Advertising

Friday, 2 March 2012

[wanita-muslimah] Petualangan Seorang Ibu Muda (4-Tamat)

 

Petualangan Seorang Ibu Muda (4-Tamat)

Lima Kali Kawin Cerai, Akhirnya Pilih Menjanda

KEBAHAGIAAN Susi sirna sudah. Jabang bayi yang ia kandung justru tak diakui suaminya. Susi malah dituduh telah selingkuh dan akhirnya diceraikan suaminya. Susi pun menerima meski dengan perasaan berat. Lantas, siapakah ayah dari jabang bayinya itu? Simak kisah selanjutnya sebagaimana diceritakan kepada Denny Kurniadi. Semoga kita dapat memetik hikmah dibalik peristiwa ini.
TIGA bulan telah berlalu. Susi bangkit menatap masa depan. Kedua adiknya masih butuh kasih sayangnya. Tapi ia tidak tahu apa yang harus dilakukan agar mendapat uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Beberapa surat lamaran ke berbagai pabrik tak kunjung ada jawaban. Susi kelimpungan. Utang ke warung dan tetangga sudah menumpuk, Susi tidak tahu darimana dapat uang untuk membayarnya.

Hingga suatu saat Susi bertemu dengan temannya ketika di SD. Ia blak-blakan menceritakan riwayat kelamnya, dan ternyata temannya juga mengalami kisah hidup yang pahit. Ia pun gagal dalam membina rumah tangga hingga sempat kawin cerai selama tiga kali. Atas dasar senasib itulah, teman Susi sebut saja Nunung, mengajaknya ke sebuah tempat yang sama sekali belum pernah Susi injak.

Susi bersedia karena Nunung menjanjikan akan dipertemukan dengan seseorang yang memperkerjakannya. Sesampai di tempat dimaksud, sekitar kawasan Garut, Susi betul dipertemukan dengan seorang lelaki yang jauh lebih tua dari usianya. Seharian Susi di sana, di sebuah penginapan. Pukul lima sore Susi baru bisa pulang dengan dibekali uang dua ratus ribu rupiah. Sebuah nilai nominal yang cukup bagi Susi untuk bekal hidup satu minggu.

Susi tak mau menyesali bagaimana ia mendapatkan uang itu. Ia pasrah, menyerah terhadap kondisi yang ia hadapi. Ibarat sebait syair lagu "Kupu-kupu Malam" Titik Puspa, "Apa yang terjadi, terjadilah, yang dia tahu hanyalah menyambung nyawa". Seminggu kemudian Susi pun kembali menerima upah yang sama dengan proses yang sama dari seorang pria yang sama pula.

Sebulan kemudian pria itu mengajak Susi untuk menikah, menjadi istri kedua. Lagi-lagi Susi terkondisikan oleh kemiskinannya. Ia bersedia, sebab yang ada dalam pikirannya hanya uang dan uang. Dalam benaknya dengan menjadi istrinya akan lebih leluasa meminta sejumlah uang. Bahkan, bisa kaya. "Jaman sekarang siapa yang tak mau jadi istri bos," ujar Susi.

Maka, jadilah Susi istri bos, pengusaha beras. Susi tak lagi kelimpungan mempertahankan hidup. Apa yang Susi mau selalu dituruti, mulai dari uang hingga perabotan rumah, termasuk sepeda motor untuk adiknya yang kini sudah duduk di bangku SMP. Susi tidak ngutang ke warung atau orang-orang, tapi justru orang-orang yang kini ngutang ke Susi.

Pengaruh uang memang membawa perubahan pada penampilan. Susi semakin menor dan montok. Terang saja ia hampir dua bulan sekali pergi ke salon merawat rambut, wajah dan tubuh biar tetap seksi. Semua itu tidak lain demi memuaskan si bos agar semakin sayang dan semakin bro-broan. "Selamat tinggal kemiskinan," kata susi.

Namun, itulah Susi, kebahagiaan yang ia nikmati tak ubahnya seekor burung pipit yang menclok di daun padi. Ia pun kembali terbang entah kemana. Kebahagiaan itu hanya enam bulanan, terusik oleh kedatangan istri tua dan anak-anak si Bos yang mendampratnya. Susi dimaki habis-habisan. Bahkan, yang lebih penyakitkan setelah peristiwa itu si Bos melayangkan surat cerai. Susi dicerai dalam kondisi sedang mengandung dua bulan.

Dua kali Susi harus menjanda, dua kali pula ia melahirkan seorang anak, buah dari perkawinan yang tak bahagia itu. Tapi, semua itu disadari Susi sebagai suratan nasib yang masih bisa diubah, dan Susi tetap tegar menatap hangatnya mentari pagi. Ia tak mau menyerah dengan nasib pilunya itu.

Susi masih bersemangat untuk merias diri dan tampil selayaknya seorang wanita yang cantik. Satu hal yang diharapkan adalah menemukan kebahagiaan dalam hidupnya, kebahagiaan berumahtangga dan membesarkan anak-anaknya. Ia yakin kebahagiaan itu masih bisa digapainya,meski tidak tahu kapan.

Tampil sebagai seorang janda cantik, tak urung Susi dilirik sejumlah lelaki. Namun, Susi tak mau sembarangan menjatuhkan pilihan. Kegagalan tempo lalu jadi pengalaman berharga baginya.

Disisi lain hidup serba kekurangan pun kembali dialami Susi. Lantas untuk menutupinya selain kembali cari pinjaman kesana kemari Susi menjadi seorang janda matre, orang sunda bilang "awewe pangeretan". Siapa pun lelaki yang mendekatinya tentu akan dilayani asal berkantong tebal.

Perilaku buruk itu pun terus dilakukan meski ia sudah menikah lagi. Ya, Susi selepas dicerai bos beras itu, dikawin oleh seorang pemuda sekampungnya. Namun, hanya seumur jagung. Ia lantas dicerai karena suaminya tidak tahan dengan kelakuan Susi yang sering meninggalkan rumah bersama lelaki lain. Hal itu disadari Susi, namun sedikit pun tak menyesal. Susi seolah dendam terhadap semua lelaki.

Lima kali kawin cerai, akhirnya Susi kapok dan bertekad akan tetap menjadi janda serta membesarkan kedua anaknya. "Entahlah, mungkin jadi janda lebih baik ketimbang punya suami tapi tak bahagia," ujar Susi.
**


--
mau usaha bingung ngga punya modal?
silahkan bergabung dan daftarkan diri anda di sini
untuk mengetahui lebih jauh silahkan baca petunjuk pakainya disini


                     




__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment