Advertising

Friday, 26 February 2010

[wanita-muslimah] Diskusi HMNA vs ahmadbadrudduja ttg angka 19 (1/2)

 

(1/2)
ahmadbadrudduja wrote:
Contoh kata Malak dan Mala'ikah jelas salah sama sekali. Antum mengatakan, "malak" adalah nama untuk keseluruhan makhluk yang diciptakan dari cahaya, sementara "mala'ikah" adalah sebagian dari mereka. Dapatkah ana ditunjukkan sumber dari mana antum mengutip ini? Ana berpendapat analisa ini salah. Kalau antum tengok kamus Al- Munjid (sayang, di kamar ana sekarang tidak ada kamus standar yang lebih besar, sepeti Lisan al-'Arab, Taj al-'Arus atau al-Qamus al-Muhith), antum akan temukan hal-hal berikut ini. Kata "al-malai'kah" dalam kamus itu disebut sebagai bentuk plural atau jamak dari "al-malaak" (dibaca dengan madd).
-------------------------
HMNA"
Kamus Al Munjid itu salah, bukan malaak, ini bertentangan dengan Al Quran Tamu-tamu yang terdiri atas para isteri petinggi Mesir, oleh Nyonya rumah, diberikannya kepada para tamu itu masing-masing sebuah pisau untuk memotong buah. Sementara mereka memotong buah, Nyonya rumah menyuruh budaknya keluar, yaitu Yusuf (yang kelak akan diangkat Allah menjadi Nabi). Para tamu tercengang, bahkan mereka mengiris tangan-tangan mereka (QTH'N AYDYHN, dibaca: qatha'na aydiyahinna), karena menyaksikan ketampanan wajah Yusuf. Mereka berkata: MA HDZA BSYRA AN HDZA ALA MLK KRYM (S.YWSF, 12:31), dibaca: ma- ha-dza- basyaran in ha-dza- illa malakun kari-m (s. yu-suf), artinya: Ini bukan manusia, ini tidak lain melainkan malak yang mulia. Jadi Munjid itu salah, bukan malaak, melainkan malak, yang dalam kosa kata Indonesia, malak, malakyn dan mala-ikah disebut malaikat. Kamus alMunjid itu bukan referens yang baik. Kahlan dia katakan umur tiga puluhan ke atas, lima puluh ke bawah. padahal kahlan itu adalah manula, seperti saya ini. Mengapa Munjid salah, karena ia beragama kristen, yang percaya Yesus disalib-mati dalam umur tiga puluhan. Dalam Al Quran disebutkan 'Isa bnu Maryam bercakap-cakap dengan manusia dalam buaian dan dalam keadaan kahlan. Jadi Munjid, karena ia kristen, bikin kesalahan, kahlan kok bisa tiga puluhan.

Tentang kaidah muannats merupakan bagian dari mudzakkar yang berupa spesi keseluruhan, itu dapat dipertanggung-jawabkan, karena makalah itu telah digodok dalam seminar, di mana yang berpartisipasi tidak kurang dosen-dosen bahasa Arab dari IAIN Alauddin Makassar, Universitas Muslim Indonesia dan Universitas Muhammadiyah. AhmadB itu apasih kualitasnya? Secra impulsif menyalahkan malak, yang AhmadB membetulkannya dengan malaak, mengambil referens dari kamus alMunjid yang kualitasnya bermasalah.

Artikel Serial WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU, sebelumnya dipublikasi digodok dahulu oleh team think tank. Kemudian karena dipublikasi, terbuka kesempatan untuk dinilai oleh publik. Yang berikut saya kutip dari Seri 003, yang di dalamnya ada itu kaidah muannats merupakan bagian dari mudzakkar yang berupa spesi keseluruhan: Baca dan simak baik-baik:
" Demikianlah seriusnya gejala alam berupa naiknya suhu di permukaan bumi ini, atau globalisasi thermal ini, maka Allah SWT memberikan informasi kepada ummat manusia sejak lebih 14 abad yang lalu. Berfirman Allah SWT dalam Al Quran, S. Yasin, ayat 80 sebagai berikut:
Alladzie ja'alalakum minasysyajari-lakhdhari naaran faidzaa antum minu tuuqiduun. artinya: Yaitu Yang menjadikan bagimu api dalam (zat) hijau pohon dan dengan itu kamu dapat membakar.
Sepintas lalu secara common sence, kita menjumpai pertentangan antara akal dengan wahyu. Akal kita mengatakan, bahwa api itu atau yang dibakar itu bukan dari pohon yang hijau, melainkan dari kayu-kayuan dan daun-daunan yang kering berwarna coklat. Ada kitab tafsir yang mencoba menjelaskan bahwa ada sejenis pohon yang dapat dijadikan kayu bakar, walaupun masih hijau. Tetapi akal kita mengatakan bahwa menurut qaidah bahasa Arab, bentuk mudzakkar (laki-laki) asysyjaru-lakhdhar dalam ayat di atas menunjuk kepada pohon secara keseluruhan, bukan hanya sekadar sejenis pohon. Kalaulah yang dimaksud hanya sejenis, atau sebahagian pohon, maka harus memakai bentuk muannats (perempuan), yaitu asysyaratu-lkhadhraau. Jadi penafsiran dalam kitab tafsir trersebut tidak/belum dapat memecahkan permasalahan adanya pertentangan antara akal dengan wahyu.

Kalau terjadi pertentangan antara akal dengan wahyu, maka akal harus mengalah. Seperti telah dijelaskan dalam Seri 001, akal membutuhkan informasi untuk berpikir. Akal harus mengalah kepada wahyu, oleh karena dalam keadaan yang demikian itu adalah suatu isyarat bahwa akal membutuhkan informasi yang lebih canggih untuk dapat merujuk akal itu kepada wahyu. Dan informasi ini bersumber dari ilmu fisika, kimia, botani dengan pengkhususan anatomi tumbuh-tumbuhan. Reaksi thermonuklir di matahari mentransfer wujud tenaga nuklir menjadi tenaga radiasi yang berwujud sinar gamma yang menembus ke lapisan bagian luar dari matahari. Sinar gamma itu mengalami penyusutan energi karena menembus lapisan matahari itu. Setelah sampai di bagian luar sinar yang telah berdegradasi energinya itu dikenal sebagai photon, lalu memancar ke sekeliling matahari, antara lain menyiram permukaan bumi.

Tumbuh-tumbuhan dibangun oleh bahagian-bahagian kecil yang disebut sel. Di dalam inti sel terdapat butir-butir pembawa zat warna. Yang terpenting di antara butir-butir itu adalah pembawa zat warna hijau, yang disebut khlorophyl, zat hijau daun (istilah ilmiyah dari bahasa Yunani, Kholoros = hijau, Phyllon = daun). Khlorophyl ini menangkap photon dari matahari dan mengubah wujud tenaga photon itu menjadi tenaga potensial kimiawi dalam makanan dan bahan bakar hidrokarbon di dalam molekul-molekul melalui proses photosynthesis. Dalam proses photosynthesis oleh khlorophyl ini dari bahan baku CO2 dan air dan photon dihasilkan makanan dan bahan bakar hidrokarbon dan oksigen. Selanjutnya melalui proses respirasi dalam tubuh manusia dan binatang dan budak-budak tenaga, makanan dan bahan bakar itu dengan oksigen dari udara berubahlah pula menjadi CO2 dan air. Demikianlah sterusnya daur atau siklus itu berlangsung. Photosynthesis - CO2 dan air - respirasi - makanan, bahan bakar, dan oksigen. Jadi tumbuh-tumbuhan mengambil CO2 dan mengeluarkan oksigen. Sebaliknya manusia dan binatang mengambil oksigen dan mengeluarkan CO2.

Secara gampangnya asysyajaru-lakhdhar itu adalah pabrik makanan / bahan bakar dan oksigen. Bahan mentahnya adalah air dan CO2. Mesin pabrik adalah photon dan proses dalam pabrik yang mengolah air dan CO2 menjadi makanan / bahan bakar dan oksigen disebut proses photosynthesis. Makanan dibakar dengan oksigen dalam tubuh manusia, oksigen dihisap dari udara, demikian pula bahan bakar dibakar dengan oksigen dalam mesin-mesin pabrik. Oksigen disedot dari udara. Itulah ma'na minasysyajari-lakhdhari naaran faidzaa antum minhu tuuqiduun. Demikianlah ilmu fisika, kimia, botani dengan pengkhususan anatomi tumbuh-tumbuhan membantu kita untuk dapat memahami S. Yasin, ayat 80 dengan baik, memberikan informasi yang cukup bagi akal kita, sehingga menghilangkan pertentangan antara akal dengan wahyu.

Alhasil, jika informasi itu cukup lengkap bagi akal, akan hilanglah pertentangan antara akal dengan wahyu. Pemakaian istilah asysyjaru-lakhdhar, zat hijau pohon dalam Al Quran lebih tepat dari istilah ilmiyah khlorophyl, zat hijau daun, oleh karena zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja, melainkan pada seluruh bagian pohon asal masih berwarna hijau, mulai akar yang tersembul asal masih hijau, dari batang asal masih hijau, cabang asal masih hijau, ranting, daun, sampai ke pucuk serta buah yang masih hijau. [Dikutip dari: Seri 003. Interaksi Iman dan Ilmu, Pencemaran Thermal, bertanggal 3 November 1991]
=================
Telah lebih 12 tahun dipublikasi, baru AhmadB yang kagum kepada Munjid yang menanggapi kaidah itu. Kalau AhmadB belum pernah tahu kaidah yang elementer itu, tidaklah itu berarti salah. Tempat rujuk yang paling baik adalah Al Quran. Lihat S. Yasin ayat 80 itu. Kata mudzakkar ALSYJR (asysyajar), menunjuk kepada spesi pohon secara keseluruhan. Nah baca yang ini: Alam tara kayfa dharab Lla-hu matsalan kalimatan thayyibatan kasyajaratin thayyibatin (14:24), artinya: Tidakkah engkau perhatikan , sebagaimana Allah mengumpamakan, kata yang baik bagaikan sebatang pohon yang baik. Dalam ayat ini kata muannts SYJRt merupakan bagian dari kata mudzakkar ALSYJR spesi pohon secara keseluruhan. Saya tambah satu lagi:. wa laa taqrabaa ha-dzihi sysyajarata fatakuwnaa mina zhzhalimyn (2:35), artinya: dan janganlah engkau berdua dekati pohon kayu ini nanti kamu berdua termasuk orang-orang yang aniaya. Kata muannts ALSYJRt merupakan bagian dari kata mudzakkar ALSYJR spesi pohon secara keseluruhan..
Serambi Madinah
HMNA

----- Original Message -----
From: ahmadbadrudduja
To: islam_liberal@yahoogroups.com
Sent: Saturday, January 10, 2004 09:10
Subject: <Islam_liberal> Re: Tentang angka 19 -- Akhi Suryawan

Assalamu 'alaikum,
Ana sepakat dengan Akhi Suryawan (dan kesepakatan ini tidak serta merta membuat ana menjadi Ahmadiyah) bahwa angka 19 itu othak-athik-mathuk saja. Sikap ana masih sama: analisa angka 19 itu mungkin benar, mungkin salah. Itu adalah ijtihad biasa. Kalau benar dapat bonus dua, kalau salah dapat bonus satu.

Tetapi dasar-dasar untuk mendukung analisa itu sangat lemah. Sebagian sudah ana jelaskan dalam posting yang lalu. Kelemahan lain muncul dalam posting Akhi Nur berikut ini. Sebelumnya, ana tegaskan, ana bukan ahli mate-matika, fisika, astronomi, atau sain secara umum. Latar belakang ana adalah pendidikan agama murni. Jad ana hanya mengajukan argumen berdasarkan ilmu yang ana kuasai saja.

Kelamahan itu tercermin dalam bagian argumen Akhi Nur berikut ini:

-------------------
Dalam qaidah bahasa Arab jenis kata muannats menunjukkan sebahagian dari keseluruhan, sedangkan jenis kata muzakkar menunjukkan keseluruhan. Seperti misalnya kata jenis muzakkar Malak menunjukkan secara keseluruhan makhluq Allah yang diciptakan dari cahaya, sedangkan kata jenis muannats Mala-ikah menunjukkan sebagian dari makhluq Malak tersebut. [Dalam kosa kata bahasa Indonesia malaikat diadopsi dari Malak dan Mala-ikah]. Maka Haa dalam 'alayHaa hanya
menunjuk kepada sebahagian isi Al Quran, artinya tidak keseluruhan Al Quran itu mengandung angka 19, hanya beberapa ayat dalam beberapa Surah saja. Kesimpulannya, ayat 'AlayHaa Tis'ata 'Asyar, artinya padanya sembilan belas, adalah jawaban atas tuduhan Al Walid yang mengatakan bahwa Al Quran itu tidak lain dari sihir yang dipelajari dan tidak lain dari perkataan basyar.

--------------------

Tanggapan ana:
1. Apakah Akhi Nur bisa menunjukkan dari mana sumber kaidah itu? Kaidah bahwa lafaz mu'annats menunjukkan sebagian dari keseluruhan? Apakah ini otah-athik-mathuk berdasarkan nalar patriarkal yang mengunggulkan laki-laki? Ataukah ada dasarnya dalam ilmu Nahwu? Tolong tunjukkan.

2. Contoh kata Malak dan Mala'ikah jelas salah sama sekali. Antum mengatakan, "malak" adalah nama untuk keseluruhan makhluk yang diciptakan dari cahaya, sementara "mala'ikah" adalah sebagian dari mereka. Dapatkah ana ditunjukkan sumber dari mana antum mengutip ini? Ana berpendapat analisa ini salah. Kalau antum tengok kamus Al- Munjid (sayang, di kamar ana sekarang tidak ada kamus standar yang lebih besar, sepeti Lisan al-'Arab, Taj al-'Arus atau al-Qamus al-
Muhith), antum akan temukan hal-hal berikut ini. Kata "al-malai'kah" dalam kamus itu disebut sebagai bentuk plural atau jamak dari "al-malaak" (dibaca dengan madd).

3. Kalimat antum ini amat aneh, " Maka Haa dalam 'alayHaa hanya menunjuk kepada sebahagian isi Al Quran, artinya tidak keseluruhan Al Quran itu mengandung angka 19, hanya beberapa ayat dalam beberapa Surah saja." Akhi, Qur'an adalah kitab yang berbahasa Arab. Jadi antum harus memahaminya sesuai dengan kaidah kebahasaan dalam bahasa itu. Kalau antum mengatakan bahwa dhamir dalam "'alaiha" merujuk kepada sebahagian isi al-Qur'an, apakah "sebahagian" itu mu'annats? Di mana mu'annats-nya? Dhamir itu jelas, dan tidak bisa lain, merujuk kepada kata Saqar. Tak bisa lain.

ahmad,
tanah suci

--- In islam_liberal@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman" <nur-
abdurrahman@t...> wrote:
> MENUNJUKKAN MU'JIZAT AL QURAN DENGAN MATEMATIKA 2/3
>
> 'AlayHaa Tis'ata 'Asyar, padanya sembilan belas. Yang ditunjuk oleh nya, Haa adalah muannats (gender perempuan), sehingga semua kitab-kitab tafsir mengatakan bahwa yang ditunjuk itu adalah neraka Saqar (neraka termasuk jenis kata gender perempuan).
>
> Seperti dikemukakan sebelumnya, bertolak dari sikap ragu terhadap penafsiran manusia, diragukan bahwa ayat 30 menunjuk kepada ayat 31. Akan diulang lagi keberatan kita seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu:
>
> Pertama, ayat (11 s/d 30) merupakan satu paket, artinya antara ayat 30 dengan ayat 31 tidak diturunkan bersama-sama dalam satu waktu, melainkan dalam waktu yang berbeda, karena diantarai oleh turunnya ayat-ayat yang lain.
>
> Kedua, neraka dalam ayat 31 menunjuk kepada neraka pada umumnya, sedangkan ayat 26 hanya menunjuk kepada neraka yang khusus yaitu Saqar. Setelah diadakan observasi mengenai Asbabun Nuzul paket ayat (11 - 30) dan menghasilkan kesimpulan bahwa kalimat topik adalah ucapan Al Walid yang dipateri Allah SWT dalam kedua ayat dalam surah
alMuddatstsir, 25 dan 26,
>
> Ketiga, angka 19 tidak menunjuk substansi tertentu, 19 adalah murni bilangan, jadi terbuka untuk menunjuk substansi apa saja, maka kita tambah lagi dua keberatan.
>
> Keempat, setelah mengadakan pelacakan makna kata basyar dengan Al Quran yang dijadikan kamus, kata basyar jelas-jelas berarti ciptaan Allah yang masih hidup di atas muka bumi ini. Hanya manusia yang sudah mati saja yang akan menghuni neraka Saqar. Jadi basyar tidak disengat oleh neraka Saqar, maka hanya ayat (27), dan ayat (28) saja yang merupakan penjelasan terhadap ayat (26).
>
> Kelima, jika ayat 'AlayHaa Tis'ata 'Asyar, padanya sembilan belas, menunjuk pada neraka Saqar, maka tuduhan Al Walid bahwa Al Quran adalah sihir yang dipelajari dan itu adalah ucapan manusia, tidaklah terjawab sama sekali. Namun apabila ayat 'AlayHa- Tis'ata 'Asyar menunjuk pada Al Quran sebagai jawaban tuduhan Al Walid, ada pula keberatannya, oleh karena yang ditunjuk oleh nya,Haa adalah muannats (gender perempuan), sedangkan Al Quran adalah dari jenis kata
muzakkar (gender laki-laki), sehingga semestinya alayHi, bukan alayHa.
>
> Dalam qaidah bahasa Arab jenis kata muannats menunjukkan sebahagian dari keseluruhan, sedangkan jenis kata muzakkar menunjukkan keseluruhan. Seperti misalnya kata jenis muzakkar Malak menunjukkan secara keseluruhan makhluq Allah yang diciptakan dari cahaya, sedangkan kata jenis muannats Mala-ikah menunjukkan sebagian dari
makhluq Malak tersebut. [Dalam kosa kata bahasa Indonesia malaikat diadopsi dari Malak dan Mala-ikah]. Maka Haa dalam 'alayHaa hanya menunjuk kepada sebahagian isi Al Quran, artinya tidak keseluruhan Al Quran itu mengandung angka 19, hanya beberapa ayat dalam beberapa Surah saja. Kesimpulannya, ayat 'AlayHaa Tis'ata 'Asyar, artinya padanya sembilan belas, adalah jawaban atas tuduhan Al Walid yang mengatakan bahwa Al Quran itu tidak lain dari sihir yang dipelajari
dan tidak lain dari perkataan basyar.
>
> Alhasil, penafsiran di atas itu sangat berbeda dengan penafsiran yang umum. Bahwa angka 19 itu bukan jumlah Malaikat (sebagian dari Malak) penjaga neraka, melainkan angka 19 itu ada di dalam sebagian dari isi Al Quran. Maka menurut MPSK, penafsiran tentang angka 19 itu harus diuji-coba.
>
> Sebelum diadakan uji-coba akan dikemukakan dahulu keistimewaan angka 19, bukan dari segi mistik (aliran filsafat Phytagorean mensakralkan angka-angaka, agama Bahai mensakralkan angka 19), melainkan keistimewaan angka 19 dari segi matematika, penanggalan, ilmu falak dan tubuh manusia.
>
> Angka 19 adalah bilangan prima yang terdiri dari satuan yang terendah (1) dan tertinggi (9) dalam sistem desimal. (Bilangan prima ialah bilangan yang tidak dapat dibagi habis oleh bilangan lain kecuali oleh bilangan satu dan dirinya sendiri).
>
> Angka 19 = 12 + 7. Jumlah bulan (syahrun, month) dalam satu tahun adalah 12 dan jumlah hari dalam satu pekan adalah 7.
>
> Dalam penanggalan Arab pra-Islam untuk menyesuaikan sistem qamariyah ke sistem syamsiyah ialah setiap 19 tahun syamsiyah ada 7 tahun syamsiyah yang mempunyai 13 bulan qamariyah. Tahun-tahun syamsiyah yang mempunyai 13 bulan qamariyah ialah tahun syamsiyah ke-3, 6, 9, 12, 15, 18 dan 19. Daur yang 19 tahun itu dalam ilmu falak disebut "Metonic cycle". (Metonic cycle ini didapatkan oleh seorang astronom Yunani bernama Meton dalam tahun 432 SM.)
>
> Angka 19 adalah bilangan prima yang tertinggi dari jumlah jari tangan dan jari kaki manusia.
>
> Tulang leher ada 7 ruas, tulang punggung ada 12 ruas, jadi jumlahnya 19 ruas. Menurut para biolog, ke-19 ruas tulang tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi setiap manusia karena didalamnya terdapat sumsum yang merupakan lanjutan dari otak, dengan saraf-saraf yang menuju ke seluruh bagian tubuh. Adanya gangguan pada ruas tersebut maka seluruh tubuh akan kehilangan kekuatan.
>
> Terdapat 19 ruas tulang pada masing-masing tapak tangan dan kaki (dikecualikan ruas-ruas pergelangan tangan).
>
> Setiap telapak tangan kanan manusia terlukis angka 18, pada telapak kiri angka 81. Kalau disusn menjadilah 1881 = 99 x 19. Muncul juga angka 99 yaitu jumlah dari Asmaau lHusna. Angka 99 ini dapat pula diperoleh dengan menjumlahkan 18 + 81 = 99.
>
> Catatan:
> Penjelasan ttg Metonic cycle: Satu tahun qamariyah terdiri atas 12 x 29,531 = 354,372 hari. Perbedaan 1 tahun syamsiyah dengan 1 tahun qamariyah = 365,25 - 354,372 = 10,878 dianggap/dibulatkan 11 hari. Penanggalan pra-Islam ini mengkombinasikan sistem syamsiyah dengan qamariyah, yaitu dengan cara menyisipkan selisih 11 hari itu ke dalam sistem syamsiyah. Caranya ialah dengan mengumpulkan kelebihan itu setelah tiga tahun. Jadi dalam tiga tahun terkumpullah sekitar 33 hari. Ini dijadikan 1 bulan. Dengan demikian setiap tiga tahun, jumlah bulan dalam tahun tersebut sebanyak 13 bulan. Koreksi 1 bulan untuk 33 hari, masih harus dikoreksi lagi, yaitu setiap 19 tahun ada 7 bulan yang mempunyai 13 bulan. Dalam 19 tahun sistem qamariyah ada ( 19 x 354 ) = 6726 hari. Dalam 18 tahun sistem syamsiyah ada (19 x 365) = 6935 hari. Selisihnya ( 6935 - 6726 ) = 209 hari. Ini dibayar dengan ( 7 x 30 ) = 210 hari. Koreksi dengan cara ini sudah lumayan,
hanya beda sehari dalam 19 tahun. Adapun tahun-tahun yang mempunyai 13 bulan ialah tahun ke-3, 6, 9, 12, 15, 18 dan 19.
>
> Uji-Coba Angka 19 dalam Al Quran
>
> 1. Kalimah Basmalah; terdiri atas huruf-huruf: (1)Ba, (2)Sin, (3) Mim, (4)Alif, (5)Lam, (6)Lam, (7)Ha, (8)Alif, (9)Lam, (10)Ra, (11)ha, (12)Mim, (13)Nun, (14)Alif, (15)Lam, (16)Ra, (17)ha, (18)Ya, (19)Mim, jumlahnya 19. Dalam kalimah Basmalah ini kelihatan betul bahwa apa yang disebut dengan ejaan Utsmani adalah atas petunjuk dari Allah SWT, yaitu ada dua huruf Alif yang dicopot keluar dari sistem kalimah Basmalah. Alif yang pertama Dicopot dari sistem Ba, Sin, Mim, sebab
bukankah kata ini berasal dari bi + ismun? Sehingga seharusnya dituliskan Ba, Alif, Sin, Mim, seperti dalam ayat iqra bismi rabbika dalam surah AL'ALQ (kita akan bertemu lagi nanti surah > AL'ALQ ini). Alif yang kedua dicopot dari arRahma-n, sebab bukankah bunyi ma- Itu harus dipanjangkan dengan alif? Sehingga semestinya dituliskan Alif, Lam, Ra, ha, Mim, Alif, Nun. Maka demikianlah, padanya 19, kita lihat bahwa nya, Haa menunjuk pada kalimah Basmalah yang semestinya terdiri atas 21 huruf, tetapi berkurang menjadi tinggal 19 huruf, karena dicopot dua buah Alifnya.
>
> 2. Jumlah surah 114, ini adalah kelipatan 19, yaitu 6 x 19.
>
> 3. Jumlah kalimah Basmalah juga 114. Walaupun Surah atTawbah (ke-9) tidak dimulai dengan kalimah Basmalah, namun karena dalam surah anNamal (ke-27) ada dua kalimah Basmalah yaitu pada permulaan surah dan dalam ayat 40 yakni surat dari Nabi Sulaiman AS kepada Ratu Bilqis, maka jumlah kalimah Basmalah tetap 114. (Kita akan bertemu lagi nanti hubungan antara Surah ke-9 dengan Surah ke-27 ini dalam butir ke-11)
>
> 4. Ayat-ayat yang mula-mula turun yaitu ayat 1 s/d 5 dari surah AL'ALQ (dibaca al 'alaq). Kelima ayat tersebut termasuk sangat penting, sebab itu merupakan SK pengangkatan Muhammad yang Basyar menjadi Nabi dan Rasul Allah. Jumlah kata dan huruf seperti termaktub dalam tabel di bawah:
>
> ayat jumlah kata jumlah huruf
> 1 5 18
> 2 4 14
> 3 3 14
> 4 3 13
> 5 4 17
> jumlah 19 Jumlah 76 = 4 x 19
>
> Jadi jumlah huruf 76 = 4 x 19, dan jumlah kata 19. Di sini kita dapat saksikan pula bagaimana 'Alayhaa Tis'ata 'Asyar, padanya 19, bahwa nya, Haa menunjuk pada SK pengangkatan Nabi Muhammad RasululLlah SAW, yaitu pada dua hal terjadinya angka 19. Pertama, Ba, Alif, Sin, Mim dalam bismi rabbika tidak dicopot Alifnya, tidak seperti Ba, Sin, Mim dalam kalimah Basmalah yang dicopot Alifnya. Kedua, kata insaan bunyi saa dipanjangkan, namun dituliskan menurut
ejaan 'Utsmani dengan Alif, Nun, Sin, Nun, yang berarti di sini terjadi pula pencopotan huruf Alif. Andaikata terjadi pencopotan Alif pada ayat 1 dari surah AL'ALQ seperti pada kalimah Basmalah dan huruf Alif tidak dicopot dari kata insaan, maka rusaklah setting sistem kelipatan 19 dalam SK pengangkatan Nabi Muhammad RasululLlah SAW, artinya jumlah hurufnya tidak lagi 76, sehingga tidak habis dibagi 19. Sebenarnya kalau disimak lebih jauh, sistem keterkaitan matematis angka 19 ini bertujuan pula agar Al Quran itu sampai kepada ejaannyapun harus otentik, tidak boleh mengubah jumlah huruf. Demi untuk keotentikan Al Quran sampai kepada ejaannya, pencetak Al Quran di Indonesia dan di mana saja di dunia ini, hal ejaan ini patut menjadi perhatian serius, yaitu harus memakai sistem ejaan Utsmani seperti Al Quran yang dihadiahkan oleh Raja Fahd kepada para > Jemaah haji. Dalam Al Quran hadiah dari Raja Fahd yang memakai ejaan Utsmani itu insaan dituliskan Alif, Nun, Sin, Nun, tidak seperti dalam Al Quran cetakan Indonesia yang menuliskan Alif, Nun, Sin, Alif, Nun, yang tidak mencopot Alifnya.
>
> Perlu pula diperjelas di sini tentang hal belum adanya titik-titik pada huruf-huruf di zaman Nabi Muhammad SAW, sehingga bunyi ba, ta, tsa dll. diitulis sama karena tanpa titik. Namun penambahan titik-titik itu di kemudian hari yang bertujuan untuk dapat membedakan bunyi ba, ta, tsa tersebut, sama sekali tidak merusak sistem, karena jumlah hurufnya tidak terganggu. Demikian pula pembubuhan tanda baca kemudian hari sehingga huruf-huruf Al Quran tidak gundul lagi, yang bertujuan untuk memudahkan membaca Al Quran, juga tidak merusak sistem, karena jumlah hurufnya juga tidak terganggu. (bersambung ke 2/2)
>
> ----- Original Message -----
> From: ahmadbadrudduja
> To: islam_liberal@yahoogroups.com
> Sent: Friday, January 09, 2004 12:26
> Subject: <Islam_liberal> Re: Tentang angka 19 -- Akhi Suryawan
>
>
> Assalamu 'alaikum,
> Ana setuju dengan antum, Akhi Suryawan. Dalil yang dikemukakan oleh saudara kita untuk menjadikan angka 19 sebagai landasan pengecekan Qur'an agak aneh. Dia mengutip ayat dalam Surah al-Muddats-tsir (30), "'alaiha tis'ata 'asyar". Terjemahannya, "Di atasnya ada sembilan belas". Apa yang dimaksudkan dengan "nya" di situ ? Kalau kita baca rangkaian ayat-ayat sebelumnya (26, 27, 28, 29), maka "nya" di situ merujuk kepada neraka yang dalam ayat itu disebut sebagai "saqar". Jadi begini bunyinya secara penuh (ini terjemahan ana sendiri):
>
> --Aku (Allah) akan memasukkannya ke dalam neraka Saqar (ayat 26)
> --Dan tahukan engkau apa itu Saqar (ayat 27)
> --Dia tak akan menyisakan sedikitpun (ayat 28)
> --Dia akan meluluhlantakkan manusia (ayat 29)
> --Diatasnya (maksudnya diatas neraka itu) ada sembilan belas (ayat 30).

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment