Advertising

Wednesday, 1 August 2012

[wanita-muslimah] @ Arcon: Malam ini (2 Agustus) purnama? 13 atau 14 Ramadhan?

 



Betul sanak Mas Arcon, secara teknis perhitungan melalui software adalah termasuk hisab. Tapi mari kita lihat dari perspektif lebih luas, misalnya puasa sunnah 3 hari sebulan (Shaum Ayyamul Bidh) yang dianjurkan Nabi setiap tanggal 13, 14, 15 setiap bulan Hijriyah, dan kaitannya dengan adanya perbedaan penafsiran jatuhnya 1 Ramadhan di Indonesia khususnya. Agar lebih masuk pada esensi, saya tak akan menyebut nama ormas, melainkan hanya kelompok 1 dan kelompok 2 saja.

1/. Kelompok 1 mulai puasa pada 20 Juli (1 Ramadhan), sehingga tanggal purnama pada 13-15 Ramadhan itu jatuhnya pada hari Rabu (1 Agt/13 R), Kamis (2 Agt/14 R), dan Jumat (3 Agt/15 R).

2/. Kelompok 2 mulai puasa pada 21 Juli (1 Ram), sehingga tanggal 13-15 menurut kelompok ini jatuh mulai Kamis (2 Agt) sampai Sabtu (4 Agt).

3/. Seandainya Ramadhan ini bukan bulan wajib shaum, atau perbedaan perhitungan awal bulan di atas terjadi pada bulan Hijriyah lain, maka pada periode yang manakah Shaum Ayyamul Bidh sebaiknya dilakukan? Menurut perhitungan Kelompok 1 atau Kelompok 2? 

4/. Jika kita berpegang pada perhitungan Kelompok 1, maka pada Sabtu 4 Agustus sudah tak termasuk Ayyamul Bidh karena jatuhnya sudah tanggal 16. Sedangkan jika kita berpegangan pada Kelompok 2, maka hari Rabu 31 Juli juga bukan hari Ayyamul Bidh karena baru tanggal 12, bukan?

5/. Jadwal yang "aman" bagi perhitungan kedua kelompok terkait Ayyamul Bidh adalah pada hari Kamis dan Jumat (1-2 Agt) saja.

Jadi mas Arcon, bahkan jika berpegang pada ketentuan Shaum Ayyamul Bidh pun, ternyata masalahnya tak sederhana, bukan? Karena siapa yang mau (berani dengan sengaja) berpuasa pada tanggal 12 atau 16 bulan hijriyah jika yang dianjurkan Rasul hanya puasa sunah pada tanggal 13, 14, 15 saja? Yang berani melakukannya, nanti akan menabrak kaidah Ushul Fiqh lagi  bahwa ibadah itu pada hakikatnya haram/dilarang, kecuali yang diperintahkan. 

6/. Semalam saat gambar bulan di email saya sebelumnya saya posting pada wall Facebook saya, seorang kawan saya saat SMA (SMAN 8 Jakarta) menulis komentar: Saya berpuasa mengikuti cara Nabi, dengan lebih dulu melihat hilal.

Saya jawab, saya setuju. Bahkan bukan hanya untuk puasa, untuk berhaji pun kita ikut cara Nabi, yakni wukuf di Arafah 9 Zulhijjah dan Idul Adha pada 10 Zulhijjah, bukan?

7/. Tetapi mengapa jika untuk 10 Zulhijjah umat Islam di Indonesia bisa sepakat dengan apa yang berlangsung di Saudi, tapi untuk menentukan 1 Ramadhan selalu ada perbedaan, padahal kedua bulan itu merupakan satu kontinuum dalam penanggalan hijriyah yang berdasarkan perhitungan qomariyah (lunar year). Bukankah itu berarti ada penerapan standar ganda dari (sementara kalangan) di Indonesia tentang cara menetapkan awal bulan hijriyah?

Tentu akan ada jawaban bahwa penetapan 1 Ramadhan di Indonesia tidak perlu dan tidak harus sama dengan di Saudi terkait dengan kondisi keterlihatan bulan di tempat masing-masing. 

8/. Jika logika di atas mau dipegang konsisten, bukankah dalam menetapkan 10 Zulhijjah pun mestinya akan terjadi perbedaan tanggal di Indonesia? Tapi pernahkah kita lihat ada ormas (besar) di tanah air yang pernah menggelar shalat Idul Adha SEHARI setelah Id di Tanah Suci.


Wallahu'alam bish shawab.

Salam,

Akmal Nasery Basral












__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment