Advertising

Tuesday 4 September 2012

[wanita-muslimah] Jakarta Barat, Peredaran Narkoba Terbesar di Jakarta

 

 
Jakarta Barat, Peredaran Narkoba Terbesar di Jakarta
CR-28 | Selasa, 04 September 2012 - 14:34:23 WIB
 


(SH/Septiawan)
Jakarta Barat merupakan pusat hiburan terbesar di Jakarta, bahkan di Indonesia.

Peredaran narkoba di wilayah Jakarta Barat begitu mencemaskan. Dari lima wilayah, Jakarta Barat menduduki peringkat teratas dalam hal peredaran dan pemakaian narkoba. Hal ini dikemukakan Kasat Narkoba Polres Jakarta Barat AKBP Gembong Yudha saat berbincang dengan SH, di Mapolres Jakarta Barat, Senin (3/9).

Tingginya peredaran narkoba di wilayah Jakarta Barat lantaran wilayah tersebut merupakan pusat tempat hiburan terbesar di Jakarta, bahkan salah satu tempat hiburan terbesar di Indonesia. Dia mengatakan, peredaran jenis narkoba yang tertinggi di tempat hiburan adalah ekstasi, amphetamin, dan sabu-sabu.

"Semua kawasan Mangga Besar dan Taman Sari merupakan pusat hiburan malam. Jenis narkoba yang beredar adalah narkoba yang bisa memacu adrenalin, di mana setiap orang butuh tenaga untuk hiburan," katanya.

Gembong menjelaskan, untuk menekan angka peredaran narkoba di wilayah Jakarta Barat, khususnya di tempat-tempat hiburan malam, kepolisian tidak lagi menggunakan cara lama dalam melakukan operasi. Kini polisi lebih memilih operasi sunyi. Polisi akan menentukan target operasi terlebih dahulu, baru melakukan penggerebekan. Menurutnya, cara tersebut lebih ampuh ketimbang operasi terbuka.

"Silent operation lebih ampuh ketimbang razia biasa. Kalau razia biasa kami tidak akan mendapatkan tersangka. Mereka kebanyakan pakai narkoba dari luar. Operasi sunyi dilakukan dengan memasukkan anggota lebih dulu ke dalam tempat hiburan. Jika Target Operasi (TO) dipastikan ada, baru personel polisi menyergap," katanya.

Selain di tempat hiburan, kata Gembong, peredaran narkoba di Jakarta Barat juga menyasar pada beberapa wilayah seperti Kompleks Permata atau yang lebih dikenal dengan Kampung Ambon di Cengkareng, Kampung Boncos di Kota Bambu Utara, Palmerah, dan Tangki di Taman Sari.

Dia mengakui, tempat peredaran narkoba saat ini di Jakarta Barat cukup sulit dideteksi, karena tempatnya biasanya bisa berubah dalam sekejap. Dia menjelaskan, biasanya tempat yang paling mudah dijadikan tempat peredaran adalah tempat yang wilayahnya sepi dari tindakan kriminal dan warganya acuh tak acuh terhadap pendatang baru.

"Pengedar bisanya tinggal di kompleks, seperti kawasan Green Garden atau tinggal di apartemen. Mereka itu seperti kutu loncat, mudah berpindah-pindah tempat. Untuk menjaganya, kami sudah berkoordinasi dengan pengurus warga sekitar dan pengurus aperteman agar jika ada warga baru tolong datanya diinformasikan kepada kepolisian," ucapnya.

Menurutnya, hal itu terjadi lantaran para pengedar sudah tidak lagi menggunakan cara lama, yakni membuat pabrik narkoba. Mereka cenderung menjadikan apertemen atau rumah di kompleks tempat tinggal sementara untuk menyimpan narkoba yang mereka datangkan dari luar negeri.

Gembong mengatakan, para pengedar saat ini lebih berpikir keuntungan dan meredam risiko. Ini karena dengan impor narkoba para pengedar bisa menekan biaya dan meredam risiko terendusnya pabrik narkoba. "Narkoba di Jakarta Barat banyak dari China. Sebelum masuk barang ke Indonesia, mereka transit dahulu di Malaysia dan biasanya menggunakan jalur darat dan laut," ujarnya.

Ia mengatakan, untuk memutus mata rantai peredaran narkoba, Indonesia harus mempunyai hukum yang tegas. Ini karena, menurutnya, di Indonesia kurang lebih ada 62 tersangka kasus narkoba yang seharusnya dihukum mati, hingga saat ini belum menjalankan hukuman tersebut.

Menurutnya, pemerintah juga harus menyediakan anggaran untuk para pecandu narkoba yang ingin sembuh. "Narkoba itu seperti hukum ekonomi. Jika para penggunanya sembuh karena dibina maka peredaran juga sepi. Selama ini, para pengguna narkoba yang ingin sembuh bingung tidak bisa berobat karena biaya rehabilitasi sangat mahal," katanya.

Gembong menambahkan, terpidana pengedar narkoba dan pengguna narkoba jangan dijadikan dalam satu sel tahanan. Ini karena bisa menciptakan pasar narkoba di dalam penjara. "Jika pengedar dan pemakai dalam satu tempat tahanan, maka akan tercipta pasar. Itulah mengapa narkoba bisa masuk ke lapas. Seharusnya mereka dipisah," imbuhnya.

Dari hasil tangkapan narkoba yang dilakukan Polres Jakarta Barat selama periode Januari-Juli 2012, setidaknya telah diungkap 599 kasus narkoba yang terdiri dari 120 kasus ganja, 57 kasus heroin, 370 kasus ekstasi, dan 52 kasus sabu-sabu. Dari kasus narkoba tersebut polisi mengamankan 762 tersangka.

Para tersangka kasus narkoba ini terdiri dari satu anggota polisi, satu PNS orang, 107 wiraswasta, 263 karyawan, 17 mahasiswa, dan 13 pelajar, dan lain-lain 360 orang. Dari jumlah perkara dan tersangka, polisi berhasil mengamankan barang bukti berupa ganja seberat 32.885,28 gram, heroin 54,76 gram, sabu-sabu 16.483,23 gram, dan ekstasi 198.980,42 butir.

Dari jumlah tersebut, lokasi yang potensial untuk melakukan transaksi narkoba berada di sarana umum sebanyak 392 kasus, pemukiman 177 kasus, tempat hiburan 40 kasus, hotel 16 kasus, dan pasar 1 kasus.

Sumber : Sinar Harapan

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment