Petualangan Seorang Ibu Muda (3)
"Siapa Ayah Bayi yang Aku Kandung Ini?"
DICERITAKAN sebelumnya, Susi sudah menikah dengan seorang lelaki yang beristri. Susi sangat bangga terhadap suaminya. Ia lelaki yang bertanggungjawab yang mampu membagi kasih sayang terhadap kedua istrinya. Susi pun tak pernah merasa sebagai istri muda. Perhatian suaminya begitu besar, termasuk kepada adik-adik Susi. Hingga akhirnya Susi hamil. Namun, apa yang terjadi? Berikut kisah selanjutnya sebagaimana ditulis Denny Kurniadi.
USIA kandungan Susi baru empat bulan. Ia sangat bahagia. "Alhamdulilah Kang, aku tadi ke bidan dan ternyata aku hamil, sudah empat bulan," ujar Susi riang.
Dedi, suami Susi, malah tersentak kaget. Sorot matanya nanar menatap wajah Susi, raut kemarahan terlihat di wajahnya.
"Kenapa Kang, kok Akang begitu?" Susi bengong melihat ekspresi suaminya yang nampak tidak bahagia mendengar kabar kehamilannya. "Sebentar, Sus. Akang jadi bingung," ujar Dedi.
"Bingung kenapa? Apa Akang tidak menghendaki bayi ini lahir? Jangan Kang, jangan pernah Akang menyuruh Susi menggugurkan kandungan. Bayi ini buah perkawinan kita. Darah daging Akang," sahut Susi.
"Bagaimana mungkin darah dagingku? Toh Aku ini sudah dinyatakan oleh beberapa dokter sebagai lelaki mandul. Kamu tahu sendiri, kalau perkawinan dengan istri tuaku hingga sekarang tak punya anak," Dedi menjelaskan rasa bingungnya.
Susi tahu itu. Makanya, Susi akhirnya terdiam. Tak bisa lagi berkata apa-apa, hanya menunduk lesu. "Kalau begitu siapakah ayah dari jabang bayi ini?" gumam Susi dalam benaknya.
Malam semakin hening. Keduanya tak lagi bicara. Dedi lebih memilih untuk tiduran di tengah rumah seraya menonton Liga Inggris hinga ia terlelap tidur. Sedangkan Susi, menghabiskan malam dengan penuh kegelisahan.
Ia tidak bisa tidur dan ia mencoba memutar memori ingatannya mencari tahu siapa ayah dari bayinya itu. Mungkinkah ayah tirinya? Tidak mungkin, sebab perbuatan yang dilakukan dengan ayah tirinya sudah berlangsung dua tahun lalu. Masa iya baru hamil sekarang.
Dedi memang sudah enam tahun berumahtangga dengan istri tuanya. Sebut saja Teti. Ia janda beranak satu. Suaminya meninggal karena tabrakan. Ya itu tadi, perkawinan dengan istri tuanya tak dikarunia anak. Dedi sudah ke sana kemari berobat tapi istrinya tetap saja tidak hamil. Bahkan, beberapa dokter yang dikunjungi Dedi sama-sama berkesimpulan kalau Dedi mandul.
Titian waktu terus berjalan. Keharmonisan antara Susi dan Dedi yang dulu begitu manis, kini terasa dingin, terkoyak oleh kehadiran sang jabang bayi yang kontroversial itu. Susi hanya bisa berpasrah terhadap apa pun yang akan dilakukan Dedi. Benar saja akhirnya Dedi memlilih untuk menceraikan Susi dengan tuduhan bahwa Susi sudah nyeleweng dengan lelaki lain hingga hamil.
"Maafkan Akang, Sus. Akang tak bisa menerima kenyataan ini. Kita cerai saja," begitu Dedi menjatuhkan talaknya.
Susi hanya terdiam ketika mendengar keputusan Dedi seperti itu. Sebuah keputusan yang sangat menyakitkan bagi Susi. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia memaklumi atas kekecewaan yang dirasakan suaminya itu. Susi pun hanya bisa menitikkan air mata seraya mengusap perutnya yang buncit.
Dedi sudah kembali ke istri tuanya. Tinggallah Susi dengan sekeping luka di hatinya. Ia tidak tahu harus berbuat apa, dan bagaimana nasib bayinya ketika lahir nanti? Siapa pula yang akan memberi uang untuk biaya melahirkan.
Susi tak mau berlama-lama berada dalam kegelisahan. Ia harus mencari uang pinjaman. Beruntung ada yang mau meminjamkannya tanpa harus menyimpan jaminan apa-apa. Susi pun merasa tenang dan menanti saat-saat lahirnya jabang bayi yang dikandungnya itu.
Suatu saat Susi teringat nama tiga lelaki yang pernah menidurinya. Bram, Codet, dan Sunar (nama samaran). "Mungkinkah mereka ayah dari bayiku ini?Ó Tidaaak! Susi memangis dan histeris.
Dicerai suaminya, Susi berusaha tegar. Ia tak mau larut dalam kepedihan. Menurutnya, ada yang lebih penting untuk dipikirkan ketimbang memendam rasa sakit hati. Biarlah semua itu menjadi masa lalu yang tak boleh diingat-ingat lagi. Begitu pun persoalan siapa ayah bayi yang dikandungnya, Susi tak mau ambil pusing, yang penting kelak bayi itu lahir dengan selamat dan sehat.
Menginjak usia kandungan sembilan bulan lebih dua hari, bayi itu pun lahir. Bayi yang mungil dan cantik, secantik Susi. Ia merawat bayi itu meski dengan keterbatasan uang. Namun, Allah masih menyayangi Susi. Tiba-tiba ada seorang ibu yang datang dengan maksud untuk mengadopsinya. Susi tidak kenal siapa wanita itu.
Awalnya Susi menolak, namun setelah ibu itu beberapa kali datang dan memberi pemahaman seputar status dan masa depan bayi itu, akhirnya Susi mengiklaskannya. Susi pun khawatir kalau anaknya itu tak terawat dengan baik, terutama pendidikannya. Susi tidak ingin anaknya itu tumbuh menjadi gadis yang tidak berpendidikan, sehingga nasibnya akan tidak jauh berbeda dengan dirinya.
Diiringi derai air mata, akhirnya Susi menyerahkan anaknya itu. "Tolong ya Bu, titip anakku ini," hanya itu yang ia katakan kepada Ibu yang mengadopsi anaknya. Ibu itu pun pamit seraya mengais anak itu.
Dedi, suami Susi, malah tersentak kaget. Sorot matanya nanar menatap wajah Susi, raut kemarahan terlihat di wajahnya.
"Kenapa Kang, kok Akang begitu?" Susi bengong melihat ekspresi suaminya yang nampak tidak bahagia mendengar kabar kehamilannya. "Sebentar, Sus. Akang jadi bingung," ujar Dedi.
"Bingung kenapa? Apa Akang tidak menghendaki bayi ini lahir? Jangan Kang, jangan pernah Akang menyuruh Susi menggugurkan kandungan. Bayi ini buah perkawinan kita. Darah daging Akang," sahut Susi.
"Bagaimana mungkin darah dagingku? Toh Aku ini sudah dinyatakan oleh beberapa dokter sebagai lelaki mandul. Kamu tahu sendiri, kalau perkawinan dengan istri tuaku hingga sekarang tak punya anak," Dedi menjelaskan rasa bingungnya.
Susi tahu itu. Makanya, Susi akhirnya terdiam. Tak bisa lagi berkata apa-apa, hanya menunduk lesu. "Kalau begitu siapakah ayah dari jabang bayi ini?" gumam Susi dalam benaknya.
Malam semakin hening. Keduanya tak lagi bicara. Dedi lebih memilih untuk tiduran di tengah rumah seraya menonton Liga Inggris hinga ia terlelap tidur. Sedangkan Susi, menghabiskan malam dengan penuh kegelisahan.
Ia tidak bisa tidur dan ia mencoba memutar memori ingatannya mencari tahu siapa ayah dari bayinya itu. Mungkinkah ayah tirinya? Tidak mungkin, sebab perbuatan yang dilakukan dengan ayah tirinya sudah berlangsung dua tahun lalu. Masa iya baru hamil sekarang.
Dedi memang sudah enam tahun berumahtangga dengan istri tuanya. Sebut saja Teti. Ia janda beranak satu. Suaminya meninggal karena tabrakan. Ya itu tadi, perkawinan dengan istri tuanya tak dikarunia anak. Dedi sudah ke sana kemari berobat tapi istrinya tetap saja tidak hamil. Bahkan, beberapa dokter yang dikunjungi Dedi sama-sama berkesimpulan kalau Dedi mandul.
Titian waktu terus berjalan. Keharmonisan antara Susi dan Dedi yang dulu begitu manis, kini terasa dingin, terkoyak oleh kehadiran sang jabang bayi yang kontroversial itu. Susi hanya bisa berpasrah terhadap apa pun yang akan dilakukan Dedi. Benar saja akhirnya Dedi memlilih untuk menceraikan Susi dengan tuduhan bahwa Susi sudah nyeleweng dengan lelaki lain hingga hamil.
"Maafkan Akang, Sus. Akang tak bisa menerima kenyataan ini. Kita cerai saja," begitu Dedi menjatuhkan talaknya.
Susi hanya terdiam ketika mendengar keputusan Dedi seperti itu. Sebuah keputusan yang sangat menyakitkan bagi Susi. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia memaklumi atas kekecewaan yang dirasakan suaminya itu. Susi pun hanya bisa menitikkan air mata seraya mengusap perutnya yang buncit.
Dedi sudah kembali ke istri tuanya. Tinggallah Susi dengan sekeping luka di hatinya. Ia tidak tahu harus berbuat apa, dan bagaimana nasib bayinya ketika lahir nanti? Siapa pula yang akan memberi uang untuk biaya melahirkan.
Susi tak mau berlama-lama berada dalam kegelisahan. Ia harus mencari uang pinjaman. Beruntung ada yang mau meminjamkannya tanpa harus menyimpan jaminan apa-apa. Susi pun merasa tenang dan menanti saat-saat lahirnya jabang bayi yang dikandungnya itu.
Suatu saat Susi teringat nama tiga lelaki yang pernah menidurinya. Bram, Codet, dan Sunar (nama samaran). "Mungkinkah mereka ayah dari bayiku ini?Ó Tidaaak! Susi memangis dan histeris.
Dicerai suaminya, Susi berusaha tegar. Ia tak mau larut dalam kepedihan. Menurutnya, ada yang lebih penting untuk dipikirkan ketimbang memendam rasa sakit hati. Biarlah semua itu menjadi masa lalu yang tak boleh diingat-ingat lagi. Begitu pun persoalan siapa ayah bayi yang dikandungnya, Susi tak mau ambil pusing, yang penting kelak bayi itu lahir dengan selamat dan sehat.
Menginjak usia kandungan sembilan bulan lebih dua hari, bayi itu pun lahir. Bayi yang mungil dan cantik, secantik Susi. Ia merawat bayi itu meski dengan keterbatasan uang. Namun, Allah masih menyayangi Susi. Tiba-tiba ada seorang ibu yang datang dengan maksud untuk mengadopsinya. Susi tidak kenal siapa wanita itu.
Awalnya Susi menolak, namun setelah ibu itu beberapa kali datang dan memberi pemahaman seputar status dan masa depan bayi itu, akhirnya Susi mengiklaskannya. Susi pun khawatir kalau anaknya itu tak terawat dengan baik, terutama pendidikannya. Susi tidak ingin anaknya itu tumbuh menjadi gadis yang tidak berpendidikan, sehingga nasibnya akan tidak jauh berbeda dengan dirinya.
Diiringi derai air mata, akhirnya Susi menyerahkan anaknya itu. "Tolong ya Bu, titip anakku ini," hanya itu yang ia katakan kepada Ibu yang mengadopsi anaknya. Ibu itu pun pamit seraya mengais anak itu.
(bersambung)**
--
mau usaha bingung ngga punya modal?
silahkan bergabung dan daftarkan diri anda di sini
untuk mengetahui lebih jauh silahkan baca petunjuk pakainya disini
__._,_.___
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
.
__,_._,___
0 comments:
Post a Comment