Advertising

Sunday 23 May 2010

[wanita-muslimah] Seluk Beluk Wahabi

 

PERSEPSI NON-WAHABI TERHADAP WAHABI

Orang-orang biasa menuduh "wahabi " kepada setiap orang
yang melanggar tradisi, kepercayaan dan bid'ah mereka,
sekalipun keperca-yaan-kepercayaan mereka itu rusak,
bertentangan dengan Al-Qur'anul Karim dan hadits-hadits
shahih . Mereka menentang dakwah kepada tauhid dan enggan
berdo'a (memohon) hanya kepada Allah SWT semata.

Suatu kali, di depan seorang syaikh penulis membacakan
hadits riwayat Ibnu Abbas yang terdapat dalam kitab
Al-Arba'in An-Nawa-wiyah. Hadits itu berbunyi:
"Jika engkau memohon maka mohonlah kepada Allah SWT, dan
jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan
kepa-da Allah SWT." (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits
hasan shahih )

Penulis sungguh kagum terhadap keterangan Imam An-Nawawi
ketika beliau mengatakan, "Kemudian jika kebutuhan yang
diminta-nya -menurut tradisi- di luar batas kemampuan
manusia, seperti meminta hidayah (petunjuk), ilmu,
kesembuhan dari sakit dan kesehatan maka hal-hal itu
(mesti) memintanya hanya kepada Allah SWT semata. Dan jika
hal-hal di atas dimintanya kepada makhluk maka itu amat
tercela."

Lalu kepada syaikh tersebut penulis katakan, "Hadits ini
berikut keterangannya menegaskan tidak dibolehkannya
meminta pertolongan kepada selain Allah SWT." Ia lalu
menyergah, "Malah sebaliknya, hal itu dibolehkan!"
Penulis lalu bertanya, "Apa dalil anda?" Syaikh itu
ternyata marah sambil berkata dengan suara tinggi,
"Sesungguhnya bibiku berkata, wahai Syaikh Sa'd!" dan Aku
bertanya padanya, "Wahai bibiku, apakah Syaikh Sa'd dapat
memberi manfaat kepadamu?" Ia menjawab, "Aku berdo'a
(meminta) kepadanya, sehingga ia menyam-paikannya kepada
Allah SWT, lalu Allah SWT menyembuhkanku."
Lalu penulis berkata, "Sesungguhnya engkau adalah seorang
alim. Engkau banyak habiskan umurmu untuk membaca
kitab-kitab. Tetapi sungguh mengherankan, engkau justru
mengambil akidah dari bibimu yang bodoh itu."
Ia lalu berkata, "Pola pikirmu adalah pola pikir wahabi.
Engkau pergi berumrah lalu datang dengan membawa
kitab-kitab wahabi."

Padahal penulis tidak mengenal sedikitpun tentang wahabi
kecuali sekedar penulis dengar dari para syaikh. Mereka
berkata tentang wahabi, "Orang-orang wahabi adalah mereka
yang melanggar tradisi orang kebanyakan. Mereka tidak
percaya kepada para wali dan karamah-karamahnya, tidak
mencintai Rasul dan berbagai tuduhan dusta lainnya."

Jika orang-orang wahabi adalah mereka yang percaya hanya
kepada pertolongan Allah SWT semata, dan percaya yang
menyembuhkan hanyalah Allah SWT, maka aku wajib mengenal
wahabi lebih jauh."
Kemudian penulis tanyakan jama'ahnya, sehingga penulis
mendapat informasi bahwa pada setiap Kamis sore mereka
menyeleng-garakan pertemuan untuk mengkaji pelajaran
tafsir, hadits dan fiqih.

Bersama anak-anak penulis dan sebagian pemuda intelektual,
penulis mendatangi majelis mereka. Kami masuk ke sebuah
ruangan yang besar. Sejenak kami menanti, sampai tiada
berapa lama seorang syaikh yang sudah berusia masuk
ruangan. Beliau memberi salam kepada kami dan menjabat
tangan semua hadirin dimulai dari sebelah kanan, beliau
lalu duduk di kursi dan tak seorang pun berdiri untuk-nya.
Penulis berkata dalam hati, "Ini adalah seorang syaikh
yang tawadhu' (rendah hati), tidak suka orang berdiri
untuknya (dihormati)."
Lalu syaikh membuka pelajaran dengan ucapan,

"Sesungguhnya segala puji adalah untuk Allah SWT. Kepada
Allah SWT kami memuji, memohon pertolongan dan ampunan...",
dan selanjutnya hingga selesai, sebagaimana Rasulullah SAW
biasa membuka khut-bah dan pelajarannya.
Kemudian syaikh itu memulai bicara dengan menggunakan
bahasa Arab. Beliau menyampaikan hadits-hadits seraya
menjelaskan derajat shahihnya dan para perawinya. Setiap
kali menyebut nama Nabi SAW, beliau mengucapkan shalawat
atasnya. Di akhir pelajaran, beberapa soal tertulis
diajukan kepadanya. Beliau menjawab soal-soal itu dengan
dalil dari Al-Qur'anul Karim dan sunnah Nabi SAW saw.
Beliau berdiskusi dengan hadirin dan tidak menolak setiap
penanya. Di akhir pelajaran, beliau berkata, "Segala puji
bagi Allah SWT bahwa kita termasuk orang-orang Islam dan
salaf. Sebagian orang menuduh kita orang-orang wahabi .
Ini termasuk tanaabuzun bil alqaab (memanggil dengan
panggilan-panggilan yang buruk). Allah SWT melarang kita
dari hal itu dengan firmanNya,

"Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar
yang buruk." (Al-Hujurat: 11)

Dahulu, mereka menuduh Imam Syafi'i dengan rafidhah.
Beliau lalu membantah mereka dengan mengatakan, "Jika
rafidah (berarti) mencintai keluarga Muhammad. Maka
hendaknya jin dan manusia menyaksikan bahwa sesungguhnya
aku adalah rafidhah."

Maka, kita juga membantah orang-orang yang menuduh kita
wahabi, dengan ucapan salah seorang penyair, "Jika
pengikut Ahmad adalah wahabi. Maka aku berikrar bahwa
sesungguhnya aku wahabi."
Ketika pelajaran usai, kami keluar bersama-sama sebagian
para pemuda. Kami benar-benar dibuat kagum oleh ilmu dan
kerendahan hatinya. Bahkan aku mendengar salah seorang
mereka berkata, "Inilah syaikh yang sesungguhnya!"

A. PENGERTIAN WAHABI

Musuh-musuh tauhid memberi gelar wahabi kepada setiap
muwahhid (yang mengesakan Allah SWT), nisbat kepada
Muhammad bin Abdul Wahab, Jika mereka jujur, mestinya
mereka mengatakan Muhammadi nisbat kepada namanya yaitu
Muhammad. Betapapun begitu, ternyata Allah SWT menghendaki
nama wahabi sebagai nisbat kepada Al-Wahhab (Yang Maha
Pemberi), yaitu salah satu dari nama-nama Allah SWT yang
paling baik (Asmaa'ul Husnaa).

Jika shufi menisbatkan namanya kepada jama'ah yang memakai
shuf (kain wol) maka sesungguhnya wahabi menisbatkan diri
mereka dengan Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi), yaitu Allah
SWT yang memberi-kan tauhid dan meneguhkannya untuk
berdakwah kepada tauhid.

B. MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB

Beliau dilahirkan di kota 'Uyainah, Nejed pada tahun 1115
H. Hafal Al-Qur'an sebelum berusia sepuluh tahun. Belajar
kepada ayahandanya tentang fiqih Hambali, belajar hadits
dan tafsir kepada para syaikh dari berbagai negeri,
terutama di kota Madinah. Beliau memahami tauhid dari
Al-Kitab dan As-Sunnah. Perasaan beliau ter-sentak setelah
menyaksikan apa yang terjadi di negerinya Nejed de-ngan
negeri-negeri lainnya yang beliau kunjungi berupa
kesyirikan, khurafat dan bid'ah. Demikian juga soal
menyucikan dan mengkultus-kan kubur, suatu hal yang
bertentangan dengan ajaran Islam yang benar.

Ia mendengar banyak wanita di negerinya ber-tawassul
dengan pohon kurma yang besar. Mereka berkata, "Wahai
pohon kurma yang paling agung dan besar, aku menginginkan
suami sebelum setahun ini."

Di Hejaz, ia melihat pengkultusan kuburan para sahabat,
keluarga Nabi SAW (ahlul bait), serta kuburan Rasulullah
SAW, hal yang sesungguhnya tidak boleh dilakukan kecuali
hanya kepada Allah SWT semata.

Di Madinah, ia mendengar permohonan tolong (istighaatsah)
kepada Rasulullah SAW, serta berdo'a (memohon) kepada
selain Allah SWT, hal yang sungguh bertentangan dengan
Al-Qur'an dan sabda Rasulullah SAW. Al-Qur'an menegaskan:

"Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi
manfa'at dan tidak (pula) memberi madharat kepadamu selain
Allah SWT, sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu,
sesungguh-nya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang
zhalim." (Yunus: 106)

Zhalim dalam ayat ini berarti syirik. Suatu kali,
Rasulullah SAW berkata kepada anak pamannya, Abdullah bin
Abbas:
"Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah SWT, dan jika
eng-kau meminta pertolongan mintalah pertolongan kepada
Allah SWT." (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hasan shahih)

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab menyeru kaumnya kepada
tauhid dan berdo'a (memohon) kepada Allah SWT semata,
sebab Dialah Yang Mahakuasa dan Yang Maha Menciptakan
sedangkan selainNya adalah lemah dan tak kuasa menolak
bahaya dari dirinya dan dari orang lain. Adapun mahabbah
(cinta kepada orang-orang shalih), adalah dengan mengikuti
amal shalihnya, tidak dengan menjadikannya sebagai
perantara antara manusia dengan Allah SWT, dan juga tidak
menjadikannya sebagai tempat bermohon selain daripada
Allah SWT.

1. Penentangan orang-orang batil terhadapnya:

Para ahli bid'ah menentang keras dakwah tauhid yang
dibangun oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Ini tidak
mengherankan, sebab musuh-musuh tauhid telah ada sejak
zaman Rasulullah SAW r. Bahkan mereka merasa heran
terhadap dakwah kepada tauhid. Allah SWT berfirman:

"Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu
saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat
menghe-rankan." (Shaad: 5)
Musuh-musuh syaikh memulai perbuatan kejinya dengan
memerangi dan menyebarluaskan berita-berita bohong
tentangnya. Bahkan mereka bersekongkol untuk membunuhnya
dengan maksud agar dak-wahnya terputus dan tak
berkelanjutan. Tetapi Allah SWT menjaganya dan memberinya
penolong, sehingga dakwah tauhid terbesar luas di Hejaz,
dan di negara-negara Islam lainnya.

Meskipun demikian, hingga saat ini, masih ada pula
sebagian manusia yang menyebarluaskan berita-berita
bohong. Misalnya mereka mengatakan, dia (Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahab) adalah pembuat madzhab yang kelima,
padahal dia adalah seorang penganut madzhab Hambali.
Sebagian mereka mengatakan, orang-orang wahabi tidak
mencintai Rasulullah SAW serta tidak bershalawat atasnya.
Mereka anti bacaan shalawat.

Padahal kenyataannya, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
telah menulis kitab "Mukhtashar Siiratur Rasuul ". Kitab
ini bukti sejarah atas kecintaan Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahab kepada Rasulullah SAW . Mereka mengada-adakan
berbagai cerita dusta tentang Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahab, suatu hal yang karenanya mereka bakal dihisab pada
hari Kiamat.
Seandainya mereka mau mempelajari kitab-kitab beliau
dengan penuh kesadaran, niscaya mereka akan menemukan
Al-Qur'an, hadits dan ucapan sahabat sebagai rujukannya.

Seseorang yang dapat dipercaya memberitahukan kepada
penulis, bahwa ada salah seorang ulama yang memperingatkan
dalam penga-jian-pengajiannya dari ajaran wahabi. Suatu
hari, salah seorang dari hadirin memberinya sebuah kitab
karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Sebelum
diberikan, ia hilangkan terlebih dahulu nama pengarangnya.
Ulama itu membaca kitab tersebut dan amat kagum dengan
kandungannya. Setelah mengetahui siapa penulis buku yang
dibaca, mulailah ia memuji Muhammad bin Abdul Wahab.

2. Dalam sebuah hadits disebutkan:

"Ya Allah SWT, berilah keberkahan kepada kami di negeri
Syam, dan di negeri Yaman. Mereka berkata, 'Dan di negeri
Nejed.' Rasu-lullah berkata, 'Di sana banyak terjadi
berbagai kegoncangan dan fitnah, dan di sana (tempat)
munculnya para pengikut setan." (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)

Ibnu Hajar Al-'Asqalani dan ulama lainnya menyebutkan,
yang dimaksud Nejed dalam hadits di atas adalah Nejed
Iraq. Hal itu terbukti dengan banyaknya fitnah yang
terjadi di sana. Kota yang juga di situ Al-Husain bin Ali
radhiallaahu anhu dibunuh.
Hal ini berbeda dengan anggapan sebagian orang, bahwa yang
dimaksud dengan Nejed adalah Hejaz, kota yang tidak pernah
tampak di dalamnya fitnah sebagaimana yang terjadi di
Iraq. Bahkan seba-liknya, yang tampak di Nejed Hejaz
adalah tauhid, yang karenanya Allah SWT menciptakan alam,
dan karenanya pula Allah SWT mengutus para rasul.

3. Sebagian ulama yang adil sesungguhnya menyebutkan:

Bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah salah
se-orang mujaddid (pembaharu) abad dua belas Hijriyah.
Mereka menulis buku-buku tentang beliau. Di antara para
pengarang yang menulis buku tentang Syaikh adalah Syaikh
Ali Thanthawi. Beliau menulis buku tentang "Silsilah
Tokoh-tokoh Sejarah", di antara mereka terdapat Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab dan Ahmad bin 'Irfan.

Dalam buku tersebut beliau menyebutkan, akidah tauhid
sampai ke India dan negeri-negeri lainnya melalui jama'ah
haji dari kaum muslimin yang terpengaruh dakwah tauhid di
kota Makkah. Karena itu, kompeni Inggris yang menjajah
India ketika itu, bersama-sama dengan musuh-musuh Islam
memerangi akidah tauhid tersebut. Hal itu
dilakukan(kompeni Inggris) karena mereka mengetahui bahwa
akidah tauhid akan menyatukan umat Islam dalam melawan
mereka.

Selanjutnya mereka mengomando kepada kaum Murtaziqah agar
mencemarkan nama baik dakwah kepada tauhid. Maka mereka
pun menuduh setiap muwahhid yang menyeru kepada tauhid
dengan kata wahabi. Kata itu mereka maksudkan sebagai
padanan dari tukang bid'ah, sehingga memalingkan umat
Islam dari akidah tauhid yang menyeru agar umat manusia
berdo'a hanya semata-mata kepada Allah SWT. Orang-orang
bodoh itu tidak mengetahui bahwa kata wahabi adalah nisbat
kepada Al-Wahhaab (yang Maha Pemberi), yaitu salah satu
dari Nama-nama Allah SWT yang paling baik (Asma'ul Husna)
yang memberikan kepadanya tauhid dan menjanjikannya masuk
Surga.

JALAN GOLONGAN YANG SELAMAT
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment