klo bosen tempe bs bikin tahu sendiri....
Membuat Tahu Sumedang Sendiri
Tahu semedang pertama kali dikenalkan di Sumedang oleh emigran dari Cina yang bernama Ong Kin No pada tahun1900-an. Tahu Sumedang dijual dalam keadaan sudah di goreng dengan ciri khas kulit luarnya yang berbintik-bintik dan rasa yang gurih, perpaduan kulit tahu yang kering dan bagian dalam yang agak basah. Dalam pembuatan tahu Sumedang tidak diperlukan pengawet seperti pada pembuatan tahu putih, ini karena tahu Sumedang sudah digoreng sehingga daya tahannya lebih lama.
Proses Pembuatan
Alat
Mesin Giling, digunakan untuk membuat bubur kedelai atau gunakan blender untuk membuat dalam jumlah sedikit.
Kuali Perebus, digunakan untuk merebus bubur kedelai, usahakan terbuat dari bahan yang anti-karat misalnya stainless steel.
Wajan Penggoreng
Kompor atau Tungku
Baskom Plastik, digunakan untuk merendam kedelai dan menampung bubur kedelai.
Tempat Penyaringan, digunakan bersama kain saring untuk menyaring bubur kedelai menjadi sari kedelai.
Rak Bambu/Ancak, merupakan tempat tahu mentah hasil cetakan yang terbuat dari anyaman bambu yang berfungsi sebagai peniris. Ancak juga digunakan sebagai tempat tahu yang sudah digoreng.
Bahan Baku
Kedelai, gunakan kedelai lokal yang berbiji kecil dan berwarna kuning tapi kadang juga kehijauan. Kedelai lokal rasanya lebih gurih daripada kedelai impor yang bulat besar dan berwarna putih yang biasanya lebih bagus kalau digunakan untuk tempe. Varietas kedelai lokal terbaik untuk tahu adalah Dempo, Orba, Rinjani, Wilis dan Galunggung.
Air, dalam pembuatan tahu air digunakan untuk perendaman kedelai, pembuatan bubur kedelai dalam mesin giling, pendingin generator, perebusan bubur kedelai, perendaman tahu mentah, dan pembersihan alat. Untuk 1 kg kedelai diperlukan air sebanyak 45 liter. Gunakan air yang layak minum untuk bahan makanannya dan air layak bersih untuk pendingin generator dan pencucian alat.
Penggumpal (koagulan), penggumpal digunakan untuk mengendapkan bagian protein atau bahan tahu dari sari kedelai. Untuk tahu Sumedang, digunakan bahan penggumpal biang, yaitu air sisa penggumpalan pembuatan tahu yang sudah berumur 2-3 hari. Untuk pembuatan pertama, penggumpal yang digunakan adalah asan cuka (asam asetat) pekat 98-99 %, bukan cuka karet. Asam cuka tersebut kemudian diencerkan, caranya,dalam 45 liter air bubuhkan 0,5 liter asam cuka. Campuran ini bisa dipakai untuk satu kali gilingan atau 10 kg kedelai. Sementara larutan biang untuk pembuatan berikutnya digunakan dengan cara ¼ liter asam cuka ditambah larutan biang hari pertama ditambahkan ke dalam 30 liter air untuk satu kali gilingan. Untuk hari ketiga sama, tapi hari keempat volume airnya 35 liter untuk satu kali gilingan.
Antibusa, digunakan untuk mengontrol atau mengurangi busa pada saat pembuatan bubur kedelai. Umumnya, pembuat tahu mengatasi timbulnya busa dengan cara mengatur besar dan kecilnya api dan mengaduk bubur kedelai ketika dipanaskan. Terdapat beberapa macam antibusa dipasaran antara lain kalsium karbonat, minyak goreng dan silcone defoamer. Untuk tahu Sumedang digunakan minyak kelapa sisa penggorengan hari sebelumnya, disamping bisa menghilangkan busa juga dapat meminimalisir bau langu dari kedelai.
Pengawet, Sebisa mungkin hindari penggunaan pengawet sintetis seperti natrium benzoat, asam propinat, dan natrium sorbat walaupun itu diijinkan oleh pemerintah. Gunakan pengawet alami seperti garam atau kunyit. Sebenarnya jika dalam proses pembuatan tempat, pekerja, alat dan bahan bakunya dijaga mutu dan kebersihannya, tahu bisa lebih awet.
Minyak Goreng, Minyak terbaik untuk tahu adalah minyak kacang tanah tapi karena harganya mahal bisa digantikan dengan minyak kelapa sawit curah. Untuk 100 kg kedelai digunakan minyak sawit curah sebanyak 40 kg di hari pertama, sedangkan hari selanjutnya sebanyak 20-25 kg.
Bumbu, Gunakan campuran kemiri, bawang putih dan garam yang dihaluskan dan dilarutkan dalam air rendaman tahu mentah siap goreng.
Bahan
Kacang Kedelai 100 kg
Air 4000 liter
Larutan biang 350 liter
Minyak Goreng 20-25 kg
Bumbu Secukupnya
Cara Pembuatan
Pembuatan sari kedelai.
1. Bersihkan kedelai dari kotoran atau benda asing seperti kerikil, pasir, kedelai pecah, berjamur, berlubang, dan busuk.
2. Rendam dalam air dengan perbandingan 1 : 2 selama 3-5 jam atau cukup 1-2 jam bila digunakan air hangat dengan suhu 550 C, jangan lebih, tahu akan berkurang rendemennya karena protein menggumpal.
3. Bersihkan kedelai hasil rendaman dengan air, tiriskan.
4. Giling kedelai sampai berbentuk bubur sambil ditambah air sedikit demi sedikit. Tampung dalam wadah anti-karat.
5. Masukan bubur kedelai kedalam air yang panas atau mendidih sambil terus dipanaskan.
6. Aduk, siram air dingin sekitar 3 liter, atau tambahkan minyak goreng sisa sebanyak 0,5 liter untuk mengatasi timbulnya busa. Masak atau rebus bubur kedelai sampai matang atau sampai bubur kedelai berwarna kuning pucat.
7. Angkat dan saring bubur kedelai. Proses penyaringan dibantu dengan penambahan air panas sekitar 100 liter per gilingan pada ampasnya hingga diperoleh air penyaringan jernih.
Penggumpalan dan pengendapan
1. Tambahkan larutan biang ke sari kedelai yang masih panas di dalam tempat penyaringan tahu sebanyak 35 liter per gilingan.
2. Aduk rata dengan arah yng tetap sampai terbentuk endapan atau menggumpal, biarkan gumpalan sari kedelai turun dan mengendap di dasar tempat penyaringan tahu selama 5-15 menit.
3. Pisahkan gumpalan sari kedelai di dasar tempat penyaringan dari cairan sisa penggumpalan. Caranya ayakan bambu yng dilpisi kain saring dibenamkan, selanjutnya ambil cairan dengan gayung.
4. Tampung sebagian cairan sisa dalam tempat anti-karat untuk digunakan sebagai larutan biang.
Percetakan dan Pengepresan
1. Hancurkan gumpalan sari kedelai dengan cara diaduk searah perlahan-lahan dalam tempat penyaringan. Masukan gumpalannya kedalam cetakan yang beralaskan kain saring halus.
2. Tutup bagian atas permukaan sari tahu dengan kain saring, lalu letakkan papan penutup serta pemberat di atasnya. Biarkan selama 10-15 menit sampai gumpalan memadat dan air sisanya keluar dan menetes melalui lubang cetakan.
Pemotongan dan Penggorengan
1. Angkat tahu dari cetakan bila tahu telah padat, cirinya air yang menetes dari cetakan sedikit.
2. Letakkan tahu di rak bambu sambil dibalik permukaannya.
3. Potong tahu setelah memadat betul sesuai selera. Tahu padat cirinya bila dipegang keras dan dingin.
4. Rendam potongan tahu mentah dengan raknya kedalam bak rendaman berisi larutan bumbu selama 5-10 menit. Angkat dan tiriskan.
5. Goreng tahu setelah airnya tiris. Penggorengan menggunakan minyak goreng dalam jumlah banyak dengan api yang besar. Masukan tahu jika minyak gorengnya sudah betul-betul panas.
6. Simpan tahu goreng di rak-rak sampai dingin, kemudian kemas dalam keranjang bambu.
Alat
Mesin Giling, digunakan untuk membuat bubur kedelai atau gunakan blender untuk membuat dalam jumlah sedikit.
Kuali Perebus, digunakan untuk merebus bubur kedelai, usahakan terbuat dari bahan yang anti-karat misalnya stainless steel.
Wajan Penggoreng
Kompor atau Tungku
Baskom Plastik, digunakan untuk merendam kedelai dan menampung bubur kedelai.
Tempat Penyaringan, digunakan bersama kain saring untuk menyaring bubur kedelai menjadi sari kedelai.
Rak Bambu/Ancak, merupakan tempat tahu mentah hasil cetakan yang terbuat dari anyaman bambu yang berfungsi sebagai peniris. Ancak juga digunakan sebagai tempat tahu yang sudah digoreng.
Bahan Baku
Kedelai, gunakan kedelai lokal yang berbiji kecil dan berwarna kuning tapi kadang juga kehijauan. Kedelai lokal rasanya lebih gurih daripada kedelai impor yang bulat besar dan berwarna putih yang biasanya lebih bagus kalau digunakan untuk tempe. Varietas kedelai lokal terbaik untuk tahu adalah Dempo, Orba, Rinjani, Wilis dan Galunggung.
Air, dalam pembuatan tahu air digunakan untuk perendaman kedelai, pembuatan bubur kedelai dalam mesin giling, pendingin generator, perebusan bubur kedelai, perendaman tahu mentah, dan pembersihan alat. Untuk 1 kg kedelai diperlukan air sebanyak 45 liter. Gunakan air yang layak minum untuk bahan makanannya dan air layak bersih untuk pendingin generator dan pencucian alat.
Penggumpal (koagulan), penggumpal digunakan untuk mengendapkan bagian protein atau bahan tahu dari sari kedelai. Untuk tahu Sumedang, digunakan bahan penggumpal biang, yaitu air sisa penggumpalan pembuatan tahu yang sudah berumur 2-3 hari. Untuk pembuatan pertama, penggumpal yang digunakan adalah asan cuka (asam asetat) pekat 98-99 %, bukan cuka karet. Asam cuka tersebut kemudian diencerkan, caranya,dalam 45 liter air bubuhkan 0,5 liter asam cuka. Campuran ini bisa dipakai untuk satu kali gilingan atau 10 kg kedelai. Sementara larutan biang untuk pembuatan berikutnya digunakan dengan cara ¼ liter asam cuka ditambah larutan biang hari pertama ditambahkan ke dalam 30 liter air untuk satu kali gilingan. Untuk hari ketiga sama, tapi hari keempat volume airnya 35 liter untuk satu kali gilingan.
Antibusa, digunakan untuk mengontrol atau mengurangi busa pada saat pembuatan bubur kedelai. Umumnya, pembuat tahu mengatasi timbulnya busa dengan cara mengatur besar dan kecilnya api dan mengaduk bubur kedelai ketika dipanaskan. Terdapat beberapa macam antibusa dipasaran antara lain kalsium karbonat, minyak goreng dan silcone defoamer. Untuk tahu Sumedang digunakan minyak kelapa sisa penggorengan hari sebelumnya, disamping bisa menghilangkan busa juga dapat meminimalisir bau langu dari kedelai.
Pengawet, Sebisa mungkin hindari penggunaan pengawet sintetis seperti natrium benzoat, asam propinat, dan natrium sorbat walaupun itu diijinkan oleh pemerintah. Gunakan pengawet alami seperti garam atau kunyit. Sebenarnya jika dalam proses pembuatan tempat, pekerja, alat dan bahan bakunya dijaga mutu dan kebersihannya, tahu bisa lebih awet.
Minyak Goreng, Minyak terbaik untuk tahu adalah minyak kacang tanah tapi karena harganya mahal bisa digantikan dengan minyak kelapa sawit curah. Untuk 100 kg kedelai digunakan minyak sawit curah sebanyak 40 kg di hari pertama, sedangkan hari selanjutnya sebanyak 20-25 kg.
Bumbu, Gunakan campuran kemiri, bawang putih dan garam yang dihaluskan dan dilarutkan dalam air rendaman tahu mentah siap goreng.
Bahan
Kacang Kedelai 100 kg
Air 4000 liter
Larutan biang 350 liter
Minyak Goreng 20-25 kg
Bumbu Secukupnya
Cara Pembuatan
Pembuatan sari kedelai.
1. Bersihkan kedelai dari kotoran atau benda asing seperti kerikil, pasir, kedelai pecah, berjamur, berlubang, dan busuk.
2. Rendam dalam air dengan perbandingan 1 : 2 selama 3-5 jam atau cukup 1-2 jam bila digunakan air hangat dengan suhu 550 C, jangan lebih, tahu akan berkurang rendemennya karena protein menggumpal.
3. Bersihkan kedelai hasil rendaman dengan air, tiriskan.
4. Giling kedelai sampai berbentuk bubur sambil ditambah air sedikit demi sedikit. Tampung dalam wadah anti-karat.
5. Masukan bubur kedelai kedalam air yang panas atau mendidih sambil terus dipanaskan.
6. Aduk, siram air dingin sekitar 3 liter, atau tambahkan minyak goreng sisa sebanyak 0,5 liter untuk mengatasi timbulnya busa. Masak atau rebus bubur kedelai sampai matang atau sampai bubur kedelai berwarna kuning pucat.
7. Angkat dan saring bubur kedelai. Proses penyaringan dibantu dengan penambahan air panas sekitar 100 liter per gilingan pada ampasnya hingga diperoleh air penyaringan jernih.
Penggumpalan dan pengendapan
1. Tambahkan larutan biang ke sari kedelai yang masih panas di dalam tempat penyaringan tahu sebanyak 35 liter per gilingan.
2. Aduk rata dengan arah yng tetap sampai terbentuk endapan atau menggumpal, biarkan gumpalan sari kedelai turun dan mengendap di dasar tempat penyaringan tahu selama 5-15 menit.
3. Pisahkan gumpalan sari kedelai di dasar tempat penyaringan dari cairan sisa penggumpalan. Caranya ayakan bambu yng dilpisi kain saring dibenamkan, selanjutnya ambil cairan dengan gayung.
4. Tampung sebagian cairan sisa dalam tempat anti-karat untuk digunakan sebagai larutan biang.
Percetakan dan Pengepresan
1. Hancurkan gumpalan sari kedelai dengan cara diaduk searah perlahan-lahan dalam tempat penyaringan. Masukan gumpalannya kedalam cetakan yang beralaskan kain saring halus.
2. Tutup bagian atas permukaan sari tahu dengan kain saring, lalu letakkan papan penutup serta pemberat di atasnya. Biarkan selama 10-15 menit sampai gumpalan memadat dan air sisanya keluar dan menetes melalui lubang cetakan.
Pemotongan dan Penggorengan
1. Angkat tahu dari cetakan bila tahu telah padat, cirinya air yang menetes dari cetakan sedikit.
2. Letakkan tahu di rak bambu sambil dibalik permukaannya.
3. Potong tahu setelah memadat betul sesuai selera. Tahu padat cirinya bila dipegang keras dan dingin.
4. Rendam potongan tahu mentah dengan raknya kedalam bak rendaman berisi larutan bumbu selama 5-10 menit. Angkat dan tiriskan.
5. Goreng tahu setelah airnya tiris. Penggorengan menggunakan minyak goreng dalam jumlah banyak dengan api yang besar. Masukan tahu jika minyak gorengnya sudah betul-betul panas.
6. Simpan tahu goreng di rak-rak sampai dingin, kemudian kemas dalam keranjang bambu.
KEEP IT SIMPLE
From: Sunny <ambon@tele2.se>
To: Undisclosed-Recipient@yahoo.com
Sent: Monday, July 30, 2012 3:27 AM
Subject: [wanita-muslimah] Tempe Langka? Bikin Sendiri Gampang Kok, Begini Caranya
To: Undisclosed-Recipient@yahoo.com
Sent: Monday, July 30, 2012 3:27 AM
Subject: [wanita-muslimah] Tempe Langka? Bikin Sendiri Gampang Kok, Begini Caranya
http://www.tribunnews.com/2012/07/29/tempe-langka-bikin-sendiri-gampang-kok-begini-caranya#
Tribunnews.com - Minggu, 29 Juli 2012 09:53 WIB
Tempe Langka? Bikin Sendiri Gampang Kok, Begini Caranya
TRIBUNNEWS.COM - Tempe dan tahu merupakan makanan tradisional sebagian besar masyarakat Indonesia.
Sayang sekarang sedang mahal harga kedelai yang membuat para pembuat tempe mogok kerja. Tapi jangan khawatir. Anda bisa bikin sendiri di rumah. Caranya gampang. Kalau nggak ada kedelai, bisa bikin tempe dengan bahan non kedelai.
Sebut saja tempe benguk, atau tempe dengan bahan kacang-kacangan jenis lain.
Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian bahkan dilakukan di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat.
Teknik pembuatan tempe ini telah dikerjakan masyarakat Indonesia khususnya bermula dari masyarakat Jawa selama beberapa abad yang lalu dengan prosedur pembuatannya masih sangat sederhana.
Berbagai bahan dasar yang dapat digunakan dalam pembuatan tempe, tetapi yang paling populer dan paling banyak dipergunakan adalah tempe berbahan dasar kedelai.
Untuk memperoleh tempe yang berkualitas baik, maka kedelai yang digunakan juga harus yang berkualitas baik dan tidak tercampur dengan biji-bijian yang lain, seperti jagung, kacang hijau dan biji-bijian lainnya.
Selain itu, prosedur pengolahan harus dilakukan dengan cermat. Proses pembuatan tempe pada dasarnya adalah proses menumbuhkan spora jamur tempe, yaitu Rhizopus sp., pada biji kedelai.
Dalam pertumbuhannya, Rhizopus sp. membentuk benang-benang yang disebut sebagai benang hifa. Benang-benang hifa ini mengikatkan biji kedalai yang satu dengan biji kedelai lainnya, sehingga biji-biji kedelai ini membentuk suatu massa yang kompak. Massa kedelai inilah yang selanjutnya disebut sebagai tempe.
Selama masa pertumbuhannya, jamur Rhizopus sp. juga menghasilkan enzim yang dapat menguraikan protein yang terdapat dalam biji kedelai, sehingga protein-protein dalam biji kedelai ini mudah dicernakan.
Selama masa pertumbuhan jamur Rhizopus sp. Selain Rhizopus, diperkirakan banyak jenis mkiroorganisme lain yang mungkin turut campur, tetapi tidak menunjukkan aktifitas yang nyata.
Namun demikian, aktivitas nyata dari mikroorganisme yang mungkin turut campur ini akan terlihat setelah aktivitas pertumbuhan Rhizopus sp. melampaui masa optimumnya, yakni setelah terbentuknya spora-spora baru yang berwarna putih-kehitaman.
Hal ini dapat diketahui terutama pada tempe yang dibiarkan atau disimpan dalam suhu kamar, yaitu dengan terciumnya bau amoniak. Adanya bau amoniak pada tempe menunjukkan bahwa tempe mulai mengalami pembusukan. Bau amoniak ini masih terasa sekalipun tempe telah dimasak, sehingga dapat menurunkan cita rasa konsumen.
Karena itu, agar diperoleh tempe yang berkualitas baik dan tahan agak lama, maka selama proses pembuatan tempe perlu diperhatikan sanitasi dan kemurnian bibit (inokulum) yang akan digunakan.
Alat
-------------------------
1. Baskom
2. Saringan
3. Dandang
4. Kipas Angin /Kipas
5. Sotel kayu
6. Tampah
7. Kompor
8. Peralatan lain yang diperlukan
-------------------------
1. Baskom
2. Saringan
3. Dandang
4. Kipas Angin /Kipas
5. Sotel kayu
6. Tampah
7. Kompor
8. Peralatan lain yang diperlukan
Bahan
-------------------------
1. Kacang kedelai
2. Ragi tempe (inokulum) atau biakan murni Rhizopus sp.
3. Kantong plastik, atau daun pisang, atau daun jati.
-------------------------
1. Kacang kedelai
2. Ragi tempe (inokulum) atau biakan murni Rhizopus sp.
3. Kantong plastik, atau daun pisang, atau daun jati.
Cara Membuat
----------------------------
Cucilah tampah, ayakan, kipas dan cukil yang akan digunakan, kemudian dikeringkan. Bersihkan kacang kedelai dari bahan-bahan lain yang tercampur, kemudian cuci hingga bersih.
----------------------------
Cucilah tampah, ayakan, kipas dan cukil yang akan digunakan, kemudian dikeringkan. Bersihkan kacang kedelai dari bahan-bahan lain yang tercampur, kemudian cuci hingga bersih.
Rendam kacang kedelai yang telah dicuci bersih selama 12-18 jam dengan air dingin biasa (proses hidrasi agar biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin).
Lepaskan kulit biji kedelai yang telah lunak, kemudian cuci atau bilas dengan menggunakan air bersih. Kukus / rebus biji kedelai tersebut sampai empuk.
Setelah biji kedelai terasa empuk, tuangkan biji-biji tersebut pada tampah yang telah dibersihkan, lalu diangin-angin dengan kipas/ kipas angin sambil diaduk-aduk hingga biji-biji tersebut terasa hangat.
Taburkan ragi tempe yang telah disiapkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk supaya merata (1,5 gram ragi tempe untuk 2 kg kedelai).
Siapkan kantong plastik atau daun pisang, atau daun jati untuk pembungkus. Bila kantong plastik yang digunakan sebagai pembungkus, berilah lubang-lubang kecil pada kantong tersebut dengan menggunakan lidi atau garpu.
Masukan kedelai yang telah diberi ragi tempe (RAPRIMA) ke dalam pembungkusnya, atur ketebalannya sesuai dengan selera.
Proses fermentasi kacang kedelai ini pada suhu kamar selama satu atau dua hari atau hingga seluruh permukaan kacang kedelai tertutupi jamur.
Perhatikan :
a. Kebersihan tempat kerja dan peralatan kerja karena akan meningkatkan kualitas tempe yang dihasilkan.
b. Suhu ruang yang lebih hangat mempercepat proses fermentasi jamur pada tempe.
a. Kebersihan tempat kerja dan peralatan kerja karena akan meningkatkan kualitas tempe yang dihasilkan.
b. Suhu ruang yang lebih hangat mempercepat proses fermentasi jamur pada tempe.
__._,_.___
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
.
__,_._,___
0 comments:
Post a Comment