Kalau menurut saya, penyebabnya adalah sebagian orang masih takut dosa bila berbeda dengan bunyi teks (ayat atau hadits). Karena teks berbunyi, lihatlah bulan, maka meskipun sudah ada perhitungan dan alat canggih, tetap saja harus lihat bulan dulu. Kenapa? Kalau tidak begitu ntar dosa ... Akibatnya? .. Kacau balau...
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo <wikan.danar@...> wrote:
>
> kalau menurut saya sih, permasalahan muncul manakala umat islam (atau
> siapa sih?) meletakkan pergantian hari pada pergantian dari siang ke
> malam (waktu maghrib) yang mana di tiap tempat bisa beda waktunya
> kemudian perpindahan dari bulan satu ke bulan berikutnya ditandai
> dengan munculnya bulan di waktu maghrib itu walau sedikit, waktunya
> pun sangat sebentar
> sementara bulan beredar mengelilingi bumi, semakin lama semakin
> "dewasa" dan membesar, semakin jelas kelihatan
> kalau misalnya pake tanggal kabisat kan jelas penanggalan berdasarkan
> matahari, pergantian hari pada jam 00:00 malem hari yang menandakan
> pergantian dari malam ke menjelang pagi, di mana jam 00:00 adalah
> puncak gelapnya malam ke pagi hari
> dan ini berlaku secara umum di semua negara, artinya kalau jam 00:00
> waktu setempat ya berganti ganti hari, tidak perlu mencocokkan jam
> atau mengamati matahari
> kalau seandainya umat islam tidak perlu ribut mengenai hari yang
> berbeda dan cukup lihat bulan dan tinggal menentukan kapan mulai puasa
> dan kapan mulai lebaran kan gak masalah ya? siapa sih yang memulai
> perdebatan bahwa puasa dan lebaran harus hari yang sama? yang penting
> kan tanggalnya yang sama, betul tidak?
>
> salam,
> --
> Wikan
>
> 2012/7/23 <aldiy@...>
> >
> >
> >
> > Udah diduga Pak Wikan.
> >
> > Saya pribadi nggak keberatan dengan hari puasa dan hari Raya yg
> > kalendernya sama secara internasional, seperti Xmas 25 Desember. Urusan
> > beres sejak awal, kita bisa fokus melakukan yg lain2 yg lebih bermanfaat.
> > (Adakah yg bisa menjabarkan sekilas sejarah perayaan winter solstice jadi
> > Natal 25 Desember?)
> >
> > Tapi kan kenyataannya nggak bisa gitu. Nggak ada yg negara Islam yg bener2
> > "direspek". Apakah kita bener2 secara psikologis merujuk ke Saudi seperti
> > Pak Agus bilang? Oh,silakan ditanya lagi. Apakah sebagai negara Islam
> > terbesar kita direspek? Jauh deh, wong kita sendiri minder dengan Islam
> > Nusantara, mesti pakek habib2!
> >
> > Jadi berapa lama lagi kayak begini? Selama Islam belum bener2 melokal,
> > dalam arti mengalami lokalisasi yg kemudian mempengaruhi wilayah lain.
> >
> > Pertentangan semacam ini "dinikmati" oleh bapak2 itu. Kesempatan mengukur
> > kuat2an,pengaruh politis, paling nggak testing the water. Kita2 rakyat
> > berlaku sing waras ngalah.
> >
> > Jadi Pak Muiz, bukan soal ngilmiah per se, it's more than meets the eye.
> >
> >
> >
> > Salam
> > Mia
> > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
> > Teruuusss...!
>
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment