Advertising

Tuesday 25 May 2010

Re: [wanita-muslimah] Latar Belakang Timbulnya Radikalisme

 


----- Original Message -----
From: "sunny" <ambon@tele2.se>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Tuesday, May 25, 2010 15:05
Subject: Re: [wanita-muslimah] Latar Belakang Timbulnya Radikalisme

Pak HMNA yang terhormat,

Anda menulis dalam artikel Anda bahwa kaum muslimin dizalimi maka itu dikirim laskar Jihad ke Ambon (Maluku). Bisakah Anda memberikan contoh-contoh apa yang dizalimkan di Maluku?
####################################################################
HMNA:
Lho, apa anda tidak baca catatan kaki dalam Seri 408 di bawah ?
Ini saya copy paste:
(*)
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
408. Masalah Ambon dan Maluku Utara
- - - - - - - - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - - - - - - - - -
Untuk daerah Ambon dan Maluku Utara pembahasan harus dimulai dari permulaan yang menyulut qital (pembantaian), yaitu pada waktu ummat Islam sedang shalat Iyd pada 19 Januari 1999 sekonyong-konyong diserbu dan dibantai oleh gerombolan pengacau liar non-Muslim, kemudian ummat Islam diusir meninggalkan tempatnya bermukim.

Saya tambahkan, tidak ada dalam Seri 408:
=== > kasus pembantaian di Tobelo (Desember 1999-Januari 2000),

===> MUI BEBERKAN PEMBANTAIAN WARGA MUSLIM HALMAHERA UTARA
Friday, January 21, 2000/3:28:04 PM

Ternate, 21/1 (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Utara membeberkan pembantaian warga Muslim dalam kerusuhan bernuansa SARA akhir Desember lalu di Tobelo, Galela, Ibu, Jailolo, Sahu dan Loloda Pulau Halmahera Utara (Maluku Utara).

"Konflik agama, antara kelompokk minoritas dan mayoritas di bumi Halmahera Utara itu, mengakibatkan 2.604 jiwa warga Muslim tewas, ratusan lainnya luka-luka," kata Ketua MUI Maluku Utara Syarief Syahfin kepada wartawan di Ternate, Jumat.

Menurut dia, sebagian besar warga Muslim yang dibantai pada pasca kerusuhan di Halmahera Utara adalah anak-anak dan perempuan, terutama di desa Togoliuwa, Popilo dan desa Gamhoku di Kecamatan Tobelo.

"Yang lebih tragis lagi, dari 254 warga desa Togoliuwa (lokasi penempatan transmigran) yang tewas itu, 216 orang di antaranya dibantai di dalam Mesjid," jelasnya.

MUI Maluku Utara masih terus berupaya menghimpun data-data korban di kawasan yang sementara ini dikuasai kelompok minoritas itu. Aparat keamanan tidak perlu menutup-nutupi korban pembantaian di Pulau Halmahera Utara, karena banyak saksi mata pembantaian yang datang mengadu ke Majelis Ulama
Indonesia.

Korban sementara yang di inventaris MUI sebanyak 2.064 orang dan akan terus berupaya menghimpun data-data aktual tentang pertikaian yang banyak menewaskan warga Muslim guna disampaikan kepada MUI pusat dan pemerintah.

"Ini bukan data simpang siur lagi, karena MUI juga memiliki bukti-bukti foto pembantaian di luar maupun di dalam mesjid An-nur di desa Togoliuwa kecamatan Tobelo," ujar Syahfin.

Bahkan salah satu saksi mata tragedi itu, yakni Yani Sabi (21) menerangkan, segenap anggota keluarganya di bakar massa penyerang bersama ratusan korban pembantaian lainnya. Itu baru di desa Togoliuwa, katanya, belum termasuk di desa-desa di kecamatan lain yang dilanda kerusuhan bernuansa SARA itu.

Kalau aparat kepolisian menyatakan, korban meninggal di Maluku Utara tercatat 754 orang silahkan saja. "Namun khusus Tobelo saja korban jiwa sesuai laporan kepolisian sebanyak 464 orang, tetapi data MUI angka itu pasti lebih banyak lagi," kata mantan Staf Kantor Departemen Agama Maluku Utara itu.

Ia mencontohkan di desa Togoliuwa, salah satu kawasan pemukiman transmigran di pedalaman Pulau Halmahera Utara sudah terdapat 254 warga muslim yang tewas. "Lalu di desa Popilo dan desa Gamhoku yang menjadi sasaran utama kelompok minoritas di sana tidak diungkapkan," tambahnya.

Yang lebih menyedihkan sedikitnya 76.234 jiwa warga muslim di kawasan itu, tercabut dari tanah kelahirannya dan mereka sekarang terpaksa menjadi bagian dari gelombang pengungsi terbesar di Indonesia dewasa ini.

MUI menolak

Syahfin menyatakan, prihatin terhadap tragedi kemanusiaan dan situasi di propinsi termuda di Indonesia itu, namun MUI Maluku Utara secara tegas "menolak rekonsiliasi".

Itu adalah suara warga muslim yang kini menjadi korban dalam pertikaian di bagian Utara pulau Halmahera itu. Jika MUI menyuarakan rekonsiliasi maka pihaknya akan menjadi sasaran utama umatnya. "Proses rekonsiliasi bisa jalan, apabila seluruh harta benda dan tanah milik umat Islam di kuasai umat
agresor harus dikembalikan," tegas Ketua MUI.

Kerusuhan di Pulau Halmahera Utara, menurutnya, adalah murni kasus SARA, bukan persoalan perebutan batas wilayah Kecamatan Kao dan Kecamatan Malifut seperti yang dihembuskan para elite politik dan aparat di Jakarta itu.

"Tidak sedikit umat Islam yang menjadi korban pembantaian di bumi Halmahera. Bila ada yang mengatakan konflik di Halmahera adalah persoalan batas wilayah, itu adalah bohong dan tidak benar," tegasnya. (F.ABN/PK03/ND07/21/01/:0 15:22

Sumber: http://media.isnet.org/ambon/MUIBeberkan.html

===> Koreksi Terhadap Kelompok Kajian Utan Kayu (Islam Liberal)

Katagori : Counter Liberalisme
Oleh : Redaksi 22 Dec 2004 - 6:00 pm

Oleh: Dr. Sanihu Munir, MPH
(Direktur Eksekutif Moslem Information & Training Centre Pusat Kendari)
Sudah sejak beberapa waktu yang lalu saudara-saudaraku muslim dari berbagai daerah, terutamanya di Pulau Jawa mempertanyakan kepada saya tentang pandangan-pandangan Islam liberal yang dimotori oleh Komunitas Islam Utan Kayu (KIUK). Secara kebetulan pada hari Ahad 6 Januari 2002 lalu di Harian Jawa Pos kelompok ini mengupas berbagai isu yang berkaitan dengan Islam Radikal, Islam Liberal, Teologi Inklusif, Eksklusif, dan Pluralis.

Setelah membaca kupasan dua penulis masing-masing Saudara Budhy Munawar-Rachman dan Syafii Anwar, saya merasa perlu untuk memberikan komentar atas tulisan mereka. Saudara Budhy mempertanyakan, "Adakah dasar theologis yang diperlukan untuk suatu basis kerukunan hidup beragama?"

Saudara Budhy, sejak Islam masuk ke Indonesia sekitar 800 tahun yang lalu, adakah masalah yang diciptakan oleh umat Islam di Indonesia dalam hal kerukunan hidup beragama? Marilah kita sejenak menengok perjalanan sejarah Indonesia. Apakah Islam yang hadir di Indonesia ini yang kemudian menjadi besar dan mayoritas pernah mendzalimi dan membantai umat Kristen atau umat Hindu karena mereka Kristen atau Hindu?

Bayangkan saudara Budhy, 350 tahun umat Islam Indonesia dijajah orang-orang Kristen Belanda, dan selama itu pula para syuhada Muslim silih berganti datang dan pergi berjihad mengusir penjajah Belanda dari bumi Indonesia tercinta. Sepengetahuan saya umat Islam Indonesia tidak pernah melakukan balas dendam atas perlakuan orang-orang Kristen Belanda dengan melampiaskannya kepada umat Kristen Indonesia walaupun agamanya sama dengan penjajah.

Apakah dari contoh ini umat Islam tidak toleran?

Perhatikan bagaimana mayoritas umat Islam mengelola negeri ini. Adakah salah satu kantor pemerin­tah yang melarang umat Kristen menjadi pegawainya? Atau memba­tasi umat Kristen melaksanakan ibadah? Atau adakah salah satu Lembaga Perguruan Tinggi Umum di Indonesia ini yang melarang umat Kristen mendaftar masuk? Atau adakah suatu sistem baik terang-terangan atau terselubung yang menganaktirikan, mendzalimi atau menindas mahasiswa Kristen? Apakah dari contoh ini umat Islam tidak toleran?

Dalam bernegara, kita umat Islam di Indonesia ini tidak memerlukan teori atau definisi yang muluk-muluk seperti Teologi Pluralis, Teologi Inklusif atau Islam Liberal untuk bertoleransi. Sesungguhnya pertanyaan yang perlu dan mendesak untuk dijawab adalah: "Mengapa umat Islam Indonesia yang sedemikian santun dan lemah lembut selama lebih dari 800 tahun yang lalu, tiba-tiba menjadi garang?"

Saudara Budhy menyinggung memudarnya kerukunan hidup beragama di Indonesia dengan mengambil contoh Maluku (Ambon & Tobelo) serta Sulawesi Tengah (Poso). Saudara Budhy, mungkin saudara tidak pernah melihat dengan mata kepala sendiri pembantaian umat Islam di Ambon, Tobelo dan Poso. Saya sendiri pernah ikut serta mengungsikan sisa-sisa pembantaian umat Islam dari Tobelo dan Galela pada tanggal 2 Januari 2000 yang lalu.

Semua persoalan, baik di Ambon, Tobelo maupun Poso selalu diawali dengan pembantaian yang dilakukan orang-orang Kristen terhadap umat Islam. Mengapa ribuan umat Islam dibantai di setiap daerah kerusuhan?

Ini karena umat Islam di daerah-daerah tersebut toleran, lugu dan penuh dengan prasang­ka baik. Percayalah saudara Budhy, umat Islam baik di Ambon, Tobelo maupun Poso tidak pernah memba­yang­kan sedikitpun bahwa manusia ciptaan Tuhan yang beragama Kristen di tiga daerah tersebut akan tega dan sampai hati membantai saudara dan tetangga mereka, hanya gara-gara saudara dan tetangga mereka tersebut beragama Islam.

Saudara tidak percaya? Silakan datang dan wawancarai lebih 100.000 orang eksodus muslim pembantaian Ambon yang saat ini mengungsi ke propinsi saya Sulawesi Tenggara.

Ketika mereka sedang mensyukuri Lebaran Idul Fitri sesudah berpuasa selama sebulan penuh, tiba-tiba mereka harus menghadapi kenyataan pahit yang sangat memi­lu­kan; harta benda mereka musnah terbakar, nyawa mereka dan saudara mereka melayang. Bahkan saudara dan anak gadis mereka harus mengalami pemerkosaan terlebih dahulu sebelum dibantai.

Penyerang datang dengan persenjataan lengkap di bawah sistem komando yang rapi. Bendera dan simbol-simbol yang ingin memecah belah keutuhan Negara Kesa­tuan Republik Indonesia dipegang dan diteriakkan di berbagai tempat.

Dalam kebrutalan seperti ini, menurut saudara Budhy, toleransi seperti apa yang harus diberikan dan kerukunan seperti apa yang harus diperlihatkan oleh umat Islam?

Dalam Kitab Injil umat Kristen, Matius 5:39, Yesus mengajarkan: "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berikan juga kepadanya pipi kirimu".

Namun apa yang terjadi? Orang-orang Kristiani yang tidak putus-putusnya meneriakkan nama "Tuhan Yesus", bukannya tidak melawan karena didzalimi umat Islam, tetapi malah sebaliknya memban­tai umat Islam yang tidak pernah mengganggu mereka. Suatu tindakan yang benar-benar bertolak belakang dengan ajaran orang yang mereka pertuhankan.

Lalu setelah mereka membantai, memerangi dan mendzalimi umat Islam, apa yang harus dilakukan oleh umat Islam? Bila umat Kristen keluar dari ajaran kasih dalam Alkitab serta meninggalkan ajaran moral Yesus, tidak demikian dengan umat Islam. Sebagai umat yang memiliki tuntunan, saudara-saudara Muslim lalu membuka Kitab Suci Al-Qur'an.

Bila Al-Qur'an mengatakan: "Kasihilah orang yang membantaimu, dan kalau ibu bapakmu dibantai, berikan lagi anak-anakmu", barangkali umat Islam tidak bisa berbuat banyak. Namun hal ini tentu tidak mungkin terjadi, karena ajaran Islam adalah ajaran yang seja­lan dengan fitrah manusia. Jangankan manusia, binatangpun bila dianiaya akan membalas. Lalu apa kata Al-Qur'an?

"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan kamu melampaui batas. Dan perangilah mereka sehingga tidak ada fitnah lagi".(Al Baqarah:190-193)

Ini adalah perintah Allah yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat Islam menghadapi kedzaliman perbuatan fitnah yang merusak.

Dalam negara yang namanya Indonesia, umat Islam menjalankan peran ini dengan membayar pajak untuk menggaji polisi dan tentara, memerangi mereka yang berbuat fitnah. Namun pada saat aparat keamanan yang sudah digaji dengan uang pajak umat Islam tidak dapat berbuat apa-apa, atau malah ada yang ikut serta berbuat fitnah dan aniaya, maka tugas memerangi fitnah terhadap umat Islam otomatis kembali ke pundak umat Islam, ke pundak saya, ke pundak saudara Budhy, saudara Syafii Anwar, malah ke pundak Cak Nur sekalipun.

Ingat, umat Islam tidak memusuhi atau membenci umat Kristen, yang dibenci umat Islam adalah kedzaliman dan fitnah terhadap umat manusia yang dilakukan oknum/kelompok yang tidak bertanggung jawab.

Oleh karena itu saya sangat malu terhadap Laskar Jihad dari berbagai daerah di Indonesia yang datang berbekal semangat jihad fi sabilillah untuk melindungi dan menyelamatkan umat Islam di Maluku dan Poso dari kepunahan. Mereka dengan gagah berani mengambil alih tugas yang dibebankan Allah Ta'ala ke pundakku, ke pundak saudara Budhy, Syafii Anwar, Cak Nur dan lain-lain.

Ketika kita sibuk berteori membahas Islam Liberal, Islam Radikal, Teologi Inklusif, Eksklusif dan Pluralis di ruang ber-AC dengan segepok honor yang akhirnya tidak memberikan arti apa-apa untuk menyelamatkan mereka yang berdarah-darah di Maluku, Laskar Jihad justru langsung meninggalkan hangatnya pelukan istri dan kebahagiaan bersama anak-anak tercinta. Mereka terjun menyabung nyawa, mengambil alih tugas yang ada di pundak umat Islam, di pundak kita yang tidak sempat ke sana.

Saya heran dengan pernyataan kritik saudara Syafii Anwar, yang kewajibannya membela umat Islam yang dianiaya dan dibantai di Maluku, dengan ikhlas diambil alih oleh Laskar Jihad. "Sekarang ini, ada satu berita yang berkembang bahwa kelompok Laskar Jihad di Ambon dan Poso, misalnya menggunakan kekerasan untuk melawan orang-orang Kristen".

Saudara Syafii, pernyataan saudara ini dapat menyesatkan pembaca. Saudara mengatakan bahwa Laskar Jihad menggunakan kekerasan untuk melawan orang-orang Kristen. Ini tidak benar! Walaupun kami umat Islam, termasuk Laskar Jihad - tetapi tidak termasuk saudara-saudara dari KIUK- mengetahui bahwa ajaran Kristen itu sesat, tetapi jelas Laskar Jihad tidak memusuhi atau membenci orang-orang Kristen, tetapi kedzaliman dan kemungkaran.

Andaikata Laskar Jihad ingin melakukan kekerasan terhadap umat Kristen, mengapa mereka harus susah-susah pergi ke Ambon? Di daratan Jawa saja ada jutaan orang-orang Kristen. Namun orang-orang Kristen yang ada di Jawa umumnya tidak membuat kemungkaran dan kedzaliman terhadap umat Islam seperti yang kita saksikan di Ambon, Tobelo dan Poso. Jadi sekali lagi, Laskar Jihad ke Maluku dan Poso bukan untuk mencari dan memerangi umat Kristen. Mereka kesana untuk melindungi umat Islam yang didzalimi dan dibantai orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang kebetulan beragama Kristen.

Al-Qur'an dan terjemahannya terbitan Madinah tahun 1413 H, pada catatan kakinya No. 117 hal. 46 tentang kata "fitnah" menjelaskannya sebagai; menimbulkan kekacauan, seperti mengusir sahabat dari kampung halamannya, merampas harta mereka dan menyakitinya.

Nah, ketika fitnah terjadi maka umat Islam berkewajiban untuk memeranginya. Resiko perang adalah melumpuhkan atau dilumpuhkan, sampai fitnah berhenti. Adakah pertempuran yang tidak keras?

Sesungguhnya persoalannya tidak akan serumit saat ini andaikata aparat keamanan bertindak cepat dan tegas. Namun sampai pun dalang kerusuhan sudah diketahui malah membuat pernyataan-pernyataan yang ingin mencabik-cabik keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, aparat keamanan tidak bertindak.

Andaikata Laskar Jihad tidak turun tangan langsung, mungkin umat Islam di Ambon tinggal nama dan kenangan. Buktinya di Tobelo umat Islam nyaris punah setelah sekitar 4000-an dibantai secara sadis. Jadi saya tidak habis pikir ketika saudara Syafii Anwar menyatakan:

"Menurut saya, kalau kita menggunakan kekerasan, kita justru melakukan distorsi terhadap ajaran Islam".

Saudara Syafii! Tentu saudara sudah membaca Al-Qur'an. Ajaran Islam itu tidak semuanya lembut. Bila semuanya lembut, itu tidak Islami. Kekerasan bukanlah distorsi dalam Islam, tetapi merupakan titik lain dari kontinum lembut-keras dalam Islam. Dan ini alami. Perhatikan firman Allah berikut ini (yang artinya):

"Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah". (Al Maidah:54).

Ini persis seperti apa yang dilakukan seluruh umat manusia di dunia. Lihat apa yang dilakukan polisi di manapun di dunia. Mereka lemah lembut terhadap rakyat yang taat, namun bertindak keras dan tegas terhadap para pembuat kejahatan. Jadi saudara Syafii Anwar yang tidak sempat ke Ambon untuk mengemban tugas dari Allah melindungi umat Islam yang didzalimi, harap tidak menghujat Laskar Jihad dengan menuduh mereka telah melakukan distorsi terhadap ajaran Islam. Malah justru mereka telah memperlihatkan diri sebagai seorang Muslim yang bertanggung jawab dan taat pada perintah Allah. Mereka pun memperlihatkan diri sebagai warga negara yang baik dengan berusaha melumpuhkan mereka yang ingin mencabik-cabik keutuhan NKRI.

Diakhir tulisannya saudara Syafii menyatakan: "Apalagi dengan kekalahan Taliban seperti sekarang ini. Tidak ada yang bisa dijadikan model lagi".

Saudara Syafii, umat Islam itu punya harga diri, punya martabat dan punya nilai yang perlu dipertahankan. Nilai-nilai ini sesungguhnya adalah nilai yang universal. Nilai yang dirasakan oleh mereka yang tertindas dan tereksploitasi tanpa memperdulikan golongan agama, ras dan lain-lain.

Betapa banyak negara di dunia ini yang menjadi sapi perahan IMF. Bukannya ekonomi membaik, tetapi malah terus terpuruk dalam hutang yang tiada berujung termasuk Indonesia.

Bagaimana Amerika dan antek-anteknya memusuhi Islam dengan menyatakan Islam sebagai musuh nomor satu setelah rontoknya Uni Soviet, sementara umat Islam tidak memusuhi Amerika. Secara sistematis mereka merusak citra Islam melalui berbagai media. Mereka mendzalimi umat Islam di Palestina dengan terus menerus mendukung tindakan brutal Israel.

Ketika kesombongan dan perbudakan ini merajalela, siapa di dunia orang-orang tertindas ini yang punya nyali untuk "menegur" Amerika Serikat? Ternyata beberapa orang dengan gagah berani pada tanggal 11 September 2001 yang lalu "menjewer" Amerika agar menyadari kesombongannya.

Jadi kalau Taliban melakukan tindakan "menjewer" Amerika, andaikata benar-benar dibuktikan bahwa Taliban yang melakukan­nya, bukan berarti bahwa Taliban adalah model untuk Islam radikal, tetapi sekedar mewakili orang-orang tertindas di dunia ini yang tidak punya nyali untuk bersuara, apalagi berbuat.

Muslim yang baik tidak harus menjadikan Taliban sebagai model, karena dalam Islam model itu sudah ada.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu". (Al Ahzab:21)

Model yang terbaik ini terangkum dalam tiga sifat :

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah". (Ali Imran:110)

Dengan ayat-ayat ini umat Islam sudah memiliki model yang baku untuk berfikir, berakhlak, bersikap, bertingkah laku dan bertindak.

Oleh karena itu Taliban sendiri, belum tentu memerankan model yang diinginkan Al Qur'an secara benar. Ketiga sifat diatas adalah universal dan alami. Saya kira tidak seorangpun manusia waras di muka bumi ini yang menolak kriteria sifat-sifat baik diatas.

Ketika seorang Laskar Jihad, seorang polisi, seorang ayah, atau seorang hakim ingin menerapkan sifat-sifat baik diatas, maka berlakulah tindakan-tindakan yang bergerak dalam kontinum lembut-keras. Perhatikan salah satu contoh tindakan dalam kontinum lemah-lembut, sebagaimana diajarkan Rasulullah:

"Manakala engkau melihat kemungkaran, perbaikilah dengan tanganmu, kalau tidak sanggup, perbaikilah dengan lidahmu, dan kalaupun ini kamu tidak sanggupi, ubahlah dengan hatimu; walaupun ini adalah selemah-lemahnya Iman".

Makanya di dunia ini ada penjara. Makanya polisi dan tentara dibekali bedil, supaya mereka yang tidak bisa dinasehati dan diperbaiki, bisa saja di "dor". Ini Islami!! Mana ada perampok atau pemerkosa yang disambut dengan kalungan bunga dan pesta pora. Ini ajaran sinting!

Dalam tulisan di bawah subjudul Teologi Eksklusif atau Teologi Pluralis, Saudara Budhy menyitir pendapat Ajith Fernando yang menjelaskan bahwa doktrin eksklusifitas agama berprinsip bahwa agama sayalah yang paling benar, agama lain sesat dan menyesatkan.

Tetapi, Saudara Budhy, rupanya Teologi Eksklusif yang Saudara kemukakan ini sudah ketinggalan zaman. Berikut ini saya akan kutipkan beberapa pendapat pakar sejarah dan teolog Kristen.

1. Uskup John Shelby Spong dalam bukunya Why Christianity Must Change or Die (1998). (Mengapa agama Kristen Harus Berubah (keimanannya) atau akan Mati).

"Kita harus membebaskan Yesus dari kedudukannya sebagai Jurusalamat.Ajaran ini harus dicabut dan dibuang"

2. Reverend DR Charles Francis Potter dalam bukunya The Lost Years of Jesus Revealed (1992).

"Para pemuka agama Kristen tidak dapat dimaafkan untuk (mempertuhankan Yesus) dengan memanfaatkan keterbatas­an. berfikir orang-orang Palestina 2000 tahun yang lalu"

3. John Davidson dalam bukunya The Gospel of Jesus (1995).

"Barangkali kita (umat Kristen) telah tersesat selama 2000 tahun"

Ketiga contoh diatas memperlihatkan bahwa ketiga pakar di atas bukannya mengatakan bahwa agama mereka, Kristen, adalah agama yang paling benar, tetapi malah sebaliknya mengakui bahwa agama mereka ternyata adalah agama yang salah dan menyesatkan.

Selanjutnya saudara mengutip Karl Rahner tentang Teologi Inklusif yang sekarang mulai dianut oleh Vatikan: "Agama lain adalah bentuk implisit dari agama kita". Hal ini tidak berlaku untuk agama Islam dan Kristen sebagaimana yang dibeberkan oleh Pakar sejarah Max I. Dimont dalam bukunya Jews, God and History (1994).

"Pemisahan antara Kristen dan Yahudi terjadi setelah tahun 50-an, setelah sekte Kristen dibawa ke penyembahan berhala dan menjadikannya agama dunia"

Dari pernyataan Max I. Dimont ini, jelas terlihat bahwa Islam sebagai agama wahyu bukan merupakan bentuk implisit dari agama dunia (Kristen).

Demikian pula ketika saudara mengutip John Hick dan John B. Cobb Jr. yang mengatakan bahwa "Agama berbeda-beda tetapi semuanya benar", ini dibantah kembali oleh John Shelby Spong dalam bukunya Rescuing the Bible from Fundamentalism (1991) dengan mengatakan:

"Dia (Paulus) tidak menulis firman Allah. Yang dia tulis adalah kata-katanya sendiri yang khusus, penuh keterbatasan serta memiliki berbagai kelemahan sebagai ciri seorang manusia"

Saudara Budhy, saya heran dengan pandangan saudara! Ketika para pakar teolog Kristen mengakui bahwa agama Kristen berbeda dengan Islam karena Kristen adalah penyimpangan dari ajaran Yesus yang diselewengkan oleh Paulus, sementara Islam mengikuti ajaran Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam , kok malah saudara ngotot bahwa Islam sama saja dengan Kristen.

Oleh karena itu, ketika saudara mengutip ayat-ayat Kitab Suci Al Qur'an, saya sangat berkepentingan untuk meluruskannya. Kalau tidak, umat Muslim dapat saja tergelincir dalam kemusyrikan.

Saudara mengutip Al Qur'an surat Ali Imran:19, yang artinya:

"Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam". Lalu kemudian mengutip surat Ali Imran :85 yang artinya:

"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi".

Dengan ayat-ayat ini saudara menuduh umat Islam berpikir eksklusif bahwa agama Kristen tidak termasuk agama yang diterima dan diridhai Allah. Lalu Saudara mengajukan penafsiran inklusif sebagai penafsiran yang "lebih baik dan benar" untuk memasukkan agama Kristen sebagai agama yang juga diterima dan diridhai Allah karena menurut saudara merekapun pasrah sepenuhnya (kepada Allah).

Namun sebelum semuanya kita terima atau kita tolak, baiklah kita tengok definisi saudara setelah diterapkan pada agama Islam dan Kristen. Islam = berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

Kristen = berserah diri sepenuhnya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

Saudara Budhy, dari definisi Saudara sendiri, ternyata Islam tidak sama dengan Kristen. Masih kabur? Camkanlah pernyataan sejarawan Edward Gibbon dalam bukunya The Decline and Fall of the Roman Empire ( 1974), hal 656.

"Namun Yesus hanyalah manusia biasa, dan di hari kiamat (nanti), kesaksiannya akan mengutuk baik umat Yahudi yang menolak kerasulannya, maupun umat Kristen yang menyembahnya sebagai Anak Allah"

Ketika manusia di permukaan bumi dicekoki dengan penyem­bah­an kepada berhala-berhala selain Allah, maka sudah saatnya Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meluruskan kembali Jalan Lurus yang dibengkokkan Paulus dan para pendukung-pendukungnya.

"Yaitu orang-orang yang menghalang-halangi manusia dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok".(Al A'raaf :45)

Untuk inilah kita diperintahkan Allah untuk menjalankan dakwah, mengeluarkan umat Kristen dari kesesatan dan kegelapan, akibat perbuatan para pemimpin mereka yang menyeret serta membiarkan mereka berada dalam lembah kegelapan.

"Katakanlah: 'Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok padahal kamu menyaksikan?" (Ali Imran:99)
http://swaramuslim.net/more.php?id=A114_0_1_0_M

===> Yth. Pak Hadjar,

Sejujurnya saya baru tahu tentang Coker ini.

Yang saya tahu sebelumnya sebagai 'fundementalist kristen' yang punya cantolan ke elite (katanya sich dulu CSIS salah satunya) adalah Kasebul
(atau Kasepul?).

Saya sendiri tahu Kasebul, sejak sebuah organisasi pro-demokrasi mengadakan 'pembersihan' karena telah disusupi oleh Kasebul--dan saya cukup dekat dengan organisasi ini.

Adapun setelah itu saya dengar lagi cerita tentang Kasebul dari Mas George Aditjondro dan terakhir dari seorang kawan saya yang marxist-katolik, yang menceritakan bahwa doktrin Kasebul adalah anti-komunis dan anti-islam.

Apa Kasebul ini sama dengan Coker?

Salam,
Zaki

hadjar.zonnet@zonnet.nl wrote:

On 22 Aug 2003, at 3:50, del bintang wrote:

Terkadang orang yang mengebom Gereja adalah orang Kristen sendiri, contohnya adalah Gang Coker yang kepanjangan dari Cowok Kresten. Tetapi Sering dikaburkan dengan Cowok Keren, agar tidak mencemarkan nama agama. gang Coker ini betul-betul biadab. Membunuh, mengebom hanya sekedar mendapatkan uang recehan. Gang Coker inilah sebenarnya sumber dari segala kerusuhan di Maluku dan POSO. Crisis Centre Keuskupan Amboina 2003-08-14

Coker ini adalah gerombolan preman yang "dipiara" oleh beberapa faksi
serdadu (TNI) untuk sewaktu-waktu diberi tugas untuk memprovokasi.

---------------------------------
Tuntutan hukuman mati untuk anggota Gang Coker Di Pengadilan Jakarta Utara telah dituntut hukuman mati bagi dua anggota kelompok Coker (singkatan untuk Cowo-Cowo Keren), yakni pada tgl. 18 Juni untuk Abraham Tariola, yang dituduh telah merakit k.l. seratus bom dan menyerahkannya kepada teman-teman Coker untuk dipergunakan dengan tujuan destruktif, dan pada tgl. 24 Juni untuk pemimpin kelompok Coker bernama Berthy Loupatty karena menyuruh ke-16 anggota kelompoknya untuk melaksanakan pemboman dengan tujuan membunuh dan merusak.
Kurungan seumur hidup dituntut untuk Andreas Polaufessy, yang langsung
membantu Abraham Tariola dengan mengerjakan bahan ledakan itu. Menurut jaksa, aksi-aksi teroris itu dilaksanakan untuk menerima imbalan finansial dari oknum-oknum yang ingin melanggengkan konflik di Maluku, khususnya di P. Ambon dan sekitarnya. Disebutnya hasil yang menyedihkan dari tindakan gang Coker
itu, yakni: 84 orang terbunuh, 273 dilukai. Rugi fisik ialah hancurnya KM California, 2 gedung gereja, 2 gedung sekolah, 1 rumah adat dan 461 bangunan lain.

Milis Istiqlal adalah milis terbuka, siapapun (Muslim, Kafir, ataupun Munafik (seperti Jusfiq, He-Man, Proletar, dll yg sering menghina Islam, ummat Islam dan Organisasi Islam, he he he...:) bisa jadi anggota milis ini.

To unsubscribe from this group, send an email to:
istiqlal-unsubscribe@yahoogroups.com

To subscribe from this group, send an email to:
istiqlal-subscribe@yahoogroups.com

Your use of Yahoo! Groups is subject to
http://docs.yahoo.com/info/terms/

######################################################################################################

Sangat berterimaksih atas jawaban Anda.

Wassalam,
Sunny

----- Original Message -----
From: H. M. Nur Abdurahman
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, May 25, 2010 1:14 AM
Subject: [wanita-muslimah] Latar Belakang Timbulnya Radikalisme

Latar Belakang Timbulnya Radikalisme
oleh HMNA

Fenomena radikalisme yang belakangan banyak terjadi tidak dapat ditudingkan sebagai implikasi dari pemahaman nas-nas Alquran yang literal. "Kekerasan" (baca: jihad dengan harta dan nyawa) yang dilakukan umat Islam sesungguhnya muncul sebagai reaksi atas ketertindasan dan perlakuan tidak adil yang kerap diterima umat Islam. Tak ada asap tanpa api. Seorang Muslim tidak mungkin berpangku tangan melihat saudara-saudaranya dizalimi. Ibarat satu tubuh, bila ada bagian tubuh yang sakit, maka yang lainnya turut merasakan. Laskar Jihad, misalnya, tidak akan repot-repot mengirim anggotanya ke
Ambon(*), Poso(**), , dll. sekiranya umat Islam di sana tidak dizalimi; Front Pembela Islam tidak akan susah-susah merekrut relawan untuk dikirim ke Palestina, seandainya ada pihak-pihak yang mau dan mampu mengendalikan perilaku barbar bangsa Yahudi; aksi bom syahid dan intifadhah tidak akan ada kalau bangsa Palestina tidak diteror secara membabi-buta oleh bangsa Yahudi; dan seterusnya dan seterusnya.

Radikalisme berwujud "terror" di Indonesia, adalah ijtihad meeka yang menganggap Indonesia ini adalah Dar al-Harbi, daerah perang. Padahal menurut ijtihad yang lain (termasuk yang difahami penulis dan Abu Bakar Ba'asyir), Indonesia ini BUKAN Dar al-Harbi. WaLla-hu a'lamu bi shshawa-b.

-------------------------
(*)
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
408. Masalah Ambon dan Maluku Utara

Respons dan sikap ummat Islam sehubungan dengan masalah Ambon dan Maluku Utara haruslah dipilah secara "regional", yaitu: Pertama, sikap ummat Islam di daerah yang terlibat langsung dalam "perang". (Untuk selanjutnya akan dipakai bahasa Al Quran, yaitu qital, yang akar katanya dibentuk oleh qaf, ta dan lam, QTL qatala artinya membunuh. Jika dibubuhkan alif diantara qaf dan ta, menjadilah QATL qa-tala yang berarti saling bunuh = perang). Kedua, sikap ummat Islam di daerah yang tidak terlibat dalam qital. Daerah pertama ialah Ambon dan Maluku Utara sedangkan daerah kedua adalah daerah di luarnya.

Untuk daerah Ambon dan Maluku Utara pembahasan harus dimulai dari permulaan yang menyulut qital (pembantaian), yaitu pada waktu ummat Islam sedang shalat Iyd pada 19 Januari 1999 sekonyong-konyong diserbu dan dibantai oleh gerombolan pengacau liar non-Muslim, kemudian ummat Islam diusir meninggalkan tempatnya bermukim. Apapun alasannya, apakah itu kesenjangan sosial, lebih-lebih jika itu berbau SARA ataupun apakah itu ulah penghasut (provokator) elit politik yang bertujuan mengacaukan Sulawesi Selatan (para exodus Muslim etnis Bugis-Makassar dari Ambon dan Kupang) untuk mendiskreditkan Habibie yang mempunyai hubungan emosional dengan orang Bugis-Makassar, maka bagi ummat Islam yang sedang shalat Iyd yang dizalimi di Ambon itu setahun yang lalu, akan merasakan dan meresapkan betul dalam hati sanubari akan makna Firman Allah:
-- ADZN LLDZYN YQATLWN BANHM ZHLMWA WAN ALLH 'ALY NSHRHM LQDYR. ALDZYN AKHRJWA MN DYARHM BGHYR HQ ALA AN YQWLWA RBNA ALLH (S. ALHJ, 39-40), dibaca: Udzina lilladzi-na yuqa-talu-na biannahum zhulimu- wainnaLla-ha 'ala- nashrihim laqadi-r. Alladzi-na ukhriju- min diya-rihim bighayri haqqin illa- ayyaqu-lu- rabbunaLla-hu (s. alhjj), artinya:
-- Diizinkan berperang karena mereka dizalimi. Yaitu orang-orang yang diusir dari tempatnya bermukim dengan tidak benar hanya karena mereka berkata Maha Pemelihara kami adalah Allah (22 : 39-40).
-- KTB 'ALYKM ALQTAL WHW KRH LKM W'ASY AN TKRHWA SYY^N WHW KHYR LKM W'ASY AN THBWA SYY^AN WHW SYR LKM WALLH Y'ALM WANTM LA T'ALMWN (S. ALBQRT, 216), dibaca: Kutiba 'alaykumul qita-lu wahuwa karhul lakum wa'asa- an takrahu- syay.aw wahuwa khayrul lakum wa'asa- an tuhibbu- syay.aw wahuwa syarrul lakum waLla-hu ya'lamu waantum la- ta'lamu-n (s. albaqarah), artinya:
-- Diwajibkan atas kamu berperang padahal itu kamu benci, dan boleh jadi kamu benci akan sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu senang akan sesuatu tetapi itu buruk bagimu, dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak ketahui (2 : 216).

Al Quran adalah ibarat lemari yang di dalamnya terdapat rak-rak yang tersusun berisi pakaian yang dapat diambil untuk dipakai oleh ummat yang membutuhkannya sesuai dengan "suasana kebatinan" ummat itu. Bagi ummat Islam yang dizalimi waktu shalat Iyd setahun yang lalu itu yang cocok dengan suasana kebatinannya adalah kedua ayat di atas itu.

Untuk daerah yang diluar Ambon dan Maluku Utara perlu disimak Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Nu'man ibn Basyir seperti berikut:
-- ALMW^MNYN FY TRAHMHM WTWADHM WT'AATHFHM KMTSL ALJSD ADZA ASYTKY 'ADHWA TDA'AY LH SA^R JSDH BALSHR WALHMY, dibaca: Almu'mini-na fi- tara-humihim watawa-dihim wata'a- thifihim kamatsalil jasadi idzasy taka- 'udhwan tada-'a- lahu sa-iru jasadihi bissahri walhumma, artinya:
-- Para mu'min dalam kasih mengasihi, cinta mencintai, tolong menolong, ibarat tubuh, jika ada salah satu anggota yang terkena luka, seluruh tubuh ikut menderita tidak dapat tidur dan ditimpa demam. (The Messenger of Allah (SAWS) said: "The example of the believers in their mutual love, compassion and mercy is like a single body.If there is a pain in any part of the body, the whole body feels it." [Bukhari, Muslim])

Demam itu membara di Mataram dan meriang kecil di Makassar dalam wujud penggeledahan KTP dengan ekses penganiayaan serta "perpeloncoan" disusuh merayap, yang dilihat dari segi hukum positif termasuk tindakan kriminal. Hendaknya tanpa embel-embel murni, sebab dengan itu mengandung nuansa anak-anak kita mahasiswa yang demam itu disamakan dengan preman. Untuk meredam demam ini jalan satu-satunya ialah menyelesaikan akar permasalahannya di Ambon dan Maluku Utara. Untuk itu sebaiknya ditempuh upaya yang bersifat taktis dan strategis.

Upaya yang bersifat taktis supaya ditempuh oleh pemerintah cq polisi. Buat sekat, artinya pisahkan kelompok Muslim dengan non-Muslim. Kemudian batas-batas berupa sekat itu dijaga oleh polisi dibantu oleh TNI yang profesional dalam arti tidak memihak, tidak menjadi partisan. Status quo ini dipertahankan hingga tercapai suasana cooling-down. Termasuk dalam upaya taktis ini adalah segera menangkap sumber penghasut, dalang yang menghasut massa non-Muslim untuk membantai ummat Islam yang shalat Iyd setahun yang lalu. Supaya tidak salah tangkap harus difokuskan kepada yang non-Muslim, elit politik dari partai yang tidak berasaskan Islam dan yang tidak berbasis massa Muslim, dengan pertimbangan sejahil-jahilnya orang Islam di Ambon itu, ia tidak akan mungkin menyuruh membantai ummat Islam yang sedang shalat Iyd setahun yang lalu.

Upaya yang bersifat strategis ialah supaya ditempuh rekonsiliasi "regional". Ini yang paling berat. Pendapat Presiden Abdurrahman Wahid bahwa masalah Maluku harus diselesaikan oleh orang Maluku sendiri sesungguhnya ada benarnya jikalau dalam konteks upaya strategis rekonsiliasi "regional". Yang memegang peran dalam upaya rekonsiliasi ini haruslah dalam kalangan ulama, pendeta, tokoh-tokoh adat dan masyarakat orang Maluku yang ada di Maluku, bukan mereka orang Maluku yang ada di Jakarta atau di Makassar, atau di tempat-tempat lain di luar Maluku. Rekonsiliasi yang bersifat protokoler, formal, bahkan yang berbau hura-hura seperti menyanyi-menyanyi, menari-menari di luar Maluku apapula di Maluku sendiri supaya dihentikan, sebab tidak ada gunanya, berhubung tidak menyentuh grass-root.
Firman Allah:
-- LQD JA^KM RSWL MN ANFSKM 'AZYZ 'ALYHI MA 'ANTM HRYSH 'ALYKM BALMW^MNYN R^WF RHYM (S. ALTWBT, 128), dibaca: Laqad ja-akum rasu-lum min anfusikum 'azi-zun alayhi ma- 'anittum hari-shun 'alaykum bilmu'mini-na rau-fur rahi-m (s. attawbah), artinya:
-- Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kalanganmu, yang amat berat "dirasakan" olehnya akan derita kamu serta harap akan keimananmu, lagi sangat kasihan dan penyayang kepada orang-orang yang beriman (9 : 128).

Jiwa ayat di atas itu ialah masyarakat hanya akan mendengarkan seruan pimpinannya, hanya jika pimpinannya itu dari kalangan mereka yang ikut menderita, ikut menjadi korban qital dari konflik horisontal. Sebab berat mata memandang, lebih berat bahu memikul. WaLla-hu a'lamu bi shshawa-b.

*** Makassar, 30 Januari 2000
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2000/01/408-masalah-ambon-dan-maluku-utara.html

------------------------------------
(**)
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
724 Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu.

Poso dihuni dua kelompok besar pemeluk agama. Daerah pinggir Poso Kota dan pegunungan dihuni penduduk asli, suku Toraja, Manado, dan lain-lain. Mereka beragama Kristen Protestan dengan pusatnya di Tentena, pusat Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST). Daerah Poso Pesisir kebanyakan dihuni oleh pendatang Bugis, Jawa, Gorontalo, dan penduduk asli. Agama mereka Islam. Pemeluk Katolik hanya sedikit, termasuk Tibo Cs yang datang dari Flores.

Vonis mati dijatuhkan Pengadilan Negeri Palu pada 5 April 2001, diperkuat Pengadilan Tinggi Sulteng, 17 Mei 2001, dan Mahkamah Agung, 21 Oktober 2001. Penolakan grasi dari presiden 9 November 2005. Pengajuan kembali perkara (PK) telah dilakukan, tetapi dianggap tidak benar. Menurut ahli hukum, PK boleh diajukan bila syaratnya memang terpenuhi.

Ir. Lateka adalah mantan pejabat di Dinas Kehutanan Sulawesi Tengah. Dia adalah pimpinan "perang" Kelompok Merah yang membakar pemukiman dan membunuh masyarakat Muslim di Poso Pesisir pada 23 Mei 2000. Pada hari itu Tibo Cs yang setelah menyerang dan merusak beberapa kelurahan, ternyata ketahuan oleh massa Muslim berlindung dan terperangkap dalam kompleks Gereja Santa Maria. Segera kompleks itu dikepung oleh massa. Tibo Cs bernegosiasi dengan polisi agak lama dan alot, akhirnya polisi melepas Tibo Cs melalui pintu belakang kompleks mengikuti rombongan penghuni kompleks yang dievakuasi. Massa Muslim yang jumlahnya makin banyak menjadi naik pitam lalu merusak dan membakar kompleks, karena polisi membiarkan Tibo Cs lolos,

Pada 2 Juni 2000, Lateka dan pasukannya masuk Poso Kota, setelah menelpon Kapolres Baso Opu bahwa Lateka akan masuk Poso pada malam itu juga. Kapolres yang berasal dari Selayar ini menyarankan agar Lateka mengurungkan niatnya, tetapi Lateka tidak perduli. Dia datang dengan massa dalam jumlah besar, dengan menggunakan truk dan mobil mikrolet. Sasarannya adalah membumi-hanguskan Poso Kota. Di Kayamanya, mereka dihadang oleh Jamaah Majelis Dzikir Nurul Khairaat dan para santri pimpinan Habib Shaleh Alaydrus serta penduduk setempat, sehingga terjadi pertempuran sengit di depan masjid di Kelurahan Kayamanya itu. Sekitar 1 jam pertempuran itu terjadi, dan tiba-tiba terdengar pekik Allahu Akbar yang keras disertai robohnya kedua orang pimpinan Kelompok Merah, yaitu Lateka dan Paulina. Pasukan Merah mundur, setelah tahu kedua pemimpinnya itu menemui ajalnya oleh pasukan Habib Shaleh. Saat itu sudah sangat pagi, sekitar jam 06.15 Wita.

Setelah Lateka menemui ajalnya, di Tentena berlangsung konsentrasi massa yang sangat besar di sebuah lapangan sepak bola. Saat itu, dibacakan "surat wasiat" dari Lateka yang menunjuk Tibo sebagai pimpinan Kelompok Merah. Maka saat itulah, Tibo resmi menjadi pimpinan Kelompok Merah. Sebagai tambahan informasi, jaksa agung muda Prasetyo dalam wawancara di AN TV menyebutkan latar belakang Fabianus Tibo yang pernah menjadi residivis karena membunuh 4 orang Muslim atas dasar masalah agama !!!

Puluhan istri dan anak-anak mengaku bahwa suami dan ayah mereka digantung dan dipenggal di depan mata kepala mereka, lalu mayatnya dibuang ke sungai Poso. Semuanya menunjuk Tibo, Dominggus dan Marinus. Korban Muslim di Tagolu dan sekitarnya itu dibantai oleh pasukan Tibo. Ditemukan di baruga (tempat pertemuan) di Desa Tagolu, banyak sekali tali bekas gantungan dan bekas darah orang diseret dan sudah mengering. Ada kuburan massal yang berisi 19 mayat. Ada yang tinggal kepala, ada yang hanya kaki, tangan dan ada yang masih utuh. Tibo Cs juga menyerang dan membunuh warga Muslim di Pesantren Walisongo dan sekitarnya. Pesantren Walisongo dibakar habis dan penghuninya dibunuh. Pada pembantaian dan pembakaran ini banyak saksi hidup yang melihat Tibo Cs sebagai penjagal. Pesantren Walisongo terletak di Kilometer 9 menuju Tentena dari arah Poso Kota.

Pantaslah kalau ketiga PENJAGAL POSO itu dihukum mati karena perbuatannya. Penolakan grasi dari presiden 9 November 2005 kepada Tibo Cs, itu sudah memenuhi rasa keadilan masyarakat.

Itulah peristiwa penting dan pahit dalam Kerusuhan Poso. Mereka sudah didamaikan atas prakarsa HM Yusuf Kalla dan Susilo Bambang Yudoyono di Malino, Sulawesi Selatan. Salah satu butir kesepakatan dalam Perdamaian Malino adalah proses hukum bagi yang bersalah berjalan terus. Mengingat itu kasus Tibo Cs mestinya tidak diposisikan sebagai subjek tunggal. Dilihat dari latar belakangnya, riwayat hidup dan tingkat pemahaman terhadap konflik yang terjadi, dapat dipastikan sangat tidak mungkin Tibo Cs sebagai otak (aktor intelektual), melainkan hanya sekadar sebagi operator lapangan. Tibo Cs menunjuk 16 orang tokoh, terutama dari pihak Tentena.

Setelah Tibo bernyanyi tentang 16 nama dalam Kerusuhan Poso, Tibo Cs kembali melantunkan nyanyian baru pada 15 April 2006 di Lapas Kelas II A di Jalan Dewi Sartika Palu, soal keterlibatan Majelis Sinode GKST di Tentena dalam konspirasi dgn Yahya Patiro untuk cari jabatan sebagai Bupati Poso saat itu, yang berakibat Kerusuhan Poso. "Saya tidak tahu mengapa (mereka yang memegang jabatan di Majelis Sinode) tidak pernah diperiksa polisi," kata Tibo dalam wawancara eksklusif dengan sejumlah wartawan. "Saya katakan bahwa sebelum kami turun ke Poso, kami didoakan di halaman GKST oleh para pendeta," kata dia meyakinkan. Senada dengan nyanyian Tibo, Dominggus juga bernyanyi: "Bagaimana mereka tidak terlibat kalau mereka yang mendanai dan memimpin doa saat suruh kita pergi baku bunuh," katanya. Dengan nada bicara meledak-ledak, Dominggus bahkan mendesak polisi segera menangkap Yahya Patiro, yang menjabat sekretaris daerah Poso saat itu. "Saat itu saya berada di kantor GKST dan mengangkat telepon dari Yahya yang mencari Tungkanan. Karena Tungkanan tidak ada di tempat, Yahya kemudian menitip pesan supaya Tungkanan menghalangi jalan (Trans Sulawesi) yang akan dilalaui pasukan TNI dari arah Palopo, Sulawesi Selatan," katanya. "Justru dia itu (Yahya Patiro) yang mau cari jabatan hingga Poso jadi bagini," timpal Marinus Riwu. Berita sepenting ini tidak muncul di Koran KOMPAS ! Padahal beberapa hari sebelum nyanyian itu KOMPAS cukup rajin menampilkan artikel yang mendukung "pembebasan" Tibo! Nyanyian baru Tibo Cs ini diberitakan oleh Republika dan Media Indonesia.
Untuk Republika di http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=243803&kat_id=375
Untuk Media Indonesia di http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=96740

Hasil nyanyian Tibo Itu perlu dituntaskan untuk memenuhi rasa keadilan, sehingga memang sebaiknya eksekusi Tibo Cs ditunda, untuk dijadikan saksi dalam pengusutan. Tentu saja dengan tidak mengganggu-gugat keputusan hukuman mati yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dengan ditolaknya grasi mereka ketiganya oleh Presiden RI. Artikel-artikel tentang "pembebasan" Tibo yang dimuat di Kompas itu sungguh-sungguh menyinggung rasa keadilam masyarakat.

Khutbah kedua dalam khutbah Jum'at biasanya ditutup dengan S. An Nahl, 90:
-- AN ALLH YWaMR BAL'ADL WLAhSAN, dibaca: innaLlaha ya'muru bil 'adli wal ihsa-n, artinya:
-- Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil dan kebajikan (16:90). WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 23 April 2006
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2006/04/724-fabianus-tibo-dominggus-da-silva.html

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment