----- Original Message -----
From: Ok Taufik
To: sabili
Sent: Friday, March 02, 2012 11:14 AM
Subject: Re: [Sabili] Komunitas Dayak Islam Memang Tidak Menghendaki FPI
gini saja deh, kerusuhan kalbar-kalteng antara daya-madura itu sebenarnya bukan kerusuhan etnis, tapi benar-benar kerusuhan agama dimana dayak (yang kafir saja, bukan semua dayak) membantai Ummat Islam dan mengusirnya, setelah itu terjadi euforia yang sangat besar dari suku dayak di kalimantan ini, kaltim / balikpapan saja yang dari dulu kondusif sekarang sudah di ganggu oleh preman dayak , tanah-tanah rakyat pendatang sering di caplok mereka, dan tahun lalu hampir saja terjadi konflik antara Muslim bugis dengan dayak dalam kerangka ke indonesiaan tindakan mereka sudah menyalahi UUD dan kedaulatan NKRI. Tidk ada aturannya suku disini bisa mengusir WNI di daerah hukum Indonesia, apa lagi menghilangkan hak kepemilikan, hak ibadah, hak bekeluarga, hak ekonomi mereka. Aparat memang tak berdaya atau menikmati situasi ini, pembunuhan dan pembersihan di wilayah NKRI sendiri di biarkan dan dilanggengkan. Akan kah ini akan terus berlanjut?, dayak akan kena batunya dengan mengusir dakwah Ummat Islam disana (FPI), konflik yang lebih besar pasti akan terjadi, antara ummat Islam keseluruhan dengan dayak (yang kafir saja, bukan semua dayak) seluruh kalimantan, mereka tak berhak mengatakan FPI tak layak di sana, bagaimanapun FPI adalah bagian Ummat Islam, Ustadz santun asli Kalimantan sendiri -suku Banjar (Ilham) terang menyalahkan tindakan dayak tersebut, apakah Daya tak sadar bagaimana panglima burung mereka kalah adu ilmu di Pontianak sana dengan Ustadz Hidayatullah yang menyebabkan tewasnya panglima yang mereka agung2 kan tersebut? (Ilmu Setan vs Ilmu Allah SWT). Lantas bagaimana mereka harus melawan Ummat Islam Banjar disana?, belumm lagi Ummat Islam Madura, Bugis yang jelas sudah punya masalah dengan mereka. Apakah dayak kalimantan tidak sadar bahwa mereka juga pendatang dari daerah thailand / vetnam / laos sana? yang terusir karena kepala mereka dipenggal sehingga melarikan ke kalimantan?, mana ada perkampungan Daya berada di pesisir laut, semuanya jauh di hulu sungai karena ketakutan di kejar oleh pemenggal kepala mereka dari thailand / laos / vetnam sana. dan pengalaman penggal kepala tersebut mereka lakukan buat warga Republik Indonesia. Daya sebelum beragama khatolik biasanya baik2 saja, tapi setelah masuknya missionaris dari eropa/PHILIPINA mereka sangat membenci Ummat Islam, jadi lebih banyak disusupi pengajaran kebencian khatolik terhadap Ummat Islam.
Ya udah. Gw kasih lagi daahhh!!! Bukan dari sinarharapan!! Gw tunggu komennya lagi yah...orang islam lho yg nulis hehe...
Menjawab Tuduhan FPI atas penolakan warga Dayak di Kalimantan Tengah
by Cakra Wirawan Emil Bangkan on Thursday, February 16, 2012 at 2:08am·
Saat ini sedang hot-hotnya dibicarakan ketika terjadi penolakan FPI di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya, namun muncul berita-berita lancung dari fihak FPI. Sebagai salah satu putra Dayak Ngaju, tentu saya merasa perlu untuk membalas berita-berita lancung tersebut.. karena memang semestinya tulisan dibalas tulisan, thesis dibalas thesis, bukan malah tulisan/argumen dibalas dengan kekerasan.
Didalam beberapa statemet FPI yang dimuat dalam media fasis agama disebutkan bahwa "Dayak Kafir, Ndeso!", "Kafir Harbi- yang halal darahnya"..
http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2012/02/13/17720/dayak-kafir-ndeso-bernafsu-bunuh-habib-rizieq-padahal-belum-kenal/
http://arrahmah.com/read/2012/02/11/17991-munarman-kafir-yang-menghalangi-dakwah-adalah-kafir-harbi-halal-darahnya.html
Pernyataan-pernyataan ini sangat disayangkan, karena pernyataan seperti ini bisa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Kali ini saya akan membahas kasus ini dari sudut pandang awam saya, agar
tidak terjadi kesimpang siuran (setidaknya dari teman-teman FB saya), bahwa warga dayak tidak bermasalah dengan agama Islam tetapi bermasalah dengan FPI...
Mari kita mengenal suku Dayak terlebih dahulu..
DAYAK PADA MASA KEGELAPAN
Dayak adalah suku asli yang mendiami pulau kalimantan yang memiliki ratusan sub suku dayak, memiliki bahasa yang berbeda, beberap tradisi yang berbeda namun pada umumnya jauh sebelum kepercayaan seperti Hindu, Islam dan Kristen masuk ke tanah kalimantan, orang-orang dayak telah memiliki kepercayaan leluhur, yang sekarang disebut dengan "Kaharingan"--
kaharingan memiliki makna "kehidupan". Didalam setiap sub- suku dayak memiliki beberap variasi tradisi dan adat.
Disamping itu pada zaman dulu orang-orang dayak memiliki tradisi "mengayau" dan "jipen"-- mengayau adalah tradisi memenggal kepala manusia pada masa perang atau digunakan untuk keperluan upacara-upacara adat, sedangkan 'jipen' adalah- perbudakan hasil tawanan perang yang kemudian jipen ini dapat dikorbankan ketika upacara tiwah oleh sang pemilik jipen yang meninggal sebagai pelayannya di "lewu liau"/ Dunia orang mati.
Penulis pada bulan desember lalu pergi ke kampung halaman kakek ku di Tangkahen tidak begitu jauh dari Palangkaraya, disana penulis berkesempatan melihat sandung dan jejak rumah betang, dan menurut cerita ibuku dahulu dikampung ini ada rumah betang yang bertingkat tiga. Pada masa asang-kayau - (Pada masa orang dayak masih berperang satu sama lain, membunuh dan mengayau) jika "asang-kayau" mulai menyerang kampung, maka semua orang segera masuk kedalam rumah betang, dimana anak-anak dan perempuan diungsikan ditingkat paling atas, laki-laki berjaga ditingkat bawah dan tangga akan segera diangkat.
Perlu diakui orang-orang dayak pada zaman dahulu memiliki tradisi dan
kebudayaan yang kurang baik, namun bukankah kebudayaan itu bersifat
progresif, manusia akan semakin menemukan "era of reasoning", seperti yang dialami masyarakat eropa pada abad pertengahan juga sampai pada masa revolusi gereja dan berpengaruh pada revolusi industri. Demikian juga masyarakat arab pada jaman jahiliyah. Masyarakat Dayak menemukan titik "era of reasoningnya" pada tahun 1864 yaitu melalui Rapat Damai Tumbang Anoi. Dimana semua suku dayak untuk pertama kalinya berkumpul dan memutuskan untuk berhenti dari kebiasaan mengayau dan jipen. Dalam hasil rapat itu dihasilkan 96 pasal yang mangtur hidup bersosial dan beradat. What a wonderful story mengingat pada zaman itu transportasi yang sukar, alat komunikasi yang tidak ada, bahkan setiap sub suku dayak memiliki bahasa yang berbeda-beda namun berhasil menghasilkan suatu
keputusan yang melampaui stigma "kampungan" / "ndeso" terhadap orang
dayak.
MASUKNYA AGAMA SAMAWI DALAM LINGKUNGAN DAYAK
Masuknya agama Semawi kedalam tanah Borneo tidak lepas dari kedatangan bangsa Eropa, Melayu dan mubaligh dari tanah Jawa. Walau sebelumnya orang Kalimantan telah menerima terlebih dahulu agama Hindu yaitu ditandai dengan berdirinya kerajaan Kuatai Kertanegara.
Stigma yang terjadi saat ini kata Dayak hanya digunakan bagi orang asli Kalimantan yang masih beragama Kaharingan atau Kristen, sedangkan Dayak yang masuk Islam tidak ingin disebut dayak lagi tetapi melayu atau Banjar. Stigma ini mungkin muncul akibat pengaruh politik devide et impera, dan adanya tekanan terhadap orang Dayak pada zaman dulu yang dianggap sebagai kampungan. Cerita ini banyak terjadi di kawasan Kalimantan Barat, dimana orang-orang dayak yang convert ke Islam meninggalkan budaya dan tradisinya, dan mulai mengubah identitasnya
sebagai orang melayu. Penulis pernah bertugas di Balikpapan, ketika itu
berkenalan dengan seseorang sebut saja namanya Bapak "Anoi", beliau
mengaku dirinya orang Banjar, namun ketika saya memperkenalkan diri saya sebagai orang Dayak Ngaju, baru Bapak ini mengakui bahwa dirinya adalah orang Dayak juga tetapi dayak Bakumpai.
Walau tidak semua dayak yang convert ke islam "malu" akan identitas kedayakannya, di Kalimantan Tengah pada umumnya komposisi 50-50 Muslim dan Non Muslim, namun baik itu dayak muslim atau kristen masih mengakui dirinya sebagai orang dayak. Hal ini dapat dilihat dalam upacara Tiwah (upacara pemakaman Kaharingan) dimana dalam penyembelihan kurban dilakukan oleh orang Muslim, sehingga sodara-sodara muslim lain dapat ikut bersama upacara Tiwah. Ketika agama Semawi mulai masuk ke kalimantan tidak ada penolakan, ataupun pemaksaan untuk memeluk suatu agama manapun, bahkan tidak heran dalam satu keluarga bisa banyak terdapat agama, karena falsafah "Rumah Betang".. Rumah Betang adalah rumah panjang, dimana semua keluarga besar tinggal pada rumah yang sama saling berinteraksi dan saling tolong menolong. Stigma terhadap orang dayak yang masih menganut agama "helo" / "tatu hiang" (agama leluhur) sebagai "heiden"/ "kafir" adalah pengaruh politik devide et impera, namun falsafah rumah betang ini yang mempersatukan , ini terbukti sampai sekarang ini tidak pernah ada keributan yang bernuansa agama.
Pada tahun 2000 ketika terjadi kerusuhan Sampit, banyak oknum yang hendak mencoba mengalihkan ke isu agama. saya pernah menonton suatu video yang beredar youtube tentang kerusuhan sampit, dengan background bahasa arab dan menjelaskan bahw ini penyerangan orang2 kristen terhadap orang islam, namun itu tidaklah benar. Selama kerusuhan sampit tidak ada satupun mesjid atau rumah ibadah yang dirusak atau dibakar. Bahkan ketikan tahun 2000an itu ketika saya berada di Jakarta untuk mengikuti kongres Anak Indonesia, salah satu peserta dari daerah lain mencoba menjelaskan bahwa dalam kerusuhan Sampit banyak mesjid yang dibakar. Lalu saat itu saya maju dan menanyakan adakah data mesjid yang dibakar? dan saya menanyakan dia berasal dari daerah mana? ternyata dia bukan berasal dari
Kalimantan Tengah, dan dia tidak memiliki data tetapi hanya mendengar
"katanya".
Jasi kesimpulan saya adalah, suku dayak adalah suku yang terbuka dan siap menerima perubahan zaman dan tidak akan melupakan identitas kesukuannya, selama falsafah rumah betang masih dipegang maka isu-isu mengenai agama tidak akan berhasil memecah belah persatuan orang dayak.
Menjawab Tuduhan FPI
Setelah kita cukup membahas tentang Dayak, sekarang saya ingin menanggapi tuduhan-tuduhan yang dilotarkan fihak FPI terhadap orang dayak baik itu melalui media online maupun TV.
1. Dayak = Kafir
Pernyataan ini dikemukakan oleh Munarman yang dimuat dalam website:
http://arrahmah.com/read/2012/02/11/17991-munarman-kafir-yang-menghalangi-dakwah-adalah-kafir-harbi-halal-darahnya.html
Pernyataan ini sungguh sangat melukai perasaan orang dayak, baik itu dayak muslim ataupun non muslim. Pernyataan ini sungguh dapat menyebabkan perpecahan bangsa. Apalagi dikatakan "halal" darahnya. Sodara munarman mungkin lupa bahwa kata "kafir" adalah antonim dari kata "syakir" atau syukur.
Orang-orang kafir adalah orang yang tidak pernah bersyukur, kafir juga
memiliki makna orang-orang yang tertutup. Jika kita merunut kedalam
sejarah abad-abad pertengahan melalaui catatatan-catatan The Principal Navigations, Voyages, Traffiques and Discoveries of the English Nation. Perkataan kafir pada awalnya digunakan pada abad-15 untuk "budak-budak" afrika oleh bangsa arab yang kemudian diadopsi oleh bangsa eropa (dapat dilihat dalam buku "enslopedia of Islam" yang ditulis oleh Juan E. Campo hal.422)
http://books.google.dk/books?id=OZbyz_Hr-eIC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false
Pada masa islam sendiri kata-kata kafir itu muncul dalam surat al kafirun
http://ngaji-quran.blogspot.com.au/2008/06/qs109-al-kaafiruun-orang-orang-kafir.html..
namun Munarman melupakan suatu ayat didalam quran sendiri yang berbunyi lakum diinukum waliya diini yang artinya Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.
Jadi kata-kata kafir pada masa islam adalah pembeda antara orang islam dan bukan islam tetapi bernuansa toleran karena tidak ada pemaksaan agama. Berbeda dengan penafsiran Munarman, bahwa orang dayak dikatakan "kafir", Munarman telah menghina suku bangsa dayak. Di mana dengan mengatakan kafir dia ingin mencontoh politik devide et impera nya belanda yang memberi cap "heiden" dan juga secara tidak langsung ingin kembali kepada abad pertengahan yang memberi stigma "kafir" bagi para budak.
Perlu diingat orang dayak bukan menolak dakwah, tetapi penolakan terhadap FPI, karena FPI memiliki faham fasis dan rasis. Jika memang orang dayak menolak dakwah tidak akan ada orang dayak yang masuk Islam atau mesjid berdiri. FPI bukan lah Islam, walaupun anggotanya adalah orang Islam.
Mengutip pernyataan Cak Nun "bahwa Islam tidak butuh dibela, jika Islam
butuh dibela maka Islam itu lemah, siapa FPI yang merasa bisa untuk
membela Tuhan?". Kerukunan antara umat beragama di kalimantan sangat
baik, jika faham-faham fasis seperti ini masuk, ditakutkan akan merusak
rasa kesatuan.
2. Yang memprotes ialah preman-preman asuhan Teras Narang
Pagi ini di TV one menonton dialog salah seorang anggota FPI yang mengatakan bahwa yang demo di Palangkaraya adalah preman-preman asuhan Teras Narang. Ini jelas adalah pengalihan isu, bahkan bisa saya bilang Rampok teriak maling. Aksi kemaren sungguh merupakan aksi spontan yang dilakukan oleh orang dayak, informasi ini tersebar melalui media jejaring sosial baik itu FB dan Twitter. Ketika rencana pelantikan FPI
di Kalteng mulai beredar, keresahan dan penolakan mulai muncul, sehingga keresahan ini ditanggapi oleh Dewan Adat Dayak, yang mengadakan rapat
di Rumah Betang Gubernuran, memang kebetulan ketua Majelis Adat Dayak Nasional adalah Pak Agustin Teras Narang. Namun desakan ini bukan berasal dari provokasi beliau. Jika dilakukan wawancara hampir seluruh masyarakat kalimantan senang dengan kepemimpinan Teras Narang, yang berhasil membawa perubahan dan menggeliatkan perekonomian di Kalimantan Tengah. Jadi tuduhan FPI jelas tidak berdasar.
3. Aksi "preman" dayak yang mengacung2kan mandau dan mengancam ingin membunuh
Sungguh statement ini sekali lagi saya anggap adalah Rampok teriak maling.
Mereka lupa daftar aksi kekerasan yang mereka lakukan sendiri:
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_aksi_Front_Pembela_Islam
Orang dayak merasa FPI sebagai suatu latent atau ancaman, merupakan hal yang lumrah jika masyrakat bersifat divensive. Bahkan sebelum keberangkatan FPI ke Palangkaraya anggota FPI sudah aware bahwa sudah ada penolakan warga dayak , karena hal ini sudah dikoordinasikan dengan fihak kepolisian dan MUI, tetapi fihak FPI tetap ngotot untuk datang ke
Palangkaraya, sehingga terjadi aksi pengusiran, dengan mereka tetap ngotot datang berarti mereka menantang masyarakat kalimantan. Dan hal itu lumrah tejadi dalam eforia massa, namun hal ini dapat ditenangkan ketika Teras Narang datang ke bandara, untuk menjelaskan dan menenangkan massa. Jadi sekali lagi tuduhan-tuduhan lancung ini tidak berdasar
4. FPI dibutuhkan oleh masyarakat Dayak, karena masalah agraria
Ini lagi pernyataan paling konyol, karena ini negara hukum, masa iya kalo ada masalah agraria ngadunya ke FPI, bukan ke fihak yang berwajib, jika
ormas-ormas bisa bertindak sebagai "penegak hukum" maka negara ini tidak akan berjalan. Tokoh dayak seruyan yang dimaksudkan oleh FPI juga bukanlah tokoh Dayak. Budiyardi yang berasal dari Fraksi Partai
Kebangkitan Bangsa ini berstatus daftar pencarian orang (DPO) alias
buron Polres Seruyan. Masak iya DPO disebut sebagai tokoh Dayak.. what a funny.. fail..
5. Aksi penolakan masyarakat dayak sebagai pelanggaran UUD
Dalam harian tempo dimuat fasal-fasal yang dituduhkan
http://www.tempo.co/read/news/2012/02/13/063383600/Rizieq-dan-FPI--Laporkan-Teras-Narang-ke-Polisi
Karenanya, FPI, kata Rizieq, menuntut dengan dugaan melakukan pelanggaran KUHP berupa perbuatan tidak menyenangkan Pasal 335, upaya perampasan kemerdekaan Pasal 333, perusakan secara bersama-sama Pasal 170, dan percobaan pembunuhan Pasal 338.
Sekali lagi ini adalah rampok teriak maling, fasal-fasal yang diajukan adalah fasal-fasal yang seharusnya dari sejak dulu diekenakan kepada FPI, banyak kasus-kasus yang dilakukan tetapi seolah-olah ada pembiaran oleh negara. FPI mengenakan standard ganda, ketika aksi anarkis2 mereka, peduli setan dengan namanya HAM, dengan namanya fasal2 UU, tetapi giliran mereka ditolak baru mencari-cari fasal untuk membela mereka, Sungguh memalukan.
KESIMPULAN
1. Saya sangat mengapresiasi keberanian 'oleh itah' yang memiliki falsafah 'isen mulang' namun juga "mamut menteng" yaitu berani, kita berani untuk menolak sesuatu yang akan menjadi laten dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
2. Dayak tidaklah menolak dakwah, orang dayak kalteng menolak kehadiran FPI atau ormas sejenis yang membawa faham fasis agama.
3. Aksi penolakan warga dayak bukan aksi preman, atau pula karena ada
unsur muatan politik. memang mungkin akan ada opportunist elit politik yang ingin mencoba memancing di air keruh, tetapi roh/spiritnya
merupakan spontanitas warga adat dayak.
4. Faham FPI tidaklah sesuai dengan kehidupan dan adat masyarakat dayak yang mengedepankan toleransi, persamaan hak, dan tenggang rasa.
Bangga menjadi orang dayak.. maju terus uluh itah... Semangat Isen Mulang..
Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata
Bekasi 16/Februari/2012
Sumber:
http://www.facebook.com/notes/cakra-wirawan-emil-bangkan/menjawab-tuduhan-fpi-atas-penolakan-warga-dayak-di-kalimantan-tengah/307614652621580
Revolusi Putih: mengganyang kebodohan, mencerdaskan bangsa
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment