Ngabuburit Zaman Baheula (1)
Dari Menteng, pinggiran Ciliwung, hingga Kampung Arab
Bicara Ramadan zaman baheula di Jakarta kurang asyik tanpa menyinggung tempat berkumpul menanti bedug buka alias ngabuburit. Bila sekarang kebanyakan orang menghabiskan waktu ngabuburit di pusat-pusat belanja, taman-taman kota, dan arena bermain terbuka, lalu di mana lokasi ngabuburit favorit warga ibu kota tempo dulu, masa kolonial Belanda?
Sejarawan Jakarta, Alwi Shahab, menyebut beberapa lokasi nongkrong asyik digemari orang-orang buat menanti buat menunggu azan magrib. Misalnya di sepanjang pinggiran Kali Ciliwung, Situ Lembang di kawasan Menteng, pasar raya di Kwitang, Pasar Senen, dan Taman Suropati - dulu bernama Gurgermeester Bisschopplein.
Pada 1940 hingga 1950-an, saban menjelang buka puasa, daerah-daerah itu menjadi tujuan utama pemuda hingga dewasa. "Saya suka bersepeda keliling Jakarta. Sehabis asar saya mulai dari Kwitang, lalu ke Situ Lembang, terus Taman Suropati. Di sana anak-anak muda sampai dewasa ramai sekali. Pasar Senen dan Kali Ciliwung juga ramai," kata dia ketika dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya, Rabu pekan lalu.
Daerah Menteng konon tempat paling disukai. Selain desain tata kota apik, dengan taman-taman indah serta bangunan gedung tinggi, kawasan ini bebas dari kendaraan umum, contohnya oplet. Menurut dia, hanya kendaraan khusus bisa masuk ke sana. "Yang boleh kendaraan pribadi dan sepeda. Rata-rata remaja ke sana. Beberapa menit menjelang magrib, pulang lagi ke rumah masing-masing," kata Alwi.
Tak cuma pribumi, orang-orang Belanda juga ikut nimbrung di sana, termasuk noni-noni Belanda. Bahkan, dua lokasi itu (Taman Suropati dan Situ Lembang) sampai sekarang masih menjadi lokasi ngabuburit kegemaran warga Jakarta, terutama setelah pembangunan Masjid Agung Sunda Kelapa di seberang Taman Suropati. Lain halnya dengan Kali Ciliwung. Jika dulu bantaran sungai menjadi tempat favorit ngabuburit, kini tidak lagi karena pinggirannya mulai dipadati permukiman warga.
Ingar bingar keramaian menjelang magrib juga terasa di sudut-sudut perkampungan Jakarta, tatkala pasar rakyat mulai dibuka. Orang-orang tumpah di sana, mulai remaja hingga dewasa. Rupa-rupa kue dan minuman khas Ramadan dijual. Pasar rakyat ini dibuka di kawasan perkampungan Kwitang, Jatinegara, dan Tanah Abang. "Ada yang belanja dan menununggu buka di lapak penjual kue-kue," Alwi menjelaskan.
Keramaian Ramadan juga terasa di perkampungan Arab Jalan Pekojan, Jakarta Barat. Menurut Alwi, pada 1940-an, sekitar 75 persen penduduk di sana masih keturunan Arab. Saban menjelang magrib, di pinggir-pinggir jalan banyak penjual makanan-makanan khas orang Arab. Namun sejak tahun 1960-an, keramaian mulai memudar. Perlahan orang-orang Arab di Pekojan tidak ada.
Bila anda ke sana, lanjut wartawan senior koran Republika ini, pasti menemukan bekas-bekas bangunan lama. Bangunan-bangunan di sepanjang Jalan Pekojan sekarang sudah berubah menjadi gudang tua. Tapi beberapa keturunan Arab, generasi ketiga masih berdiam di sana. "Dulu ada tempat penjualan kambing terkenal. Kalau nggak salah masih ada sampai sekarang, coba tanya mereka pasti jawab itu usaha turun temurun."
Lalu apa perbedaan lokasi ngabuburit sekarang dan tempo dulu? Menurut Abah Alwi, demikian ia disapa, dulu lokasi ngabuburit warga menyebar mulai dari pinggiran Kali Ciliwung sampai ke kampung-kampung. "Sekarang tidak. Tempat ngabuburit sudah berubah ke mal-mal."
--
untuk info lengkap & petunjuk lebih lanjut silahkan hubungi saya di
FaceBook : hanjakal@gmail.com
YM : Desatura@yahoo.com
Gtalk : hanjakal@gmail.com
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment