BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
408 Masalah Ambon dan Maluku Utara
Respons dan sikap ummat Islam sehubungan dengan masalah Ambon dan Maluku Utara haruslah dipilah secara "regional", yaitu: Pertama, sikap ummat Islam di daerah yang terlibat langsung dalam "perang". (Untuk selanjutnya akan dipakai bahasa Al Quran, yaitu qital, yang akar katanya dibentuk oleh qaf, ta dan lam, QTL qatala artinya membunuh. Jika dibubuhkan alif diantara qaf dan ta, menjadilah QATL qa-tala yang berarti saling bunuh = perang). Kedua, sikap ummat Islam di daerah yang tidak terlibat dalam qital. Daerah pertama ialah Ambon dan Maluku Utara sedangkan daerah kedua adalah daerah diluarnya.
Untuk daerah Ambon dan Maluku Utara pembahasan harus dimulai dari permulaan yang menyulut qital (pembantaian), yaitu pada waktu ummat Islam sedang shalat Iyd pada 19 Januari 1999 sekonyong-konyong diserbu dan dibantai oleh gerombolan pengacau liar non-Muslim, kemudian ummat Islam diusir meninggalkan tempatnya bermukim. Apapun alasannya, apakah itu kesenjangan sosial, lebih-lebih jika itu berbau SARA ataupun apakah itu ulah penghasut (provokator) elit politik yang bertujuan mengacaukan Sulawesi Selatan (para exodus Muslim etnis Bugis-Makassar dari Ambon dan Kupang) untuk mendiskreditkan Habibie yang mempunyai hubungan emosional dengan orang Bugis-Makassar, maka bagi ummat Islam yang sedang shalat Iyd yang dizalimi di Ambon itu setahun yang lalu, akan merasakan dan meresapkan betul dalam hati sanubari akan makna Firman Allah:
-- ADZN LLDZYN YQATLWN BANHM ZHLMWA WAN ALLH 'ALY NSHRHM LQDYR. ALDZYN AKHRJWA MN DYARHM BGHYR HQ ALA AN YQWLWA RBNA ALLH (S. ALHJ, 39-40), dibaca: Udzina lilladzi-na yuqa-talu-na biannahum zhulimu- wainnaLla-ha 'ala- nashrihim laqadi-r. Alladzi-na ukhriju- min diya-rihim bighayri haqqin illa- ayyaqu-lu- rabbunaLla-hu (s. alhjj), artinya: Diizinkan berperang karena mereka dizalimi. Yaitu orang-orang yang diusir dari tempatnya bermukim dengan tidak benar hanya karena mereka berkata Maha Pemelihara kami adalah Allah (22 : 39-40).
-- KTB 'ALYKM ALQTAL WHW KRH LKM W'ASY AN TKRHWA SYY^N WHW KHYR LKM W'ASY AN THBWA SYY^AN WHW SYR LKM WALLH Y'ALM WANTM LA T'ALMWN (S. ALBQRT, 216), dibaca: Kutiba 'alaykumul qita-lu wahuwa karhul lakum wa'asa- an takrahu- syay.aw wahuwa khayrul lakum wa'asa- an tuhibbu- syay.aw wahuwa syarrul lakum waLla-hu ya'lamu waantum la- ta'lamu-n (s. albaqarah), artinya: Diwajibkan atas kamu berperang padahal itu kamu benci, dan boleh jadi kamu benci akan sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu senang akan sesuatu tetapi itu buruk bagimu, dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak ketahui (2 : 216).
Al Quran adalah ibarat lemari yang di dalamnya terdapat rak-rak yang tersusun berisi pakaian yang dapat diambil untuk dipakai oleh ummat yang membutuhkannya sesuai dengan "suasana kebatinan" ummat itu. Bagi ummat Islam yang dizalimi waktu shalat Iyd setahun yang lalu itu yang cocok dengan suasana kebatinannya adalah kedua ayat di atas itu.
Untuk daerah yang diluar Ambon dan Maluku Utara perlu disimak Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Nu'man ibn Basyir seperti berikut:
-- ALMW^MNYN FY TRAHMHM WTWADHM WT'AATHFHM KMTSL ALJSD ADZA ASYTKY 'ADHWA TDA'AY LH SA^R JSDH BALSHR WALHMY, dibaca: Almu'mini-na fi- tara-humihim watawa-dihim wata'a- thifihim kamatsalil jasadi idzasy taka- 'udhwan tada-'a- lahu sa-iru jasadihi bissahri walhumma, artinya: Para mu'min dalam kasih mengasihi, cinta mencintai, tolong menolong, ibarat tubuh, jika ada salah satu anggota yang terkena luka, seluruh tubuh ikut menderita tidak dapat tidur dan ditimpa demam. (The Messenger of Allah (SAWS) said: "The example of the believers in their mutual love, compassion and mercy is like a single body.If there is a pain in any part of the body, the whole body feels it." [Bukhari, Muslim])
Demam itu membara di Mataram dan meriang kecil di Makassar dalam wujud penggeledahan KTP dengan ekses penganiayaan serta "perpeloncoan" disusuh merayap, yang dilihat dari segi hukum positif termasuk tindakan kriminal. Hendaknya tanpa embel-embel murni, sebab dengan itu mengandung nuansa anak-anak kita mahasiswa yang demam itu disamakan dengan preman. Untuk meredam demam ini jalan satu-satunya ialah menyelesaikan akar permasalahannya di Ambon dan Maluku Utara. Untuk itu sebaiknya ditempuh upaya yang bersifat taktis dan strategis.
Upaya yang bersifat taktis supaya ditempuh oleh pemerintah cq polisi. Buat sekat, artinya pisahkan kelompok Muslim dengan non-Muslim. Kemudian batas-batas berupa sekat itu dijaga oleh polisi dibantu oleh TNI yang profesional dalam arti tidak memihak, tidak menjadi partisan. Status quo ini dipertahankan hingga tercapai suasana cooling-down. Termasuk dalam upaya taktis ini adalah segera menangkap sumber penghasut, dalang yang menghasut massa non-Muslim untuk membantai ummat Islam yang shalat Iyd setahun yang lalu. Supaya tidak salah tangkap harus difokuskan kepada yang non-Muslim, elit politik dari partai yang tidak berasaskan Islam dan yang tidak berbasis massa Muslim, dengan pertimbangan sejahil-jahilnya orang Islam, ia tidak akan mungkin menyuruh membantai ummat Islam yang sedang shalat Iyd setahun yang lalu.
Upaya yang bersifat strategis ialah supaya ditempuh rekonsiliasi "regional". Ini yang paling berat. Pendapat Presiden Abdurrahman Wahid bahwa masalah Maluku harus diselesaikan oleh orang Maluku sendiri sesungguhnya ada benarnya jikalau dalam konteks upaya strategis rekonsiliasi "regional". Yang memegang peran dalam upaya rekonsiliasi ini haruslah dalam kalangan ulama, pendeta, tokoh-tokoh adat dan masyarakat orang Maluku yang ada di Maluku, bukan mereka orang Maluku yang ada di Jakarta atau di Makassar, atau di tempat-tempat lain di luar Maluku. Rekonsiliasi yang bersifat protokoler, formal, bahkan yang berbau hura-hura seperti menyanyi-menyanyi, menari-menari di luar Maluku apapula di Maluku sendiri supaya dihentikan, sebab tidak ada gunanya, berhubung tidak menyentuh grass-root.
Firman Allah:
-- LQD JA^KM RSWL MN ANFSKM 'AZYZ 'ALYHI MA 'ANTM HRYSH 'ALYKM BALMW^MNYN R^WF RHYM (S. ALTWBT, 128), dibaca: Laqad ja-akum rasu-lum min anfusikum 'azi-zun alayhi ma- 'anittum hari-shun 'alaykum bilmu'mini-na rau-fur rahi-m (s. attawbah), artinya: Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kalanganmu, yang amat berat "dirasakan" olehnya akan derita kamu serta harap akan keimananmu, lagi sangat kasihan dan penyayang kepada orang-orang yang beriman (9 : 128).
Jiwa ayat di atas itu ialah masyarakat hanya akan mendengarkan seruan pimpinannya, hanya jika pimpinannya itu dari kalangan mereka yang ikut menderita, ikut menjadi korban qital dari konflik horisontal. Sebab berat mata memandang, lebih berat bahu memikul. WaLla-hu a'lamu bi shshawa-b.
*** Makassar, 30 Januari 2000
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2000/01/408-masalah-ambon-dan-maluku-utara.html
Update:
Rabu, 26 September 2001
Berantas Dahulu RMS, Baru Ambon Damai
Kepolisian Daerah (Polda) Maluku, kemarin (25/9), akhirnya menetapkan Front Kedaulatan Maluku (FKM) sebagai organisasi terlarang. Kapolda Maluku Brigjen Edi Darnadi juga meminta semua orang yang merasa anggota FKM untuk menghentikan segala bentuk aktivitasnya di Maluku.
Keputusan itulah yang selama ini ditunggu-tunggu. Selama ini, warga Ambon, terutama umat Islam, merasakan kehadiran organisasi itu sebagai ganjalan bagi upaya perdamaian. Sementara itu, aparat menunjukkan kesan enggan menindak mereka --kendati sejumlah fakta jelas menunjukkan organisasi ini tak mengakui keutuhan RI.
Pelarangan FKM, kata kapolda, dikeluarkan karena Pimpinan Eksekutif FKM Alex Manuputty telah menjadi tersangka dalam kasus pengibaran bendera Republik Maluku Selatan (RMS), 25 April lalu. "Berkas Acara Pemeriksaan tersangka Alex telah dianggap lengkap oleh Kejaksaan Tinggi dan tinggal menunggu waktu sidangnya saja," kata Edi dalam konferensi pers di ruang kerjanya.
Sebelumnya pelarangan terhadap segala aktifitas FKM telah dikeluarkan Penguasa Darurat Sipil Daerah Maluku (PDSDM), Gubernur Saleh Latuconsina. Melalui Surat Keputusan No 09A/ PDSDM/IV/2001, gubernur melarang organisasi yang bernama FKM melakukan kegiatan yang bertentangan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) termasuk pengibaran bendera RMS.
Hanya saja, larangan PDS Maluku itu tidak digubris oleh FKM. Pembangkangan terhadap larangan itu ditunjukkan FKM dengan melakukan upacara peringatan kemerdekaan RMS yang diikuti dengan pengibaran bendera RMS pada 25 April 2001 lalu.
FKM dan RMS memang satu paket. FKM adalah organisasi yang memperjuangkan dikembalikannya kemerdekaan RMS. Organisasi ini mengklaim RMS telah merdeka di Maluku, pada 25 April 1950. FKM juga menuding kemerdekaannya itu telah direbut RI.
Tentu saja ini ganjalan besar bagi perdamaian di Maluku. Ini tecermin pada sebuah spanduk besar di atas ruas Jalan Diponegoro, Ambon, tepatnya di perbatasan antara desa Batu Merah dan Mardika, Kecamatan Sirimau.
"Anda Memasuki Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. RMS Dilarang Lewat," demikian bunyi spanduk itu. Masyarakat Muslim Batu Merah melarang pihak Kristen melewati jalan itu, karena menganggap mereka mendukung gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS) yang ingin memisahkan diri dari RI.
RMS itu pulalah yang selama ini dianggap menjadi dalang kerusuhan di Ambon dan Maluku. Sejak mula kerusuhan meletus, 19 Januari 1999, tanda-tanda adanya gerakan separatis itu sudah terasa. Itu bisa dilihat dari yel-yel RMS seperti nunusaku dan menamoeria diteriakkan pasukan penyerang umat Islam. Selain itu, bendera RMS tertancap di ujung kota dan hutan di Pulau Ambon, Lease, dan Seram. Sejumlah dokumen RMS juga banyak ditemukan.
Selain itu, ada pengakuan dari Presiden RMS FLJ Tutuhatunewa dari pemerintahan pengasingannya di Belanda bahwa RMS berada di belakang peristiwa-peristiwa yang terjadi di Maluku. Semua petunjuk tentang keberadaan gerakan separatis itu ditangkis dengan sengit melalui komentar bahwa RMS telah mati.
Lalu Front Kedaulatan Maluku (FKM) muncul ke permukaan sebagai reinkarnasi RMS. Organisasi ini memperingati kemerdekaan RMS dan mengibarkan bendera RMS, 25 April lalu. "Bagaimana kami tidak marah, tidak ada warga Kristen yang memprotes RMS. Ini menunjukkan mereka semua RMS," kata seorang aktivis sebuah ormas di Ambon, Salim Samsudin.
Pendapat senada dikemukakan Abdullah Latuapo, dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ambon. "Pertumpahan darah di Ambon yang terus berlarut-larut merupakan aktualisasi dari rencana RMS yang dibangun selama 50 tahun terakhir oleh para pemimpin dan kader RMS di dalam dan luar negeri," katanya.
Sesepuh Maluku, Abdullah Soulisa (81), juga melihat adanya kesamaan kerusuhan saat ini dengan kondisi 50 tahun silam, ketika Dr Soumokil bersama sejumlah pasukan bekas KNIL melakukan pemberontakan dari NKRI. "Saat itu, terjadi pembakaran kampung-kampung, pembantaian, dan pengusiran. Korbannya sama, umat Islam," kata saksi sejarah yang kini menjadi Ketua Yayasan Al Fatah, Ambon itu.
Setelah perang dan kerusuhan panjang yang menelan ribuan nyawa itu, warga Maluku mungkin sudah terbiasa hidup dalam suasana tanpa harapan. Aksi bunuh, meratakan desa dan tempat ibadah, menjadi peristiwa biasa. Padahal kuburan terus digali dan nisan-nisan baru terus ditancapkan. Sebagai manusia, mereka tentu ingin hidup normal. Tapi bagaimana caranya, itulah yang tak kunjung terjawab, karena akar persoalan tak pernah disentuh.
Karena RMS sudah terbukti berada di belakang semua aksi kekerasan itu, maka satu-satunya solusi adalah memberantas kekuatan laten itu. Selanjutnya, orang-orang yang terlibat ditangkap dan diadili. "Dalang konflik Ambon dan Maluku itu sudah jelas. Sekarang tunggu apalagi?" tegas Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Maluku, Abdul Karim Rahayaan. sukirno
Tambahan:
Dalam "Dialog Pluralisme Agama", karya Fathimah Usman, Penerbit: LKiS Yogyakarta, Tgl terbit April 2002 ada disebutkan kurang lebih bahwa bentrokan antar ummat beragama di Indonesia penyebabnya terjadi karena (di samping factor sosio-politik, ekonomi) masih kukuhnya truth claim dan salvation claim yang terjelmakan kepada monopoli kebenaran agama yang diusung oleh para agamawan.
Teori atau konsep Fathimah Usman dari komunitas Utan Kayu (JIL) di atas itu akan diperhadapkan pada realitas di lapangan seperti berikut.
Bentrokan penganut agama tegasnya antara Muslim dengan non-Muslim yang disebabkan oleh truth claim dan salvation claim tidak pernah terjadi di lapangan. Itu hanya ada dalam angan-angan Fathimah saja. Dalam kenyataan di lapangan secara global bentrokan antara Muslim dengan non-Muslim hanya terjadi di mana penduduk Muslim bukan mayoritas, seperti di Ambon dan Bosnia dll. Ingat, jangan dibalik, yaitu di Amrik Muslim bukan mayoritas tetapi tidak terjadi bentrokan agama. Lihat perumusan berikut:
Secara global bentrokan antara Muslim dengan non-Muslim => terjadi di mana penduduk Muslim bukan mayoritas.
Panahnya hanya satu arah dari kiri ke kanan, tidak timbal balik.
Pada waktu terjadi exodus etnik Bugis Makassar dari Ambon ke negeri asal mereka di Sulawesi Selatan (di mana di Ambon sana Muslim itu minoritas), pada waktu itu umumnya orang kuatir akan terjadi pula bentrokan ummat beragama di daerah ini. Saya selalu katakan dalam perbincangan di mana saja pada waktu terjadinya exodus itu, di Sulawesi Selatan insya Allah tidak akan terjadi bentrokan itu, karena penduduk di sini mayoritas Muslim. Bahkan pada pada zaman DI/TII di daerah ini ummat Kristen tidak diapa-apakan. Memang pernah terjadi perusakan gereja-gereja, tetapi itu bukan oleh truth claim dan salvation claim, melainkan oleh "semangat" missionaris kalau saya tidak salah ingat dari Saksi Jehova yang mempunyai semangat misionaris seperti Evangelis yang diceritakan oleh Majallah Time dan Harian The Telegraph.(#)
Teori Fathimah tentang truth claim dan salvation claim yang menjadi penyebab bentrokan, tidak mampu menjelaskan mengapa ummat Islam dan Kristen di Ambon sebelum bentrokan, sebelum Orde Baru, bahkan sebelum Orde Lama ummat Islam dan Kristen hidup rukun dan damai? Saya tantang penggagas teori truth claim dan salvation claim dari kelompok Utan Kayu untuk menjawab pertanyaan itu.
Wassalam
HMNA
------------------------------------
(#)
Dalam edisi yang bergambar Salib emas yang sedang digenggam, Time menurunkan judul Should Christians Convert Muslims? Inilah yang menjadi laporan utama Time edisi tersebut tentang proyek kristenisasi, khususnya Kristen Evangelis, di seluruh dunia. Aliran ini juga yang dianut oleh Presiden AS George W Bush dan PM Inggris Tony Blair. Dalam peta yang dilampirkan, negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, India dan Nigeria termasuk negara-negara dengan jumlah misionaris dan penginjil tertinggi. Dicantumkan dalam peta tersebut, jumlah penginjil dan misionaris yang tersebar di Indonesia diperkirakan 4.000 sampai 10.000 orang aktivis.
Harian Inggris terkemuka, The Telegraph edisi Sabtu (27/12), melansir berita antara lain:
misionaris Evangelis yang bergabung dalam International Mission Board (IMB) menyebarkan 1 juta Bibel berbahasa Arab bersama ribuan keping video serta brosur-brosur agama berbahasa Arab ke seluruh Irak. Sebab menurut mereka, 8000 keping video Kristen yang disebar dalam misi terakhir mereka beberapa waktu lalu, sangat tidak memadai. Para misionaris Evangelis berkeyakinan bahwa Muslim dan Kristen tidak menyembah Tuhan yang sama. Inilah doktrin yang mendorong misi penyebaran Kristen oleh para penginjil IMB tersebut ke negara Muslim Irak. IMB merupakan anak organisasi Southern Baptists, sebuah sekte Protestan terbesar di Amerika.
----- Original Message -----
From: mas Arcon
To: Wm
Sent: Wednesday, October 05, 2011 3:53 PM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Think-Tank Warns of Tensions in Indonesia's Malukus
Berarti nyalahin orang makasar yg jadi pendatang ?
Bukannya di ambon juga sudah sering perang antar kampung ya ?
mas Arcon from BlackBerry Esia AHA
-----Original Message-----
From: "Sunny" <ambon@tele2.se>
Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Thu, 6 Oct 2011 09:47:34
To: <Undisclosed-Recipient>
Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Think-Tank Warns of Tensions in
Indonesia's Malukus
Ref: Salah satu sebab utama adalah akibat aliran garis keras yang dibawa sebagai bekal perantauan oleh sebahagian transmigrasi dari luar Maluku. Selama sejarah rakyat Maluku belum pernah masalah kepercayaan dijadikan jarak pemisah untuk pertumpahan darah di Maluku, malah sebaliknya saling menghargai dan bekerja sama dalam suka dan duka, terkecuali dalam zaman Indonesia merdeka darah mengalir atas unsur agama. Apakah ini kemerdekaan untuk menindas kaum minoritas baik dari segi agama maupun etnik? Apakah rakyat Maluku di Maluku patut hidup dalam keadaan demikian?
Anda mempunya pendapat lain?
http://www.thejakartaglobe.com/home/think-tank-warns-of-tensions-in-indonesias-malukus/469661
Think-Tank Warns of Tensions in Indonesia's Malukus
October 05, 2011
Tensions between Christians and Muslims on an Indonesian island group wracked by sectarian violence a decade ago are again reaching worrying levels, a think-tank warned on Tuesday.
The International Crisis Group said fresh tensions on the Maluku Islands needed to be urgently addressed after a clash last month in the provincial capital Ambon killed seven and displaced 4,000.
The incident likely inspired the suicide bombing of a church on the country's Java island two weeks later as retaliation, the ICG report said.
"Old grievances are being dredged up, and a new narrative of Muslim persecution is taking root that needs urgently to be countered," said the report, "Indonesia: trouble again in Ambon."
Between 1999 and 2002, more than 5,000 Muslims and Christians were killed in frequent clashes that involved slaughter, savage mutilations and forced religious conversions, leaving Ambon split along religious lines.
"Since the earlier conflict ended, it has been almost completely segregated into Christian and Muslim communities, and everyone knows where the borders are between residential neighborhoods," the report said.
Violence resurfaced in Ambon on September 11 when a text message circulated that a Muslim motorcycle taxi driver had been tortured and killed by Christians, a minority group in the Muslim-majority nation.
Police said the driver died in a road accident, but photos of the battered victim circulated online and raised suspicions about his death, with relatives saying the man's body showed what appeared to be stab wounds.
Violence broke out at his funeral and gave way to two days of bloody clashes that included shootings, stabbings and severe beatings, prompting Jakarta to send in hundreds of troops.
Religious Strife a Daily Reality in Ambon
Agence France-Press
+++++
http://www.thejakartaglobe.com/home/religious-strife-a-daily-reality-in-ambon/469140
Religious Strife a Daily Reality in Ambon
Nivell Rayda | October 02, 2011
A bouquet of freshly picked flowers stands on an unmarked grave in Mangga Dua, Ambon. Darmin Saiman, a motorcycle taxi driver whose controversial death on Sept. 10 brought the city to chaos, lies buried underneath.
The religiously charged riot, which killed a total of eight civilians and displaced hundreds, began the day after Darmin died, with dodgy details and theories about his death fueling the violence.
Darmin was known among his neighbors in the Waihaong Muslim neighborhood as a kind man and devout Muslim. On Sept. 10, he was found drenched in blood and barely alive in the Christian area of Gunung Nona, where Muslims rarely go. His motorcycle was beside him.
Police were quick to say Darmin was a victim of a motorcycle accident at a notoriously deadly section in a the hilly area. He was riding downhill too fast, police said, and lost control as he negotiated a steep curve and slammed into the wall of Yohanes Sahanaya's house before being thrown several meters into a gutter.
But that story seemed to be inconsistent with Darmin's injuries. Why did he have bruises all over his body, and why was there was a wound on his back deep enough to puncture his heart? Even Yohanes claimed to have heard nothing at the time of the incident.
"My police neighbor was first on the scene and found the body. He alerted me that there had been an accident, so I offered to take the man to the hospital in my car," Yohanes said. "He was already in a coma. It looked like he suffered from internal bleeding. Blood was gushing from his nose and mouth. By the time we got to the hospital, he was already dead."
The official explanation of the wound on Darmin's back was that it was caused by the barbed wire atop of Yohanes' wall, according to police. Yohanes' neighbor who found Darmin was never questioned.
Yohanes said he was baffled when the National Commission for Human Rights (Komnas HAM) presented him with pictures of Darmin's post-mortem examination a week later. "The picture shows stitches running around the top of his left foot. The only injury I found on his foot was a small cut right around his heel," he said.
Yohanes was also shocked to see bruises on Darmin's head, shoulders, lower ribs and stomach. Police never released the results of Darmin's post-mortem to his family.
The battered and lifeless body of Darmin, with his bloody shirt and a hole in his back, were enough to fuel wild speculation.
Some 500 people attended Darmin's funeral on Sept. 11, and soon the rallying cry of "Allah is great" at the grave site were loud enough to agitate residents of nearby Christian sector of Mangga Dua, which was still traumatized by the 1999-2002 sectarian conflict that had pitted Muslims and Christians.
Reymondus Sahertian, a Christian from Kuda Mati, recalled hearing a story that Muslim mourners had harassed and injured a Christian schoolgirl.
He and hundreds of others from Kuda Mati and Batu Gantung, another Christian area, descended on Mangga Dua to confront the mourners about the incident. The meeting quickly degenerated into violence, though hospitals in Ambon said there was no record of a young female patient matching the description of the schoolgirl reportedly attacked by Muslims.
The Maluku branch of the Indonesian Christian University was set on fire, while rocks were hurled at public minivans coming in from Christian areas such as Kuda Mati and Gunung Nona.
"We were provoked by the Muslims," Reymondus said.
All but three alleyways, where the Christians reportedly lived, had only skeletons of homes filled with collapsing roofs, charcoal, ashes and burned plastic.
The Christian area of Talake, where at least 400 people lived, is now abandoned with its inhabitants taking refuge in the Christian stronghold of Air Putri.
The riot quickly moved downtown to the Silo Church intersection, a buffer zone between the Muslim areas in the southwest and the Christian neighborhoods in the northeast. Amid the chaos, police opened fire on the crowd and injured rioters as well as bystanders. Among the eight fatalities were a 15-year-old and a school teacher.
The following morning, dozens of homes in the Muslim area of Mardika on the other side of town were torched.
Adi Kaimuddin, a resident from the Waringin Muslim neighborhood, said he was defending Muslims from Christian attacks. Hundreds of men descended on his neighborhood, chasing Muslims away while burning and looting their homes.
A curfew has been since been in place as heavily armed soldiers and police guard businesses and homes.
"The security presence only makes us more nervous," Adi said. We are eager to restore our lives and come back to our homes, but authorities told us we can't. At the same time, they say everything is under control."
This report is supported by the Pantau Foundati
[Non-text portions of this message have been removed]
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment