Advertising

Sunday, 30 September 2012

Re: [wanita-muslimah] Re: Beginilah Ritual Haji Nabi Ibrahim AS (1) + 2 + 3

 



Terima kasih, Mas Akmal, atas tanggapan Anda.
 
Saya juga punya buku-buku sejarah Islam, di antaranya yang Mas Akmal sebut. Sengaja saya cuplikkan dari Khalil Abdul Karim, karena dia adalah sejarawan Arab kontemporer yang tulisan awalnya adalah Quraisy min al-Qabiilah ilaa al-Dawlah al-Markaziyyah, yang ditulisnya pada 1993 dan diterbitkan oleh Daar Sina, Mesir atau Mu'assasah al-Intisyar al-'Arabi. Sehingga Ibnu Ishaq hanyalah salah satu saja dari sumber literatur sejarah yang ditulisnya.
 
Martin Lings yang menulis buku Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources pada 1987 memang tidak dijadikan rujukan oleh KAK, mungkin menurut saya tulisan Martin Lings lebih bersifat apologetik daripada sejarawan kritikus. KAK sendiri mencantumkan mimpinya Abdul Muthalib selama 3 kali dengan latar belakang AM yang mencari air ke luar Mekah untuk memenuhi kebutuhan air minum jemaah haji.
 
Bagaimanapun, kita harus berani membaca dan membuka semua wacana tentang sejarah Arab, baik yang ditulis oleh yang apologetik, yang mengritik, maupun yang membenci. Yang penting apa yang dikemukakan itu ada dasarnya, baik secara literatur, atau kajian dari hasil riset.
 
Wassalam,
 
chodjim
 
----- Original Message -----
Sent: Monday, October 01, 2012 7:52 AM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Beginilah Ritual Haji Nabi Ibrahim AS (1) + 2 + 3

Mas Chodjim, 

menurut sejarawan dan hagiografer muslim pertama Ibn Ishaq (lahir 84 H/704 M) dalam bukunya yang legendaris Sirah Rasullullah -- yang terbit hanya sekitar satu abad setelah kematian Nabi -- kejadiannya tidak seperti dimaknai Khalil Abdul Karim. 

Sumur Zamzam bukan digali oleh Abdul Muthalib (yang maknanya dilakukan pertama kali) melainkan DIGALI KEMBALI oleh Abdul Muthalib dan putranya Harits dengan banyak warga Mekkah. Lokasi penggalian di antara dua berhala Isaf dan Na'ilah, yang dianggap sebagai bapak dan ibu kaum Jurhum yang berubah menjadi batu.

Jauh sebelum kelahiran Abdul Muthalib (benar, nama aslimya Syaibah bin Hasyim, bukan bin Muthalib, salah seorang adik  lelaki Hasyim. Ada kisah menarik mengapa Syaibah anak Salma putri 'Amr dari suku Najjar yang sampai umur 14 tahun tinggal di Yatsrib namun kemudian lebih dikenal sebagai Abdul Muthalib penjaga kota Mekkah) orang-orang Jurhum yang berasal dari Yaman dan merupakan puak dari keturunan istri kedua Ismail, sudah menjadi pengelola Ka'bah untuk kepentingan para haji yang datang dari berbagai wilayah. Namun makin lama kaum Jurhum melakukan banyak ketidakadilan sehingga dibenci suku-suku lain, dan akhirnya diambil alih puak Khuza'ah. Kaum Jurhum diusir keluar dari Mekkah. Tetapi sebelum pergi, mereka menyembunyikan banyak harta karun di sumur Zamzam yang lalu ditimbun rata sehingga tak terlihat lagi. Rencana Jurhum adalah mereka akan meninggalkan Mekkah untuk sementara waktu. Setelah keadaan kembali tenang, baru mereka akan kembali untuk mengambil harta karun. Ibnu Ishaq menulis motif Jurhum menimbun Sumur Zamzam sebagai balas dendam.

Setelah Khuza'ah menguasai Mekkah, lama-kelamaan mereka pun menjadi seperti Jurhum. Satu waktu, salah seorang ketua suku Khuza'ah yang baru pulang dari Suriah membawa pulang berhala Hubal, pemberian kaum Moabit, dan meletakkannya di dalam tempat pemujaan di dalam Ka'bah. Kelak, Hubal dianggap sebagai "pemimpin" dari seluruh berhala yang ada di Mekkah.

Balik lagi ke kisah Abdul Muthalib yang terjadi jauh setelah era Khuza'ah, AM sangat suka menghampar tikar dan berbaring di dalam Hijr Ismail -- disebut begitu karena ada bekas ibu jadi kaki Ismail dan ibunya, Hajar, berada di dekat batu yang melapis ruangan ini, sehingga ini sekaligus juga merupakan bukti arkeologis tentang keberadaan Ismail dan Hajar di tempat itu.

Pada satu malam, AM bermimpi sesosok bayangan mendekatinya dan berkata "Galilah sumber air yang manis". Malam kedua, sosok itu kembali datang dalam mimpi AM dan berkata, "Galilah keberuntungan." Malam ketiga, kata-kata sosok itu menjadi, "Galilah timbunan harta karun." Malam keempat, muncul kata-kata spesik, "Galilah Zamzam." AM bertanya, "Apa Zamzam itu?"
Sosok itu menjawab:

   Galilah Ia, maka engkau tak akan pernah menyesal
   Karena ia adalah pusaka yang amat kaya
   dari nenek moyangmu yang paling luhur,
   Ia tak akan pernah kering, tidak juga berkurang
   dalam memenuhi kebutuhan semua jemaah haji

Sosok itu juga menjelaskan lokasi yang harus digali adalah tempat lembap, penuh darah, penuh kotoran, tempat semut bersarang, dan burung gagak mematuk-matuknya.

Ketika terbangun dan fajar menyingsing, AM mulai mencari tempat yang diilhamkan dalam mimpinya itu, bergerak dari Hijr Ismail (sudut Iraqi), menyusuri dinding timur laut sampai pintu Ka'bah, berhenti dan mencium Hajar Aswad, kembali menuju sudut Iraqi, melewati Hijr menuju sudut Suriah di sebelah barat, lalu menuju sudut Yamani di sebelah Selatan (gerakan anti-clockwise, pola tawaf), lalu menuju Timur dan kembali sampai ke Hajar Aswad. Tapi tak terlihat oleh AM adanya burung gagak. Baru setelah 7 kali berkeliling, terdengar kepalan sayap burung di hari yang mulai panas. Lalu datang lagi burung gagak lain, dan mereka menuju sebidang tanah yang diapit berhala Isaf dan Na'ilah yang selama ini dijadikan tempat penyembelihan kurban oleh Quraisy. Barulah AM makna "tempat penuh darah" dalam mimpinya itu, sehingga setelah yakin mengamati tempat itu yang kini terlihat sebuah sarang semut, AM pulang ke rumah dan mengajak anaknya Harits serta membawa 2 pangkur.

Kesibukan dua ayah-anak itu dengan cepat mengundang perhatian warga yang segera berkerumun, awalnya heran, lalu memprotes karena "kesucian" tempat itu sebagai lokasi penyembelihan kurban. AM bergeming dan tetap melakukan penggalian, sampai mata pangkurnya mengenai kotak harta karun. Setelah harta karun diangkat, tampaklah jejak sumber sumur Zamzam.

Harta karun kemudian dibagi tiga, sebagian disimpan di Ka'bah, sebagian menjadi milik Quraisy, dan sebagian lagi diberikan kepada Abdul Muthalib. Sejak itu pula Bani Hasyim dipercaya seluruh Quraisy menjadi penanggungjawab Zamzam.

(Sumber: Sirah Rasullah karya Muhammad Ibnu Ishaq edisi Wustenfeld dalam Martin Lings "Muhammad: His Life Based on the Earliest Source").

Wallahu a'lam bish shawab,

Akmal Nasery Basral


On Sep 30, 2012, at 11:18 AM, "chodjim" <chodjima@gmail.com> wrote:

 



Mas Mu'iz, maaf, telat menjawab.
 
Referensi itu sebenarnya ada di buku "Quraisy min al-Qaabilah ilaa al-Daulah al-Markaziyah" yang ditulis oleh sejarawan Arab Khalil Abdul Karim. Dan, buku ini sudah diterjemahkan oleh penerbit LKiS pada 2002 dengan judul "Hegemoni Quraisy."
 
Dalam buku ini pula disebutkan bahwa penggalian sumur yang disebut Zam Zam dilakukan oleh Abdul Muthalib (nama asli Syaibah), kakek Nabi Muhammad.
 
Di buku ini pula ada perdebatan ayat "innaa diina inda allaahi al-islaam" yang sebenarnya "innaa diina indallaahi al-haniifiyyah", yang sesuai dengan pernyataan Ibrahim tentang diin al-hanif.
 
Selanjutnya, mohon cari di toko buku, untuk membuka wawasan kita tentang sejarah Arab.
 
Wassalam,
 
chodjim
 
----- Original Message -----
Sent: Thursday, September 27, 2012 7:06 AM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Beginilah Ritual Haji Nabi Ibrahim AS (1) + 2 + 3

 

Oh ya pak Chodjim, mohon info sumber referensi :

(1) Gerakan al hanafiyyun tahun 609 M itu siapa pemimpinnya ? Bagaimana pemuda Muhammad menyikapi gerakan tersebut ?, bukankah saat itu Muhammad belum menerima wahyu ?

(2) Ka'bah sebanyak 29 kemudian menjadi 4 di masa Khulafa-ur Rasyidin itu lokasinya di mana saja ? Sampai akhir cuma di Mekkah berkat usaha bani umayyah dan bertahan hingga sekarang.

Wassalam
Abdul Mu'iz

Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: "chodjim" <chodjima@gmail.com>
Date: Thu, 27 Sep 2012 06:54:50 +0700
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Beginilah Ritual Haji Nabi Ibrahim AS (1) + 2 + 3

 



(1) Nah, akhirnya kan cuma merupakan simbol... :)
 
(2) Nah, akhirnya kan esoteris... Makanya, kewajiban fisik hanya sekali dan kewajiban esoterisnya itu yang berkali berkali-kali seumur hidup. Yang namanya sindiran "cleaning service" ya bukan kurang pas Mas Mu'iz, tetapi untuk pembaca yang selama ini sekadar membaca terjemahan Alquran "membersihkan rumah" itu bisa menjadi "mislead" alias salah arah.
 
(3) Nah, akhirnya kan yang harus dipahami makna hakiki "maqam Ibrahim"... :)
 
(4) Nah, yang ini sudah saya bahas di buku Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga.
 
Sampai tahap ini saya mengucapkan selamat... memasuki dunia hakikat, sehingga kewajiban fisik tidaklah perlu dilakukan berkali-kali. Yang hakikat itulah yang oleh al-Halaj, Rumi, maupun Hamzah Fansuri hanya bisa ditemui pada hatinya sendiri.
 
Khususnya pertanyaan saya pada poin (4), menjadi PR bagi yang ingin meningkatkan kualitas haji ke maqam Ibrahim yang adanya di dalam bayt (fii bayti) seperti yang diungkapkan pada Q. 3:97. Pertanyaan itu diulang sebagai berikut:
 
a) Apakah bayt itu namanya bibakkata, atau keberadaannya di bakkah (seharusnya bi bakkati atau fii bakkati)?
 
b) Apa iya bangunan fisik 11 m x 12 m x 16 m yang ada di lembah Mekah yang disebut Ka'bah itu yang harus dimasuki dan aman di dalamnya. Redaksi ayatnya "wa man dakhala hu kaana aamiina", barangsiapa yang memasukinya ia pasti aman. Padahal Ka'bah tidak boleh dimasuki.
 
c) Mengapa seruan untuk haji itu akan disambut dengan ya'tuuka rijaalan wa 'alaa kulli dhaamir" yang dalam bahasa Indonesianya adalah "datang kepada engkau dengan berjalan kaki atau dengan menunggang unta yang kurus". Siapa yang dimaksud dengan "engkau", apa makna "jalan kaki" dan "unta kurus". Jika yang dimaksud itu makna literal, mengapa justru yang kurus, seharusnya kan unta yang gemuk. Dan, tentunya kalau dipahami secara literal, berhaji tidak bisa diganti dengan bis, kapal, atau pesawat terbang. (Q. 22:27).
 
Datang kepada "engkau" itulah yang dikonfirmasi dengan "ilayhi sabiila" (jalan menuju "nya") pada 3:97.
 
Perlu diketahui, hingga zaman Nabi Muhammad di Jazirah Arabia masih berdiri tegak sebanyak 29 Ka'bah, dan pada masa Khulafa ar-rasyidin tinggal 4 Ka'bah, dan pada masa Bani Umayyah hingga Abbasiyyah tinggal yang di Mekah.
 
Terima kasih banyak atas perhatian semua pembaca WM, selamat beraksi, selamat merenungkan dalam-dalam poin a, b, dan c. Dan, saya pun siap bertugas mengajar sehari suntuk, dari Paramadina pagi ini hingga di Bintaro (21.00 - 24.00). 
 
Wassalam,
 
chodjim
 
----- Original Message -----
Sent: Thursday, September 27, 2012 2:31 AM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Beginilah Ritual Haji Nabi Ibrahim AS (1) + 2 + 3

 

Sabar pak Chodjim,

Kita bertanya dan berdialog kan tujuannya mencari pencerahan, jadi jangan terburu2 divonis pembacanya bingung pak. Insya Allah nawaytu kita sama, hanya untuk memantabkan saja. Ok saya lanjutkan dulu pertanyaan saya, mohon tidak dikesankan ngeyel :

(1) Nah mabatsah itu resort, pertemuan atau berlindung. Artinya ka'bah Makkah merupakan simbol, itulah sebabnya ketika fathu Makkah (penaklukan Mekkah) siapa yang benar2 berserah diri akan aman, siapa yang memasuki rumah masing2 tidak akan diganggu, itulah sebabnya karena Abu Sufyan enggan berislam meskipun minta perlindungan pada putrinya sendiri yang lebih dulu sudah ber-islam (malah menikah dengan nabi) tetap saja ditolak dan tidak aman, sehingga pada akhirnya masuk islam, baca QS an Nashr.

(2) Justru "Thohhir" itu dekat maknanya dengan "thaharah" yakni bersuci, maka secara esoteris bukan pada aspek jasad, berwudhu itu cuma mensucikan jasmani, tetapi hakekat, ruhani yang disucikan. Senada dengan ayat Qur'an lain yang menyebutkan, qur'an mustahil dapat disentuh, kecuali oleh orang yang disucikan (QS 56:79), naman para praktisi syari'ah malah menekankan pada aspek fisik dengan berwudu doang. Makanya kurang pas ketika pak Chodjim menyindir cleaning service.

(3) Redaksi "min maqami ibrahima mushalla" itu di QS 2:125 pak Chodjim, sehingga tidak selalu di dalam. Tetapi kalau di QS 3:97 memang di luar. Nah apa benar makna haqiqi itu mempersoalkan di dalam dan di luar ?

(4) Betul ada redaksi menarik "bakkah" adalah diberkati. Makanya ada redaksi "bibakkata". Bukankah ritual thawaf di ka'bah Makkah itu merupakan miniatur dari planet2 ber-rotasi ke matahari ?. Dan bukankah hajar aswad di ka'bah itu mirip "vagina", sehingga anjuran mengecupnya itu tidak lain supaya partisipan haji secara esoteris bermakna menghormati para ibu, termasuk memuliakan kaum perempuan, jangan malah melecehkan dan menganiaya mereka.

Secara umum, saya setuju bahwa seruan ibadah ritual haji adalah bagi orang yang "berkesanggupan" yakni "manis tatho'a ilayhi sabila" (QS 3:97) makanya bukan monopoli orang kaya materi saja. Sindiran bagi pejabat negara pergi haji berkali2 tetapi korupsi tetap lestari. Para artis selebritis pamer haji dan umrah tetapi malah tidak menghormati lembaga pernikahan, dihancurkan serta dilecehkan sendiri, keluarganya dibiarkan menuju berantakan bukan menuju sakinah.

Wassalam
Abdul Mu'iz

Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: "chodjim" <chodjima@gmail.com>
Date: Thu, 27 Sep 2012 00:53:53 +0700
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Beginilah Ritual Haji Nabi Ibrahim AS (1) + 2 + 3

 



Mas Mu'iz, justru yang ditanyakan itu yang saya sindir.
(1) Jadi, kalau bukan tempat berhimpun atau berjamaah, lalu apa yang dimaksud dengan bait itu? Apa iya, Ka'bah.
 
Matsaabah arti harfiahnya adalah tempat kembali, tempat pertemuan, resor, atau tempat perlindungan. Apa iya Ka'bah itu tempat pertemuan atau tempat berlindung?
 
(2) Apa iya Nabi Ibrahim dan Ismail itu melakukan thohhira terhadap bangunan Ka'bah? Padahal orang yang berwudhu atau bertayamum itu disebut melakukan "thaharah". Lalu, thaharah macam apa yang mereka berdua lakukan untuk orang-orang yang thawaf, yang i`tikaaf, yang ruku` dan yang sujud"?
 
(3) Bukan redaksi "min maqam", Mas Mu'iz, tetapi "fii hi aayaatun bayyinaat maqaam Ibraahim" pada Q. 3:97. Jadi, maqam Ibrahim itu ada di dalam bait. Dan, di dalam ayat ini disebutkan bahwa memasuki bait itu aman. Lalu, bagaimana kita bisa menjalankan perintah untuk memasuki bait?
 
(4) Benar bait yang awal didirikan untuk manusia itu adalah "bibakkata" dan bukan "bi bakkati". Apa iya secara nahwu itu "bibakkata" dan bukan "bi bakkati"? Padahal, secara ayat, ya bait bibakkata itu yang diberkahi dan bisa menjadi petunjuk bagi seluruh manusia. Jadi, yang menjadi petunjuk itu "bait bibakkata", dan bukan bait bi bakkati". Apa iya ini bait di Mekah? Apa iya bait di Mekah ini yang kalau dimasuki menjadi aman? Jika memang bait di Mekah ini yang dibersihkan oleh Ibrahim dan Ismail, mengapa Nabi Muhammad dan para sahabat memilih menetap di Yatsrib hingga akhir hayat? Bukankah Mekah telah ditaklukkan pada 8 H?
 
Jika bait ini di Mekah, mengapa perintah haji itu untuk seluruh manusia (bukan hanya yang Islam saja) dan manusia pun yang diperintah hanya yang mempunyai kemampuan (istathaa'a) untuk mengetahui jalan kepadanya. Siapa "nya" yang dituju? Bukankah kalau orang Mekah sendiri dengan mudah mengetahui Ka'bah? Lalu, mengapa seruan haji itu bukan untuk datang ke Ka'bah melainkan "datang kepada engkau". Siapa "engkau" yang dimaksud pada Q. 22:27?
 
Waduuh.., bisa membuat pembaca bingung, hahaha...
 
Wassalam,
 
chodjim
 
 
----- Original Message -----

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment