Advertising

Friday, 2 March 2012

[wanita-muslimah] Petualangan Seorang Ibu Muda (1)

 

Petualangan Seorang Ibu Muda (1)

"Indahnya Masa Remaja itu Bukan Milikku"

KISAH ini diceritakan seorang ibu muda yang merasa nasibnya tidak lebih baik dari perempuan kebanyakan. Kawin cerai hingga lima kali adalah kisah pilu yang dialaminya. Padahal, Susi (nama samaran) warga Kabupaten Bandung, selalu berusaha menjadi istri yang baik dan patuh pada suaminya. Namun, entah kenapa ia selalu dicampakkan, dibuang begitu saja. Bahagia yang diharap malah nestapa yang didapat. Begitulah Susi ketika menuturkan kisah pilunya pada Denny Kurniadi. Semoga ada hikmah yang bisa kita petik.
Komunikasi Pariwisata di Indonesia: Studi Eksperimen di TAHURA Djuanda dan Pantai Carita BantenSEJAK umur enam tahun, Susi sudah ditinggal ayahnya yang meninggal karena serangan jantung. Tentu saja Susi sangat terpukul. Hari-hari penuh ceria tak lagi ia rasakan. Susi pun jadi seorang anak yang pemurung. Bahkan, selepas SD, ia tak mau lagi meneruskan sekolahnya. Ia lebih senang menyendiri di kamarnya, ketimbang bermain dengan teman sebayanya.

Waktu pun terus berjalan. Dua tahun sudah keluarga Susi kehilangan sosok seorang kepalakeluarga. Kemiskinan pun semakin menjadi. Pagi makan sore tidak, sering dialami Susi bersama kedua adiknya. Sedangkan ibunya hanyalah buruh tani yang penghasilannya tidak seberapa.

"Kalau saja bapakmu masih ada mungkin kita tak semiskin sekarang," ujar ibunya seraya membelai rambut Susi yang hitam terurai.

Susi hanya terdiam. Bayangan wajah ayahnya masih tergambar di benak Susi. Kendati hidup serba kekurangan, namun kebahagiaan sangat dirasakan Susi juga adik-adiknya. Namun, Susi sadar bahwa takdir sudah berkehendak lain. Ayah yang sangat dicintainya harus berpulang di saat anak-anaknya masih membutuhkan belaian kasih sayangnya.

Suatu saat, ibunya, sebut saja Herni, mengutarakan niatnya untuk menikah lagi. Alasannya agar ada seseorang yang membantu mengurangi beban hidup keluarga.

"Kita butuh seorang bapak yang bisa melindungi kita. Siapa tahu kalau kalian punya bapak lagi nasib kita akan berubah. Kalian ngerti kan?" kata Herni.

Lagi-lagi Susi hanya terdiam. Namun perlahan ia mengangguk, tanda setuju. Begitu pun adik-adiknya. Tak berselang sebulan, Herni pun menikah lagi dengan seorang duda dari kampung sebelah. Susi agak kecewa ketika ia tahu bahwa ayah tirinya itu juga hanya seorang buruh tani. Bagaimana mungkin ia bisa mendongkrak tarap hidup keluarga dari miskin menjadi sejahtera kalau hanya mengandalkan upah kuli tani yang sangat kecil itu?

Tapi biarlah, gumam Susi. Nasi sudah menjadi bubur. Siapa tahu kalau ayah tirinya itu bisa mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga.

Lalu, seiring bertambahnya usia, Susi tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan montok. Tak heran kalau kemudian banyak lelaki yang meliriknya. Bahkan, ada satu dua pemuda yang berniat menikahinya. Namun, Susi menolaknya dengan alasan belum ada niatan untuk membangun rumah tangga.

"Ketimbang menikah lebih baik mencari kerja untuk mengurus adik-adikku," ujarnya.

Meski hanya berbekal ijazah SD, namun akhirnya Susi diterima bekerja menjadi satpam pabrik. Sesuai dengan posturnya yang tinggi montok. Gajih per minggu yang ia terima tidak seberapa, namun cukup untuk memberi adik-adiknya sekadar uang jajan di sekolah. Rasa kehilangan Susi terhadap ayahnya pun berangsur sirna karena kesibukannya di pabrik.

Namun, keceriaan Susi dan juga kedua adiknya ternyata hanya setahun saja. Sebuah tragedi menimpa Susi. Tragedi yang sangat memilukan. Hari itu ketika mentari terasa hangat, di rumah hanya ada Susi. Ibunya sedang bekerja di sawah, menyemai padi. Sedangkan adik-adiknya sedang di sekolah. Saat itu Susi baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya basah terurai. Tubuhnya hanya berselimut handuk.

Ya, seperti yang dirasakan ayah tirinya. Ketika itu ia sedang duduk di tengah rumah beralaskan tikar. Susi tidak tahu kalau ayah tirinya ada di situ. Ia pasti melihat persis lekuk tubuh Susi. Pasalnya dari kamar mandi ke kamar tidur pasti harus meliwati ruang tengah itu. Tapi Susi tak menghiraukannya ia langsung masuk kamarnya.

Namun, dalam hitungan menit Susi sangat kaget ketika ayah tirinya sudah berdiri di hadapannya. Tragedi itu pun terjadi. Susi kehilangan mahkotanya direnggut oleh napsu bejat sang ayah tiri. Susi menangis sedih, namun hatinya berucap bahwa kejadian memilukan itu tidak boleh diketahui orang lain termasuk oleh ibunya sendiri. Biarlah nestapa ini jadi rahasia kelam dalam hidupnya.

Susi berusaha tegar seolah tak terjadi apa-apa dalam dirinya. Ia pun bekerja seperti biasa menjadi satpam pabrik. Namun, ada sesuatu yang aneh yang ia rasakan. Dorongan biologis kerap muncul dalam benaknya hingga akhirnya perbuatan tidak senonoh terus berulang bersama ayah tirinya.
(bersambung)**


--
mau usaha bingung ngga punya modal?
silahkan bergabung dan daftarkan diri anda di sini
untuk mengetahui lebih jauh silahkan baca petunjuk pakainya disini


                     




__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment