan, bahwa Mazmur 104 itu mendapatkan inspirasi bahkan ada yang berpendapat hasil "plagiat" dari hymn Akhenaton kepada Aton. (Lihat misalnya: A.Powell Davis. "The Ten Commandements", The New American Library, New York, 1956, halaman 40).

Analisis saya ini yang memakai pendekatan konprehensif dapat diikuti seperti berikut. Firman Allah: Wa a-ta-hu Lla-hu lmulka wa lhikmata (s. Al Baqarah, 251), Dan Allah memberikan kerajaan dan hikmah kepadanya (Daud). Raja/Nabi Daud AS yang semula hanya menjadi raja di Israel bahagian selatan yaitu kerajaan Yahuza, kemudian menjadi raja seluruh Israel, setelah menaklukkan Jeruzalem (DaarusSalaam) yang terletak di tengah-tengah antara kerajaan selatan dengan utara. Sebagai seorang Nabi, Allah SWT menurunkan Kitab Suci Zabur (Mazmur) kepada Nabi Daud AS.

Akhenaton adalah salah seorang Fir'aun ke-9 di antara 11 Fir'aun dari dinasti XVIII. Akhenaton, yang sebelumnya bernama Amun Hotep (Amenophis) IV, adalah seorang Fir'aun yang mengadakan pembaharuan (modernisme) dalam agama Mesir Kuno, seorang monotheist. Dia memperkenalkan Tuhan yang satu-satunya harus disembah, bernama Aton. Untuk itulah mengapa ia mengubah namanya dari Amun Hotep, yang bermakna dewa Amun puas, menjadi Akhenaton, yang artinya bersama di dalam Aton. Dewa Amun adalah bagian tiga-serangkai Amun - Ra - Osiris. Ajaran monotheist Akhenaton melebur Amun - Ra - Osiris ke dalam Aton yang menjelma menjadi Ra atau matahari. Sedangkan dalam agama lama, Ra yang hanya oknum kedua dari tiga serangkai Amun - Ra - Osiris. Ra itu menitis ke dalam setiap Fir'aun yang memerintah Mesir.

Agar jelas mengapa para pakar sejarah dan kebudayaan itu berpendapat bahwa Mazmur 104:24-27 dari Nabi Daud AS itu berasal dari dari akhenaton's Hymns to the Aton, maka berikut ini akan dipaparkan ikhtisar secara khronologis tahun-tahun kejadian sebelum Miladiyah, yang erat hubungannya dengan substansi ini.
3000 - 2700, Dinasti Fir'aun di Mesir
2000 - 1500, Emigrasi besar-besaran ke seluruh daerah subur bulan sabit.
1700 - 1550, Dinasti Hyksos (Al Malik, Raja Gembala), dari Kan'an (turunan kaum 'Aad alJadid ummat Nabi Shalih AS yang beremigrasi dari Hijaz ke Kan'an, yang luput dari hukuman Allah berupa hujan deras disertai angin topan puting beliung) yang menguasai Mesir, setelah menyingkirkan dinasti Fir'aun. Insya-Allah akan ditulis nanti kaum 'Aad alQadim dan alJadid ini. Raja Gembala menerima kedatangan Nabi Ibrahim AS, mengawinkannya dengan Hajar puteri Istana (jadi bukan budak seperti termaktub dalam Bijbel). Tiga generasi kemudian dinasti Hyksos memberi izin menetap kepada orang-orang Ibrani (Habiru, = 'Ibriyyah) di delta s. Nil (Goschen) atas upaya Nabi Yusuf AS, Raja Muda Mesir.
1500 - 1200, Dominasi Mesir atas tetangga-tetangganya, setelah mendesak Hyksos keluar Mesir (1550). Orang-orang Ibrani mulai ditekan, kemudian diperbudak.
1337 - 1360, Periode pemerintahan Fir'aun Akhenaton. Hymn dari Akhenaton ditulis di atas kepingan (lahwah, tablet) dari tanah liat, didapatkan di Tell el Amarna (Tell = sejenis bukit yang terjadi dari reruntuhan bangunan).
1232 - 1224, Periode pemerintahan Fir'aun Merne Ptah, Fir'aun terakhir dari dinasti Fir'aun XIX. Bangsa Ibrani keluar dari Mesir dipimpin oleh Nabi Musa AS. Merne Ptah yang mengejar robongan bangsa Ibrani itu ditenggelamkan Allah SWT di Laut Merah. Sepeninggal Merne Ptah, Mesir kacau, yakni terjadi anarkhi selama 24 tahun.
Sekitar 1004 Nabi Daud AS menjadi raja bagian selatan dari Palestina, yaitu Kerajaan Jahuza.
998 Nabi Daud AS menjadi raja atas seluruh Palestina, setelah menaklukkan Jerusalem dan menjadikannya ibu-kota kerajaan.

***

Dengan pendekatan historis para pakar sejarah dan budaya yang tidak percaya wahyu (deist, agnostik, atheist) dengan enaknya secara gampangan berceroboh menyimpulkan, karena Nabi Daud AS hidup 4 abad sesudah Akhenaton, maka Mazmur Daud adalah hasil plagiat dari hymn Akhenaton ini. Bangsa Ibrani meninggalkan Mesir dengan dikejar-kejar oleh Fir'aun, tidak mungkin membawa dokumen ke-fir'aunan Mesir. Artinya Nabi Daud AS mempunyai jarak space and time yang tidak memungkinkan berkomunikasi dengan kebudayaan ke-fir'aunan Mesir. Dokumen ke-fir'aunan Mesir termasuk yang menyangkut hymn Akhenaton, secara historis tidak mungkin sampai kepada Nabi Daud AS. Maka menjadi fakta sejarah lahwah hieroglyph Akhenaton tempat hymn itu dituliskan terpendam dalam reruntuhan yang menjadi bukit dan baru didapatkan pada abad ke-20 ini. Maka kesimpulan para pakar sejarah dan budaya itu bahwa Mazmur Daud adalah hasil plagiat dari hymn Akhenaton ini, adalah sungguh-sungguh kecerobohan, sama sekali tidak ilmiyah, itu adalah hasil imajinasi yang bernuansa fitnah. Demikanlah dengan semata-mata pendekatan historis tidaklah mungkin dapat menjelaskan mengapa terdapat kemiripan antara Zabur dengan hymn itu.

Namun dengan pendekatan historis yang mengindahkan wahyu perkara itu dapat dicerahkan. Nabi Daud AS adalah seorang Nabi, sehingga terjauh dari sifat tercela memplagiat. Lalu mengapa terdapat kemiripan Zabur dengan hymn itu? Itulah gunanya pendekatan historis dengan mengindahkan wahyu.

Kita mulai dahulu dengan pendekatan historis. Dari mana Akhenaton mendapatkan konsep monotheist itu? Coba lihat catatan khronologi persitiwa di atas itu. Tiga abad sebelum Akhenaton, Nabi Yusuf AS menjabat Raja Muda Mesir dalam dinasti Hyksos. Pastilah Akhenaton mendapatkan ajaran monotheist itu dalam dokumen ke-firaunan Mesir yang berasal dari dokumen ke-hyksosan, yang di antaranya terdapat pula catatan ajaran Nabi Yusuf AS dalam gaya puisi. Dasar Akhenaton yang ditempa dalam alam agama Mesir Kuno, maka Akhenaton mencoba menyatukan ketiga oknum Amun - Ra - Osiris, menjadi satu di dalam Aton. Ajaran Nabi Yusuf AS yang dituliskan dalam gaya puisi sempat pula dibaca oleh Akhenaton, sehingga terjadi kemiripan di antara keduanya.

Dengan pendekatan wahyu dapat pula dijelaskan bahwa gaya puisi dari ajaran Nabi Yusuf AS yang bersumberkan wahyu, mengapa terdapat kemiripan dengan Zabur Nabi Daud AS, ialah karena bersumber dari Sumber yang sama yaitu dari wahyu yang diturunkan kepada Nabi Yusuf dan Nabi Daud 'AlayhimasSalaam.

Alhasil kemiripan itu secara historis dari Nabi Yusuf AS ke Akhenaton dan secara pendekatan wahyu ialah Nabi Yusuf AS dan Nabi Daud AS masing-masing memperolehnya dari Sumber yang sama melalui wahyu. Jadi sama sekali tidak ada hubungan historis antara Fir'aun Akhenaton dengan Nabi Daud AS.

Marilah kita lihat isi Zabur dan hymn itu (dalam terjemahan Inggris) yang mengandung kata MATAHARI. Dalam hymn Akhenaton tertulis:
"Thou risest beautifully in the horizon. Thou art Ra and bringest them all."
Dalam Mazmur 104: Thou hast made the moon to mark the season; (and made) the sun knows its time for setting.

Di sini kelihatan perbedaan asasi antara hymn Akhenaton dengan Zabur (Mazmur) Nabi Daud AS. Akhenaton menganggap tuhan yang bernama Aton itu memanifestasikan dirinya sebagai matahari (Ra). Sedangkan Mazmur karena berasal dari wahyu Allah SWT, maka bersih dari syirk. Matahari itu tak lain adalah makhluq ciptaan Allah. WaLlahu a'lamu bishshawab. Seri 112 ini ditulis di Fajar pada 4 Sya'ban 1414 / 16 Januari 1994.

Hadirin, itulah kutipan artikel Seri 112 sebagai bantahan atas visi MSA bahwa kepercayaan monoteistik bangsa Mesir menyiapkan jalan bagi Islam. Bahwa sesungguhnya paganisme Mesir Kuno Amun - Ra - Osiris mempengaruhi paganisme bangsa-bangsa Mediterranean seperti Yunani Kuno. Oleh Paulus penganut Neo-Platonik menyelewengkan ajaran Tawhid Nabi Isa AS, itulah yang dianut oleh Trinitarian Christian: Tuhan Bapa - Tuhan Anak - Roh Suci. Amun / Tuhan Bapa berfungsi sebgai kuasa pencipta, Ra / Tuhan anak menjelma ke dalam diri Firaun / Jesus Kristus dan Osiris / Roh Suci fungsinya dijelaskan panjang lebar oleh buku MSA yang dibedah ini. Jadi paganisme tri-tunggal Mesir Kuno itulah yang menjadi akar historis dari theologi Trinitarian Christian. (Adapun ajaran monothesitk Fir'aun Akhenaton yang memeras Amun - Ra - Osiris menjadi Aton hanya bertahan selama hidupnya Akhenaton saja dengan isterinya Nefretiti). Sedangkan ajaran Tawhid dari Nabi Musa, Nabi 'Isa 'alayhimassalam dan Nabi Muhammad SAW sumbernya adalah non-historis, yakni bersumber dari wahyu.

Sikap berpikir MSA sangatlah tidak karu-karuan, ia agnostik (kebingungan) antara pendirian bahwa kepercayaan-kepercayaan monoteistik bangsa Mesir mendahului bahkan menyiapkan jalan bagi sejumlah jalan monoteistik lainnya yang disebarkan oleh Judaisme, Kristen dan Islam versus rukun iman: "Alladziyna yu'minuwna bimaa unzila ilayka wamaa unzila min qablika," yang artinya: Yaitu yang beriman kepada apa yang Kuturunkan kepada engkau (Muhammad) dan beriman kepada apa yang Kuturunkan sebelum engkau (2:3) . Tegasnya MSA agnostik antara tidak percaya kepada wahyu versus yang ia harus imani sebagai seorang Islam, yaitu bahwa Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Musa, Nabi 'Isa 'alayhimassalam dan Nabi Muhammad SAW.

Seperti yang telah saya katakan, saya bertumpu di atas paradigma yang telah saya paparkan lebih dahulu, membedah isi buku MSA dengan strategi membedah "sikap berpikirnya". Sikap berpikir yang membuahkan visi, ibarat sumber mata air, sedangkan tulisannya yang berwujud buku yang dibedah tersebut ibarat air sungai.

Alhasil, maka kesimpulannya, dari mata air yang keruh mengalir keluar menjadi air sungai yang keruh pula. Keruh dalam arti tendensius, provokatif, arogan dan vulgar yang dilontarkan oleh penterjemah dan penerbit. Keruh dalam arti sikap berpikir yang agnostik dari penulis buku, yaitu sikap berpikir MSA yang tidak karu-karuan, kacau, agnostik, kebingungan, tidak istiqamah antara menolak wahyu versus salah satu rukun iman, antara visi humanisme di atas agama, verus impian humanisme berdasar keimanan Islam.

WaLlahu a'lamu bishshawab.
Wassalamu 'alaykum wr.wb.
Makassar, 24 DzulQaidah 1423 H / 27 Januari 2003

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment