Advertising

Thursday, 2 February 2012

Re: [wanita-muslimah] Agama dan Otak Manusia

 



Oleh sebab itu lebih netral pakai istilah: agama wayu dan agama kebudayaan. Sebab bisa saja agama Hindu (Hindu Dharma dan Budha) itu agama wahyu, Hindu Dharma punya kitab tetapi tidak jelas nabinya, sedangkan agama Budha ada nabi(?)-nya tetapi tidak ada kitabnya. Agama Zarathustra boleh jadi pula agama wahyu, lihat Seri 570 di bawah.
 
Wassalam.
 
****************************************************
 
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
 
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
570. Surah Al Baqarah, Ayat 62(#)
 
-- AN ALDzYN AMNWA WLDzYN HADWA WALNShRY WALShABaYN MN AMN BALLH WALYWM ALAKhR W'AML ShALhA FLHM AJRAN 'AND RBHM WLA KhWF 'LYHM WLAHM YhZNWN (S. ALBQRt, 2:62), dibaca: Innal ladziina aamanuu wal ladziina haaduu  wan nashaaraa wash shaabi.iina man aamana biLlaahi wal yawmil aakhiri wa 'amila shaalihan falahum ajruhum 'inda Rabbihim wa laa khawfun 'alayhim wa laahum yahzanuun (s. al baqarah), artinya:
-- Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi (haaduu), orang-orang Nashrani (nashaaraa), dan orang-orang Shaabi.iin, barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat serta beramal shalih, maka untuk mereka pahala di sisi Rabbnya, tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tiada mereka berduka cita (2:62).
 
Siapa-siapa itu:
1. aamanuu
2. haaduu
3. nashaaraa
4. shaabi.iin.
 
1. Aamanuu, orang-orang beriman, ini menunjuk kepada ummat Nabi Muhammad SAW, yaitu iman yang dita'rifkan (didefinisikan) menurut Hadits (Shahih Bukhari), Rukun Iman: 1. Allah; 2. Malaikat-malaikatNya; 3. Kitab-KitabNya; 4. Rasul-RasulNya, 5. Hari Kemudian; 6. Qadha dan Qadar.
 
2. Haaduu dibentuk oleh akar kata fi'il madhi [Ha, Alif, Dal] atau mashdar [Ha, Waw, Dal] artinya berpaling menuju kepada kebenaran, menuju kepada Allah, dapat pula berarti kembali perlahan-lahan kepada sesuatu. Kata Haaduu menunjuk kepada ummat Nabi Musa AS.
 
3. Nashaaraa dibentuk oleh akar kata [Nun, Shad, Ra] artinya menolong. Nashaaraa berarti penolong-penolong agama Allah.
-- QAL MN ANShARY ALA ALLH QAL ALhWARYWN NhN ANShAR ALLH (S.AL 'AMRAN, 52), dibaca: qaala man anshaarii ilaLlaahi qaalal hawaariyyuuna nahnu anshaaruLlaahi (s. ali 'imraan), artinya:
-- Berkata ('Isa) siapa yang menolongku kepada Allah?, (sahabat-sahabat) hawariyyun berkata kami penolong (-mu kepada) Allah (3:52).
 
Dapat pula kata itu terkait dengan kata Naasharah (Nazaret), suatu perkampungan tempat 'Isa bnu Maryam menempuh masa kecil beliau. Nashaaraa menunjuk kepada ummat Nabi 'Isa AS.
 
4. Shaabi.iin, Shabiah (Sabean) berasal dari bahasa Aramik ('Ibriyyah Al-Jadiydah), shaba'a. Padanan katanya dalam bahasa Arab adalah ta`ammada yang berarti pembabtisan dan penyucian diri dengan air. Shaabi.iin adalah agama yang dianut oleh Salman al Farisi RA sebelum masuk Islam. Salman al Farisi RA bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang nasib teman-temannya penganut Shaabi.iin.(##) Maka turunlah ayat (2:62). Shaabi.iin, dibentuk oleh akar kata [Shad, Ba, Alif], artinya meninggalkan. Shaabi.iin berarti orang-orang yang meninggalkan agama mereka untuk memeluk agama lain. Shaabi.iin menunjuk kepada sejenis sekte yang bermukim di semenanjung Arabia dan di negeri-negeri yang berbatasan dengannya. Maka Shaabi.iin adalah
(1) kaum monotheist di Mesopotamia dengan menjadikan bintang-bintang sebagai perantara,
(2) sebuah keyakinan yang berupa potongan-potongan dari agama Yahudi, Nashrani dan Zarathustra,
(3) orang-orang yang bermukim dekat Mosul di Iraq yang monotheist, namun tidak mempunyai kitab dan syari'at, mereka berkeyakinan mengikuti agama yang dibawakan Nabi Nuh AS,
(4) orang-orang yang sekarang bermukin sekitar Iraq Selatan yang beriman kepada semua Nabi-Nabi dan mempunyai cara bersembahyang dan puasa tersendiri,(###)
(5) ada yang berpendapat mereka tergolong dalam Ahli Kitab.
 
Kalau kita perhatikan sejarah, bahwa Raja Parsi Cyrus yang taat beragama Zarathustra, yang mengembalikan ke Palestina komunitas Bani Israil yang ditawan di Babilonia, maka saya lebih cenderung berpendapat bahwa Shaabi.iin adalah para penganut agama Zarathustra. Boleh jadi (mungkin ya atau tidak) Zarathustra ini seorang Nabi, hanya saja sulit untuk melacaknya, oleh karena Kitab Suci mereka, yaitu Gatha telah ikut terbakar semua tatkala Iskandar Raja Macedonia membakar habis ibu kota Kerajaan Parsi, yaitu Percepolis, sehingga Kitab Suci agama Zarathustra hanya berupa rekaman ingatan dari para pendetanya. Ada aliran agama Zarathustra di Amerika yang bersemboyan: "Kembali ke Gatha", mereka ini berkeyakinan Zatahustra tidak mengajarkan dua tuhan: Tuhan Terang Ahura Mazda (ormuzd) dan Tuhan Gelap, Angra Manyu (Ahriman). Zarathustra mengajarkan Satu Tuhan, yaitu Ahura Mazda menciptakan Angra Manyu, seperti Allah menciptakan iblis dalam agama Yahudi, Nashrani dan Islam.
 
Maka makna potongan ayat: "barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat serta beramal shalih, untuk mereka pahala di sisi Rabbnya, tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tiada mereka berduka cita", adalah dalam konteks para penganut agama-agama Yahudi, Nashrani dan Shaabi.iin pada zamannya Nabi mereka itu masing-masing, yaitu penganut agama Yahudi pada zaman rentang waktu dari Nabi Musa AS hingga Nabi 'Isa AS, penganut Nashrani pada rentang waktu dari Nabi 'Isa AS hingga Nabi Muhammad SAW dan penganut Shaabi.iin pada rentang waktu dari Nabi(?) Zarathustra hingga Nabi Muhammad SAW. Tegasnya ayat (2:63) tidak kena mengena dengan para penganut agama Yahudi, Kristen dan penganut Zaratshustra yang hidup setelah Nabi Muhammad SAW membawa Risalah.
 
Ayat (2:62) menekankan beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, oleh karena kenyataan sejarah mencatat bahwa ada sekelompok penganut agama Yahudi yang tidak percaya kepada hari akhirat, penganut agama Trinitarian Christian yang menyembah Jesus Kristus, dan umumnya penganut Zarathustra yang menyembah dua tuhan. WaLlahu a'lamu bishshawab.
 
*** Makassar, 13 April 2003
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2003/04/570-surah-al-baqarah-ayat-62.html
-------------------------------------
(#)
Ayat yang sama dengan ini S. Al-Maaidah, 5:69
 
(##)
Hadits ttg Salman al Farisi, asbabun nuzul S Albaqarah-62
 
Diriwayatkan Ibnu Jarir dari Mujahid bahwa Salman al-Farisi bertanya kepada Nabi saw tentang orang-orang Nasrani dan pandapat beliau tentang amal mereka. Beliau menjawab, "Mereka tidak mati dalam keadaan Islam." Salman berkata, "Bumi terasa gelap bagiku dan aku pun mengingat kesungguhan mereka." Lalu turunlah ayat ini. Setelah itu Rasulullah saw memanggil Salman seraya bersabda, "Ayat ini turun utuk para sahabatmu." Beliau kemudian bersabda, "Barang siapa yang mati dalam (agama) Isa, sebelum ia mendengar aku, kemudian dia mati, maka dia berada dalam khairi (kebaikan), dan barang siapa yang mendengar aku, kemudian LAM YUKMIN BIYYA=TIDAK BERIMAN KEPADAKU, maka ia celaka."
 
***
 
Diriwayatkan oleh al Wahidi dan al Tsa'labi dari al Kalbi dari Abi Shalih yang bersumber dsri Ibnu Abbas, dikemukakan bahwa Salman al Farisi bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang penganut agama yang pernah ia anut bersama mereka.  Maka turunlah ayat (2:62).
 
***
 
Masih bersumber dari al Wahidi menurut jalur lain, dari Abdullah bin Katsir yang bersumber dari Mujahid dikemukakan bahwa ayat (2:62) turun berhubungan dengan teman-teman Salman al Farisi. Ini memberikan isyarat bahwa Shaabi.iin adalah agama yang dianut oleh orang Parsi.
 
***
 
Mengenai Haaduu dan Nashaaraa dalam ayat (2:62) belum saya dapatkan sebab-sebab turunnya, namun menurut hemat saya itu terkait pada ayat: Wa qaalati lyahuwdu laysan Nashaaraa 'alaa syay.in wa qaalatin Nashaaraa laysati lyahuwdu 'alaa syay.in wahum yatluwnal kitaaba ....(S. al Baqarah, 113), dan berkata orang Yahudi tidaklah orang Nashara mempunyai pegangan suatu juapun dan berkata orang Nashara tidaklah orang Yahudi mempunyai pegangan suatu juapun, padahal mereka (sama-sama) membaca Kitab (2:113).
 
***
 
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa suatu waktu pendeta-pendeta Nashara dari Bani Najran bertengkar dengan pendeta-pendeta Yahudi di depan Nabi Muhammad SAW. Berkata Rafi' bin Khusaimah (Yahudi): Kamu tidak berada pada jalan yang benar, karena menyatakan kekufuran kepada Nabi 'Isa (tuhan-anak?) dan Kitab Injilnya." Nashara dari Bani Najran membantahnya: Kamupun tidak berada di atas jalan yang benar, karena menentang Nabi Musa (bosan makan manna dan salwa?) dan (di gunung Sinai?) kufur kepada Tawrat (tidak percaya adanya hari akhirat?)." Maka turunlah ayat (2:113) tersebut.
 

(###)
Golongan no.4 ini punya Kitab Suci yang dalam bahasa Mandaiyah, disebut Kanza Raba (Harta Karun yang Agung).
 
 
----- Original Message -----
Sent: Thursday, February 02, 2012 3:56 PM
Subject: Bls: [wanita-muslimah] Agama dan Otak Manusia

 

(1) hadits atau ayat-ayat al Qur'an tentang aqal sebetulnya banyak, mengapa pak Lutfi Assyaikanie merefer pepatah arab untuk memperkuat opini tentang pentingnya akal ya ?, Pak Lutfi Assyaukanie memang jujur tidak menyebut rujukan tersebut sebagai hadits tetapi pepatah Arab "agama adalah akal" (al-dinu huwa al-aql). ?? bunyi lengkap kutipan tsb adalah " الدِّيْنُ هُوَ اْلعَقْلُ، وَمَنْ لاَ دِيْنَ لَهُ، لاَ عَقْلَ لَهُ artinya "Agama itu adalah akal, dan siapa yang tidak memiliki agama, maka berarti dia tidak berakal." Menurut syaikh al bani ucapan tersebut bukan dari nabi maka disebut sebagai hadits palsu, uraian kualitas atau validitas hadits tsb dapat dilihat di link ini http://opi.110mb.com/haditsweb/artikel/silsilah_hadits_hadits_dlaif_pilihan_1.htm

(2) klasifikasi agama menjadi agama langit (Yahudi, Nasrani dan Islam) dan agama bumi (Hindu, budha, Majuzi, dll non timur tengah) digugat oleh abdul moqsith ghazali (editor JIL juga) dapat dibaca di link ini http://islamlib.com/id/artikel/diskusi-bulanan-agama-langit-versus-agama-bumi

Bagaimana reaksi penganut Hindu ketika dianggap agamanya sebagai agama bumi bukan agama langit ? dapat dilihat di salah satu blog ini http://agamakuhindu.blogspot.com/2011/12/agama-bumi-dan-agama-langit.html

AGAMA BUMI DAN AGAMA LANGIT


T (tanya): kawan agamamu,adalah agama bumi,sedangkan agamaku agama samawi?
AH (agamaku hindu): apa maksudnya agama bumi dan agama samawi

T: Agama Bumi atau agama budaya,artinya kitab suci agamamu buatan manusia. Sedangkan agama samawi artinya kitab suci agamaku dibuat Tuhan samawi artinya langit.
AH: jadi kitab suci agamamu dicetak di langit?

T: bukan dicetak dilangit. Tetapi isi kitab suci agamaku merupakan wahyu Tuhan yang bermukim di langit ketujuh,disampaikan oleh malaikat kepada nabiku.(menurut Kristen kitab suci itu ditulis oleh banyak pengarang yang mendapat inspirasi dari Tuhan)
AH:Kalau kitab suciku yang banyak jumlahnya itu diperoleh dengan dua cara. Yang pertama,ditemukan,dilihat atau didengar oleh para maharsi ketika jiwa mereka bersatu dengan Tuhan,dalam agama Hindu ini disebut Samadhi atau anubhava. Cara kedua adalah Tuhan sendiri menjelma ke bumi sebagai manusia disebut Avatara dan menyampaikan ajarannya secara langsung kepada manusia. Seperti Krishna yang lahir ke dunia dan menyampaikan ajarannya langsung kepada Arjuna. Jadi kitab suciku tidak disampaikan  melalui seorang perantara atau melalui ilham tetapi secara langsung diperoleh dari sumbernya yaitu Tuhan sendiri,yang dalam agamaku disebut Brahman. Atau diajarkan secara langsung oleh Tuhan sebagai Avatara kepada manusia.

T: tetap saja kitab suciku lebih baik,lebih asli.
AH:Itu kan keyakinanmu. Tetapi kenapa kitab sucimu yang katanya diturunkan dari Tuhandilangit,terdapat banyak kesalahan,seperti misalnya dikatakan bumi ini datar seperti hamparan tikar,padahal bumi ini bundar,atau matahari mengelilingi bumi,padahal bumi yang mengelilingi matahari sambil berputar pada orbitnya. Jika betul kitab sucimu sepenuhnya buatan Tuhan,harusnya tidak ada kesalahan sedikitpun. Disamping itu kitab sucimu juga penuh berisi ancaman,kutukan,kata-kata kebencian dan kekerasan? Kata-kata semacam itu tidak ditemukan di dalam kitab suci Hindu

Wassalam
Abdul Mu'iz



Dari: H. M. Nur Abdurrahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Dikirim: Kamis, 2 Februari 2012 13:08
Judul: Re: [wanita-muslimah] Agama dan Otak Manusia

 
 Luthfi Assyaukanie(#) wrote:
Agama bukan hanya akal, tapi merupakan produk akal manusia.
)))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))
HMNA:
Agama ada dua jenis:
pertama, agama wahyu, bersumber dari Maha-Sumber, Allah SWT
kedua, agama kebudayaan, inilah yang bersumber dari akal manusia, produk akal manusia.
Jadi pendapat  Luthfi Assyaukanie  itu is not the whole truth.
 
******************************
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
 
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
001. Peranan Wahyu dan Akal dalam Kehidupan
 
Makhluk ciptaan Allah SWT di alam syahadah ini, seperti apa yang dapat kita amati, dapat digolongkan dalam jenis-jenis: batu-batuan/mineral, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Allah SWT sebagai ArRabb mengatur alam syahadah dengan hukum-hukumNya untuk mengendalikan berjenis-jenis ciptaanNya itu. Allah sebagai ArRabb (Maha Pengatur) mengendalikan alam semesta dengan hukum-hukumNya yang hingga kini baru dikenal oleh manusia sebagai: medan gravitasi, medan elektromagnet, gaya kuat dan gaya lemah. Medan gravitasi utamanya mengontrol makrokosmos, mengendalikan bintang-bintang. Ketiga jenis yang lain mengontrol mikrokosmos. Medan elektromagnet mengontrol pasangan proton (bermuatan +) dengan elektron (bermuatan -). Proton-proton dalam inti atom yang saling tolak karena bermuatan sama, "direkat" oleh gaya kuat. Sedangkan gaya lemah menyebabkan inti atom seperti misalnya Thorium dan Uranium tidak stabil menjadi "lapuk" terbelah dengan mengeluarkan sinar radioaktif, sehingga Thorium dan Uranium disebut pula zat radioaktif.
 
Di samping ke-4 jenis itu hukum Allah mengendalikan pula tumbuh-tumbuhan dengan kekuatan bertumbuh dan berkembang biak; kekuatan bertumbuh itu dapat melawan kekuatan gravitasi yaitu bertumbuh ke atas melawan tarikan gravitasi ke bawah. Adapun pada binatang ditambah pula lagi dengan kekuatan  naluri dengan perlengkapan pancaindera. Dengan kekuatan naluri dan perlengkapan pancaindera itu binatang dapat bergerak ke mana saja menurut kemauannya atas dorongan nalurinya. Dari segi naluri ini manusia tidak ada bedanya dengan binatang, yaitu naluri mempertahankan jenisnya.
 
***
 
Allah meniupkan ruh ke dalam nafs (diri, jiwa) manusia, yang ada di dalam jasmani manusia. Ruh, dan nafs ini yang tidak diberikanNya kepada makhluq bumi yang lain. Karena manusia mempunyai ruh, ia mempunyai kekuatan ruhaniyah yaitu nafs. Dengan ruh manusia mempunyai kesadaran akan wujud nafsnya. Nafs mempunyai kekuatan yang disebut akal, Dengan otak sebagai mekanisme, akal manusia dapat berpikir dan dengan qalbu (hati nurani) sebagai mekanisme akal manusia dapat merasa. Allah menciptakan manusia dalam keadaan, "fiy ahsani taqwiym" (95:4), sebaik-baik bentuk dalam tiga tataran: ruhani, nafsani dan jasmani. Dalam ilmu orang "kampung" jasmani disebut rupa tau (wajah lahir manusia), nafsani disebut ilalanganna taua (diri di dalam rupa tau) dan ruhani disebut maqnassa tau (manusia yang sesungguhnya).
 
Kemampuan akal untuk berpikir dan merasa bertumbuh sesuai dengan pertumbuhan diri manusia. Agar manusia dapat mempergunakan akalnya untuk berpikir dan merasa, ia perlu mendapatkan informasi dan pengalaman hidup. Mutu hasil pemikiran dan renungan akal tergantung pada jumlah, mutu dan jenis informasi yang didapatkannya dan dialaminya. Ilmu eksakta, non-eksakta, ilmu filsafat adalah hasil olah akal dengan mekanisme otak. Kesenian dan ilmu tasawuf adalah hasil olah akal dengan qalbu sebagai mekanisme.
 
Hasil pemikiran dan renungan anak tammatan SMA lebih bermutu ketimbang hasil pemikiran anak tammatan SD, karena anak tammatan SMA lebih besar jumlah, lebih bermutu dan lebih beragam jenis informasi yang diperolehnya dan pengalaman yang dialaminya. Jadi kemampuan akal manusia itu relatif sifatnya, baik dalam hal evolusi pertumbuhan mekanisme otak dan qalbunya, maupun dalam hal jumlah, mutu dan ragam informasi yang diperolehnya dan dialaminya. Dengan demikian akan relatif juga, baik untuk memikirkan pemecahan masalah, maupun untuk merenung baik buruknya sesuatu.
 
Oleh karena akal manusia itu terbatas, Allah Yang Maha Pengatur (ArRabb) memberikan pula sumber informasi berupa wahyu yang diturunkan kepada para Rasul yang kemudian disebar luaskan kepada manusia. Nabi Muhammad RasuluLlah SAW adalah nabi dan rasul yang terakhir. Setelah beliau Allah tidak lagi menurunkan wahyu. Dalam shalat kita minta kepada Allah:
-- Ihdina shShiraatha lMustqiym (1:6), tuntunlah kami ke jalan yang lurus. Maka Allah menjawab:
-- Alif, Lam, Mim. Dzaalika lKitaabu laa Rayba fiyhi Hudan lilMuttaqiyn (s. alBaqarah, 1-2), itulah Kitab tak ada keraguan dalamnya penuntun bagi Muttaqiyn (2:1-2). Al Quran yang tak ada keraguan dalamnya memberikan informasi kepada manusia tentang perkara-perkara yang manusia tidak sanggup mendapatkannya sendiri dengan kekuatan akalnya:
-- 'Allama lInsaana Maalam Ya'lam (s. al'Alaq, 5), (Allah) mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.
 
Kebenaran mutlak (Al Haqq) tidak mungkin dapat dicapai oleh manusia dengan kekuatan akalnya. Kebenaran mutlak tidak mungkin diperoleh dengan upaya pemikiran mekanisme otak yang berwujud filsafat. Juga kebenaran mutlak tidak dapat dicapai manusia dengan upaya renungan mekanisme qalbu dalam wujud tasawuf. Al Haqq tidak dapat dicapai melalui filsafat ataupun tasawuf:
-- Al Haqqu min rabbikum (s. alKahf, 29), artinya Al Haqq itu dari Rabb kamu (s. Gua 18:29). Alam ghaib juga tidak mungkin diketahui manusia dengan kekuatan akalnya. Filsafat dan tasawuf tidak mungkin dapat menyentuh alam ghaib.
 
Demikianlah tolok ukur produk pemikiran dan renungan yang berupa filsafat dan tasawuf itu adalah:
-- "Dzaalika lKitaabu laa Rayba fiyhi Hudan lilMuttaqiyn". Filsafat dan tasawuf harus dibingkai oleh Al Quran dan Hadits shahih, sebab kalau tidak demikian, maka filsafat dan tasawuf itu menjadi liar. Sungguh-sungguh suatu keniscayaan, para penganut dan pengamal filsafat dan tasawuf tanpa kendali itu menjadi sesat. Terjadilah fenomena yang naif, lucu, tetapi mengibakan, yaitu antara lain filosof itu berimajinasi tentang pantheisme, sufi itu ber"kasyaf" terbuka hijab, merasa bersatu dengan Allah. Adapun indikator penganut dan pengamal filsafat dan tasawuf tanpa kendali itu, adalah upaya yang sia-sia untuk mempersatukan segala agama. Inilah yang selalu kita mohonkan kepada Allah SAW setiap shalat, agar tidak terperosok ke dalam golongan "Dhaalluwn", kaum sesat.
-- Hudan lilMuttaqiyn", demikianlah wahyu itu menuntun akal para Muttaqiyn untuk berolah akal, yaitu berpikir/berfilsafat dan merasa/bertasawuf. Akal harus ditempatkan di bawah wahyu dan ilmu filsafat serta ilmu tasawuf harus ditempatkan di bawah iman, singkatnya wahyu di atas akal dan iman di atas ilmu. WaLlahu a'lamu bishshawab.
 
*** Makassar, 20 Oktober 1991
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
---------------------------
(#)
Siapa Luthfi Assyaukanie?
Luthfi Asysyaukanie, dosen Sejarah Pemikiran Islam di Universitas Paramadina, Jakarta, dan Editor jaringan yang menamakan dirinya Jaringan Islam Liberal
 
Apa kata-kata Luthfi Asysyaukanie ?
Ibn Mas'ud, seorang sahabat dekat Nabi, misalnya, memiliki mushaf Alquran yang tidak menyertakan surah al-Fatihah (surah pertama). Bahkan menurut Ibn Nadiem (w. 380 H), pengarang kitab al-Fihrist, mushaf Ibn Mas'ud tidak menyertakan surah 113 dan 114. Susunan surahnyapun berbeda dari Alquran yang ada sekarang. Misalnya, surah keenam bukanlah surah al-An'am, tapi surah Yunus.
Dikutip dari:
http://www.islamlib.com/id/page.php
Merenungkan Sejarah Alquran
Tanggal dimuat: 17/11/2003
Oleh: Luthfi Assyaukanie
 
Bantahan oleh HMNA:
1. Luthfi Assyaukanie menyontek dari Arthur Jeffery. Dengan menggunakan hermeneutika, Jeffery mengedit Al-Quran secara kritis, sebagaimana dilakukannya terhadap Bibel. Ia menyimpulkan sebenarnya terdapat berbagai mushhaf tandingan terhadap mushhaf 'Utsmani. Arthur Jeffery menyatakan Al-Quran tidak memuat Al-Fatihah, Al-Nass dan Al-'Alaq, karena surah-surah tersebut tidak ada dalam mushhaf Abdullah ibn Mas'ud. Arthur Jeffery juga menyatakan mushhaf Ubayy ibn Ka'b mengandung dua surah ekstra. Inilah antara lain kata-kata nyeleneh Arthur Jeffery:
Sura I of the Koran bears on its face evidence that it was not originally part of the text, but was a prayer composed to be placed at the head of the assembled volume, to be recited before reading the book, a custom not unfamiliar to us from other sacred books of the Near East [The Muslim World, Volume 29 (1939), pp. 158-162. The Text of the Qur'an Answering Islam Home Page]
 
2. BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
 
WAHYU DAN AKAL – IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
865. Alat Kontrol Sistem Kelipatan 19 Dapat Juga Dipakai Untuk Nomor Surah
 
"Islam bukan saja sekadar sistem ritual, sebagaimana difahamkan secara sekuler, melainkan Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan nafsi-nafsi (individu), maupun  kehidupan kolektif dengan substansi yang  bervariasi seperti  keimanan,  ibadah ritual,  karakter  perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik, ekonomi, administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, damai-perang, bangsa-antarbangsa, pranata subsistem peradilan dan apresiasi hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu.  Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu."
 
***
 
Pemberian nama dan susunan Surah dan ayat adalah atas petunjuk Allah SWT. Setiap turun ayat, Nabi SAW menginstrusikan kepada para penulis wahyu, supaya ayat itu diletakkan dalam Surah yang ditunjukkan Nabi SAW, dengan urutannya ayat tersebut dalam Surah bersangkutan. Daftar di bawah diambil dari kitab al-Fihrist karangan al Nadim yang memperlihatkan mushhaf yang susunan / nomor Surah yang "berbeda" dari Ubay bin Ka'ab dan Ibnu Mas'ud dengan Mishhaf 'Utsmaniy. Ubay bin Ka'ab juga dikenal sebagai Abu Mundzir ("ayah Mundzir"), adalah kaum Anshar yang berasal dari Banu Khazraj dan merupakan salah seorang dari Yathrib (Madinah) yang pertama-tama menerima Islam dan melakukan bai'at kepada Nabi Muhammad SAW di Aqabah, sebelum peristiwa hijrah. Beliau  turut mengambil bagian dalam Perang Badr dan peperangan lain sesudahnya. Abdullah bin Mas'ud juga dikenal dengan nama Ibnu Mas'ud, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang terdahulu dalam memeluk Islam. Beliau memiliki kepandaian dan pengetahuan yang mendalam tentang Islam. Beliau memperoleh umur yang panjang dan hidup hingga masa Khalifah 'Utsman bin Affan dan meninggal yang disebabkan usia yang lanjut.
 
Mushhaf 'Utsmaniy:
1.Al~Faatihah,
2.Al~Baqarah,
3.Ali 'Imraan.
4.An~Nisaa',
5.Al~Maaidah   
6.Al~An'aam,  
7.Al~A'raaf, 
8.Al~Anfaal,  
9.At~Tawbah,
10.Yuwnus 
 
Ubay bin Ka'ab:   
1.Al~Faatihah,
2.Al~Baqarah.
3.An~Nisaa'
4.Ali 'Imraan
5.Al~An'aam
6.Al~A'raaf
7.Al~Maaidah
8.Yuwnus
9.Al~Anfaal
10.At~Tawbah
 
Ibnu Mas'ud
1.Al~Baqarah
2.An~Nisaa
3.Ali 'Imraan
4.Al~A'raaf
5.Al~An'aam
6.Al~Maaidah
7.Yuwnus
8.At~Tawbah
9.An~Nahl
10.Huwd
 
Perbedaan itu baru muncul jauh setelah kedua sahabat itu telah wafat. Sedangkan murid-murid yang belajar langung dan hidup sezaman dengan kedua sahabat itu tidak pernah ada yang menyatakan perbedaan itu. Kesaksian tentang mushhaf-mushhaf itu bersumber dari kesakasian mereka yang tidak pernah bertemu langsung, bahkan berbeda zaman yang sangat jauh. Kesaksian yang "kabur" inilah dikutip oleh al-Nadim dari Al Fadl bin Shahdan (sejarawan awal waktu itu).
 
Al-Nadim dalam bukunya tersebut menyatakan bahwa: "Tak ada satu dari mereka yang hidup sejaman dengan Ibnu Mas'ud menyebut mushhaf yang dimilikinya memuat susunan Surah yang berlainan. Isu itu muncul kepermukaan setelah kedua beliau itu wafat." Seterusnya an Nadim menyebutkan bahwa secara pribadi, ia pernah melihat beberapa mushhaf yang dikaitkan dengan kedua sahabat itu, akan tetapi tidak pernah melihat dua naskah dari masing-masingnya yang mirip satu dengan yang lainnya, tetapi karena bin Shahdan dianggap punya wewenang keilmuan yang cukup terpandang maka an Nadim memutuskan untuk mengutipnya dalam bukunya.
 
Orientalis (antara lain Arthur Jeffery) memanfaatkan Al-Fatihah yang tidak ada dalam mushhaf Ibnu Mas'ud, sebagai kritik atas Mushhaf 'Utsmaniy, bahkan lebih hebat lagi Al-Fatihah bukan bagian dari Al-Quran. Ini pendapat Arthur Jeffery: The Fatiha was not included in the codex of Ibn Mas'ud. The Fatiha of the Koran bears on its face evidence that it was not originally part of the text, but was a prayer composed to be placed at the head of the assembled volume, to be recited before reading the book, a custom not unfamiliar to us from other sacred books of the Near East.
 
Alat kontrol keterkaitan matematis sistem kelipatan 19, segera dengan telak menampar Arthur Jeffery.
-- 'ALAYHA TS'At 'ASyR (S. ALMDTfR, 74:30), dibaca:
--. 'alaihaa tis'ata 'asyara. Artinya:
-- padanya 19.
Kalau S. Al-Fatihah bukan bagian dari Al Quran maka jumlah Surah cuma 113, angka ini bukan sistem kelipatan 19
 
***
 
Alat kontrol keterkaitan matematis sistem kelipatan 19, juga dapat dipakai sebagai mekanisme untuk mengontrol susunan / nomor Surah:
Ada keterkaitan antara Surah 9 (S. At-Tawbah) dengan Surah 27 (S. An-Naml). Surah ke-9 tidak mengandung Basmalah (Bismiilla-hirrahma-nirrahiym), namun ini ditebus oleh Surah ke-27 yang mempunyai dua Basmalah , yaitu pada permulaan Surah dan dalam ayat 30. Dua kali mekanisme sistem konrol bekerja pada nomor Surah:
Pertama, nomor Surah 27 dikontrol oleh: 27 + 30 = 57 = 3 x 19
Kedua, hubungan Surah 9 dengan Surah 27, dikontrol oleh deret 9 sampai dengan 27 =>  (9+10+11+12+........+24+25+26+27) maka hasilnya adalah 342 = 18 x 19.
 
Jadi dalam daftar di atas hanya S. At-Tawbah dengan nomor urut 9 yang lolos dalam mekanisme konrol  keterkaitan matematis sistem kelipatan 19. Namun itu tidak berarti bahwa Ubay bin Ka'ab dan ibn Mas'ud yang salah, melainkan periwayatan itu rantai sanadnya (urutan orang-orang yang meriwayatkan dari siapa kepada siapa) itu yang tertolak. Alhasil, susunan Surah dalam mushhaf kedua sahabat itu palsu.  WaLlahu a'lamu bisshawab.
 
***
 
 
 
 
----- Original Message -----
From: Abdullatif
Sent: Thursday, February 02, 2012 9:25 AM
Subject: [wanita-muslimah] Agama dan Otak Manusia

 
Agama dan Otak Manusia
Oleh Luthfi Assyaukanie

http://islamlib.com/id/artikel/agama-dan-otak-manusia

http://muslimbertaqwa.blogspot.com/p/article.html

Agama bukan hanya akal, tapi merupakan produk akal manusia. Tanpa akal tak ada
agama. Hanya makhluk hidup yang berakal yang beragama. Yang tak berakal tidak
menciptakan agama dan tak pernah peduli dengan agama. Yang membedakan manusia
dari hewan-hewan lainnya adalah akal yang dimilikinya. Akal adalah lambang
kemajuan dalam proses evolusi makhluk-hidup yang panjang.

Sebuah pepatah Arab yang diyakini sebagai hadis Nabi mengatakan bahwa "agama
adalah akal" (al-dinu huwa al-aql). Pepatah ini sering dikutip ulama dan sarjana
Muslim untuk menegaskan bahwa beragama membutuhkan akal agar manusia tidak
terjatuh ke dalam taklid buta yang bisa menyesatkan mereka. Saya senang dengan
pepatah ini, bukan hanya karena ia menunjukkan aspek rasionalitas dari Islam,
tapi juga karena pepatah itu, jika ditarik lebih jauh lagi, sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan temuan para saintis tentang hubungan agama dan
akal.

Agama bukan hanya akal, tapi merupakan produk akal manusia. Tanpa akal tak ada
agama. Hanya makhluk hidup yang berakal yang beragama. Yang tak berakal tidak
menciptakan agama dan tak pernah peduli dengan agama. Yang membedakan manusia
dari hewan-hewan lainnya adalah akal yang dimilikinya. Akal adalah lambang
kemajuan dalam proses evolusi makhluk-hidup yang panjang.

Akal adalah bentuk non-fisik dari otak. Ia bisa diumpamakan sebagai piranti
lunak (software) yang berjalan di atas otak yang merupakan piranti keras
(hardware) pada sebuah komputer. Seluruh hewan bertulang belakang (vertebrata)
memiliki otak dan sebagian besar hewan tak-bertulang belakang (invertibrata)
juga memiliki otak. Ukuran otak manusia lebih besar dibanding rata-rata ukuran
otak hewan lainnya. Akal manusia juga merupakan yang tercanggih dibandingkan
akal hewan-hewan lainnya.

Jika menggunakan analogi komputer, manusia memiliki prosesor (otak) terbaru
dengan sistem operasi (akal) tercanggih, sementara hewan-hewan lain memiliki
prosesor dan sistem operasi yang jauh tertinggal. Prosesor dan sistem operasi
yang canggih dapat menciptakan banyak hal, seperti memroses kata, mendesain,
merekam suara, memutar lagu, dan mengedit film. Sementara prosesor dan sistem
operasi yang tertinggal hanya bisa melakukan kerja-kerja terbatas. Semakin
tertinggal sebuah komputer semakin terbatas ia melakukan fungsinya, semakin
canggih sebuah komputer semakin banyak kemungkinan yang bisa dilakukan.

Tentu saja, otak manusia jauh lebih kompleks dari komputer. Tapi analogi di atas
setidaknya bisa membantu kita memahami perbandingan antara apa yang telah
dilakukan manusia dengan otaknya dan apa yang telah dicapai hewan-hewan lain.
Kita sering melihat dua buah komputer yang tampilan luarnya sangat mirip namun
berbeda dalam kemampuan kerja yang dilakukannya. Komputer dengan "otak" yang
lebih maju selalu memiliki kualitas dan kapasitas yang lebih baik.

Begitu juga manusia dibandingkan hewan-hewan lainnya. Yang membedakan mereka
bukan bentuk fisiknya, tapi otaknya. Secara fisik, manusia dan kera (orangutan,
gorila, dan simpanse) tak banyak memiliki perbedaan. Semua anggota tubuh yang
dimiliki manusia juga dimiliki kera, dari kepala, tangan, kaki, jumlah jemari,
bahkan bagian-bagian internal dalam tubuh mereka, seperti jantung, hati, empedu,
dan ginjal. Bahkan, DNA, bagian paling penting yang membentuk tubuh manusia, tak
banyak berbeda dari kera. Menurut penelitian terbaru, kedekatan DNA manusia
dengan orangutan sekitar 96%, dengan gorila 97% dan dengan simpanse 99%. Dengan
semua kemiripan ini, pencapaian manusia jauh melampaui semua hewan jenis kera
itu.

Kuncinya adalah otak. Otak juga yang membedakan kera dari hewan-hewan lain. Para
ilmuwan sepakat bahwa kera memiliki inteligensia di atas rata-rata hewan
lainnya. Kera adalah satu-satunya jenis primata, selain manusia, yang memiliki
kesadaran diri dan bisa menggunakan alat sederhana, seperti batu dan kayu. Otak
kera memiliki ukuran yang lebih besar dari rata-rata hewan lain dan memiliki
jaringan neuron yang sangat kompleks. Hanya otak manusia yang bisa menandingi
otak kera, baik dalam hal volume maupun kerumitan jaringan.

Agama, seperti juga budaya dan produk-produk lainnya, adalah hasil kerja otak.
Otaklah yang menciptakan bangunan, rumah, kuil, dan candi. Otak juga yang
menciptakan konsep-konsep abstrak seperti kecantikan, keindahan, kekuasaan,
kekuatan, kemurkaan, dan sebagainya. Konsep-konsep dalam agama, seperti tuhan,
dewa, malaikat, setan, dan sejenisnya, tidak datang begitu saja. Ia lahir dari
otak yang sudah berkembang, maju, dan memiliki kosakata yang cukup untuk
mengungkapkannya.

Berbagai studi terbaru tentang hubungan evolusi otak manusia dan budaya
mendukung pandangan di atas. Kajian mutakhir yang dikumpulkan Voland dan
Schiefenhovel (The Biological Evolution of Religious Mind and Behavior, 2009),
misalnya, menegaskan nalar agama (religious mind) sebagai buah dari seleksi alam
dan evolusi manusia yang panjang. Dari puluhan jenis hominid yang pernah hidup
di muka Bumi, homo sapiens (manusia) yang paling unggul dan paling mampu
beradaptasi dengan perubahan di sekeliling mereka. Homo sapiens menemukan agama
dan menggunakannya untuk mengatasi kesulitan-kesulitan hidup yang mereka hadapi.

Otak manusia juga yang mengembangkan agama dari bentuknya yang "primitif" hingga
menjadi agama-agama modern yang sistematis seperti sekarang. Tentu saja, ada
sebagian ritual primitif yang hilang, tapi ada sebagian lain yang dipertahankan.
Selama otak manusia masih bisa menerima ritual-ritual itu (seberapapun
absurd-nya), dia akan terus hidup, tapi jika otak manusia tak bisa lagi
menerimanya, ritual-ritual itu akan lenyap. Misalnya, penyembelihan anak gadis
untuk dipersembahkan kepada Tuhan (dewa) pernah menjadi ritual suatu agama, tapi
ketika otak manusia tak lagi bisa menerimanya, ritual itu ditinggalkan.

Pada akhirnya, seperti kata pepatah Arab yang saya kutip di atas: agama adalah
akal. Tidak ada agama bagi yang tak berakal (la dina liman la aqla lah). Akal
adalah pembimbing manusia yang paling alamiah. Tanpa akal, agama tak punya
makna.

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment