Advertising

Wednesday 26 September 2012

[wanita-muslimah] Re: Haji Mabrur: Kisah Abdullah bin al-Mubarak

 

Stuja Om. Maka nya Ane seneng ngaji dimare. Kalopun mo di stop, ade om Momod yg nyetopin kalo mang udah klewatan. Ato...ntar juga stop sendiri...:-)

*Nyimak*
Wassalam,

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, donnie ahmad <donnie.damana@...> wrote:
>
> Salam uda Akmal,
>
> Terima kasih sudah menawarkan alternatif membawa diskusi haji 'setan' pada
> level yang lebih tinggi.
>
> Saya sangat appreciate dan setuju atas usulan nya. Soal usul menghentikan
> diskusi terdahulu, lebih pada situasi yang tidak kondusif, karena ada
> satu pihak yang menjadi defensif dan diskusi menjadi tidak substantial
> lagi.
>
> Saya rasa mengubah strategi diskusi menjadi jalan keluar yang cantik.
>
> Maree.. Maree.. Usulan diskusi udara Akmal diramaikan dan saya tak
> menikmati dari layar android saya.
>
> Salim,
> ;D
> On Sep 26, 2012 11:54 AM, "akmal n. basral" <anb99@...> wrote:
>
> > **
> >
> >
> >
> > Abdullah bin al-Mubarak* hidup di Mekkah. Pada suatu waktu, setelah
> > menyelesaikan ritual ibadah haji, dia tertidur dan bermimpi melihat dua
> > malaikat yang turun dari langit.
> >
> > "Berapa banyak yang datang tahun ini?" tanya satu malaikat kepada malaikat
> > lainnya.
> >
> > "600.000," jawab malaikat yang ditanya.
> >
> > "Berapa banyak dari mereka yang ibadah hajinya diterima?"
> >
> > "Tidak satupun"
> >
> > Percakapan itu membuat Abdullah gemetar. "Apa?" aku menangis. "Semua
> > orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan
> > yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri
> > padang pasing yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?"
> >
> > "Ada seorang tukang sepatu di Damaskus yang dipanggil Ali bin Mowaffaq."
> > Kata malaikat yang pertama. "Dia tidak datang menunaikan ibadah haji,
> > tetapi ibadah hajinya mabrur, diterima Allah, dan seluruh dosanya telah
> > diampuni."
> >
> > Ketika aku mendengar hal ini, aku terbangun dan memutuskan untuk pergi
> > menuju Damaskus dan mengunjungi orang ini. Jadi aku pergi ke Damaskus dan
> > menemukan tempat dimana ia tinggal. Aku menyapanya dan ia keluar. "
> > Siapakah namamu dan pekerjaan apa yang kau lakukan?" tanyaku.
> >
> > "Aku Ali bin Mowaffaq, penjual sepatu. Siapakah namamu?"
> >
> > Kepadanya aku mengatakan namaku Abdullah bin al-Mubarak. Ia tiba-tiba
> > menangis dan jatuh pingsan.
> >
> > Ketika ia sadar, aku memohon agar ia bercerita kepadaku. Dia mengatakan:
> > "Selama 40 tahun aku telah rindu untuk melakukan perjalanan haji ini. Aku
> > telah menyisihkan 350 dirham dari hasil berdagang sepatu. Tahun ini aku
> > memutuskan untuk pergi ke Mekkah, sejak istriku mengandung. Suatu hari
> > istriku mencium aroma makanan yang sedang dimasak oleh tetangga sebelah,
> > dan memohon kepadaku agar ia bisa mencicipinya sedikit. Aku pergi menuju
> > tetangga sebelah, mengetuk pintunya kemudian menjelaskan situasinya.
> >
> > Tetanggaku mendadak menagis. "Sudah tiga hari ini anakku tidak makan
> > apa-apa," katanya. "Hari ini aku melihat keledai mati tergeletak dan
> > memotongnya kemudian memasaknya untuk mereka. Ini bukan makanan yang halal
> > bagimu."
> >
> > Hatiku serasa terbakar ketika aku mendengar ceritanya. Aku mengambil 350
> > dirhamku dan memberikan kepadanya. "Belanjakan ini untuk anakmu," kataku.
> > "Inilah perjalanan hajiku."
> >
> > "Malaikat berbicara dengan nyata di dalam mimpiku," kata Abdullah, "dan
> > Penguasa kerajaan surga adalah benar dalam keputusanNya."
> >
> > ******
> >
> > *Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al Marwazi lahir
> > pada tahun 118 H/736 M. Ia adalah seorang ahli Hadits yang terkemuka dan
> > seorang ulama yang wara'. Ia sangat ahli di dalam berbagai cabang ilmu
> > pengetahuan, antara lain di dalam bidang gramatika dan kesusastraan. Ia
> > adalah seorang saudagar kaya yang banyak memberi bantuan kepada orang-orang
> > miskin. Ia meninggal dunia di kota Hit yang terletak di tepi sungai Euphrat
> > pada tahun 181 H/797 M.
> >
> > Kisah di atas diambil dari buku Warisan Para Awliya karya Farid al-Din
> > Attar.
> > Edisi Inggris "Muslim Saints and Mystics: Episodes from the Tadhkirat
> > al-Auliya (Memorial of the Saints) By Farid al-Din Attar"<http://www.amazon.com/Muslim-Saints-Mystics-Tadhkirat-al-Auliya/dp/0140192646/ref=pd_bbs_sr_1/103-6341464-7999813?ie=UTF8&s=books&qid=1179573645&sr=1-1>
> >
> > * * *
> >
> > Kawan-kawan anggota majelis WM yang terpelajar,
> > yang sudah berhaji mau pun yang belum, yang berhaji sekali atau berulang
> > kali, izinkan saya menawarkan diskusi lebih jauh tentang thread Haji dengan
> > varian "Haji Pengabdi Setan" (istilah Prof Ali Yaqub yang dipromosikan Ust.
> > Chodjim di milis ini), "Haji Mabrur" atau apa pun yang terkait dengan salah
> > satu ibadah terbesar yang pernah diperintahkan Allah kepada umat manusia
> > ini. Sebuah diskusi yang lebih serius, datang dari argumentasi yang kokoh,
> > dengan hati yang tenang. Saya ingin menawarkan beberapa poin untuk
> > didiskusikan:
> >
> > 1. Saya tidak setuju dengan anjuran beberapa anggota milis yang ingin
> > topik ini disudahi. Kenapa harus disudahi? Topik ini disampaikan Mas
> > Chodjim dengan santun, tidak flaming, tidak bersifat SARA, tidak ofensif.
> > Karena itu saya respek dengan moderator milis Mas Dwi yang tidak memberikan
> > statement agar topik ini disudahi. Justru sekaranglah saat terbaik bagi
> > kita sebagai bagian dari umat Islam yang terpelajar untuk mendiskusikan hal
> > ini secara bermartabat.
> >
> > 2. Tidak perlulah kita saling unjuk pamor "googling saja nama saya di
> > Internet" dan semacamnya. Siapa sih kita ini kawan-kawan? Kalau pun ada
> > satu dua yang pernah bicara di mimbar ini di mimbar itu, menulis ini
> > menulis itu, semuanya itu hanya berkat kemurahan Allah saja, bukan?
> > Siapalah kita yang debu ini ingin menepuk dada bahwa saya pernah mengundang
> > ini itu, bicara ini itu.
> >
> > Kalau kriteria "googling" itu masih penting, marilah kita bandingkan diri
> > kita (sebagai introspeksi) dengan, misalnya, Syaikh Yusuf Estes, Islamic
> > Personality of the Year 2012, yang mantan pendeta.
> >
> > http://www.youtube.com/watch?v=_YRV_LiHIZU&feature=related
> >
> > Jangan-jangan dibandingkan "muslim baru" seperti Syaikh Estes pun kita
> > yang muslim sejak lahir ini belum ada apa-apanya dalam mensyiarkan
> > kemuliaan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
> >
> > 3. Saya insya Allah yakin niat Mas Chodjim membincangkan tentang buku
> > "Haji Pengabdi Setan" karya Prof. Ali Mustafa Yaqub, dan niat saya sendiri,
> > adalah dalam kerangka "tawasau bil haq" (agar tidak ghuluw dalam
> > beribadah) dan "tawasau bish shabr" (agar kita menjadi orang yang panjang
> > sabar dalam segala hal, termasuk godaan terjerumus dalam 'egoisme
> > orang-orang saleh').
> >
> > Bukankah dua syarat "tawasau" di atas adalah sudah separuh dari 4 syarat
> > agar kita tidak termasuk dalam kategori orang-orang yang merugi? (QS 103:
> > 1-3).
> >
> >
> > 4. Sekarang mari kita masuk pada substansi kisah Abdullah bin al-Mubarak
> > di atas. Bukankah kisah ini mempunyai banyak lapis makna yang bisa dinukil?
> > Di mana salah satunya, kisah ini justru mengonfirmasi kolom Prof. Ali Yaqub
> > "Haji Pengabdi Setan" yang saya posting sebelumnya karena Ali bin Mowaffaq
> > sang tukang sepatu di Damaskus melakukan ibadah muta'addiyah (ibadah
> > sosial) dibandingkan Sang 'Alim Abdullah bin al-Mubarak yang melakukan haji
> > sebagai ibadah qashirah (ibadah individual)?
> >
> > Jika para pendukung (dan pelaku) Haji Berulang ini mendebat pendapat Prof
> > Ali Yaqub, dan kini kisah hikmah Abdullah bin al-Mubarak di atas, debatlah
> > dengan menyodorkan argumentasi lebih valid, bukan dengan keterbatasan (dan
> > justifikasi) pemikiran kita sendiri seperti "kalau untuk sedekah, zakat,
> > dst-nya kan sudah ada jalurnya. Manfaatkan saja kesempatan berhaji yang ada
> > di depan mata."
> >
> > 5. Ini yang paling penting diingat dan menjadi rambu dalam diskusi ini:
> > yang mas Chodjim dan saya imbau adalah mereka yang sudah (atau akan)
> > melakukan haji BERULANG KALI, bukan haji pertama kali.
> >
> > 6. Pada poin no. 3 saya sebutkan istilah 'EGOISME ORANG-ORANG YANG SALEH'.
> > Menurut saya, kolom Prof. Ali Yaqub itu masih LUNAK.
> > Paling tidak dibandingkan dengan cerpen A.A. Navis "Robohnya Surau
> > Kami" yang ditulis tahun 1956 atau hampir enam dekade lalu.
> > Dalam cerpen Navis, sang tokoh yang bernama Haji Saleh dan
> > berulangkali naik haji akhirnya masuk neraka, sambil terus mendebat Tuhan
> > karena
> > dia sudah banyak beramal qashirah.
> >
> > Dulu saat pertama kali membaca cerpen itu (saya masih murid SMA) saya
> > "marah" kepada Navis kok bisa-bisanya dia sebagai "pengarang"
> > melecehkan seorang haji seperti itu. Belakangan, saya tahu dari
> > berbagai sumber (termasuk bertemu Navis sendiri setelah saya kuliah) bahwa
> > cerpen itu justru ditulisnya SETELAH dia pulang berhaji (Konon menurut
> > seorang anggota senior milis Rantau-Net, Pak Sjamsir Sjarif alias Mak
> > Ngah yang pernah berteman dengan sang sastrawan, saat itu Navis
> > berangkat atas biaya dinas sebagai Ketua Dinas Kesenian Sumatra Tengah/
> > nama sebelum Sumatra Barat).
> >
> > Mengapa naik haji berulang kali menjadi bentuk "egoisme"?
> >
> > 7. Sependek pemahaman saya yang terbatas, makna QS 21: 107 bahwa Nabi
> > Muhammad diutus sebagai Rahmatan Lil 'Alamin, adalah juga
> > agar kita umatnya menjadi rahmat bagi semesta, dimulai dari menjadi
> > rahmat bagi sesama.
> >
> > Agar menjadi rahmat bagi sesama, dalam konteks haji, tidak susah
> > memahami matematika sederhana ini, yakni jumlah jamaah haji yang
> > bisa menunaikan ibadah haji, dari seluruh negara, dengan perhitungan
> > formulasi apa pun, adalah TERBATAS, karena menyangkut
> > sebuah lokasi fisik.
> >
> > Karena sifat TERBATAS ini (dalam konteks per negara ada kuota), maka
> > sulitkah memahami bahwa untuk setiap orang haji yang
> > BISA menunaikan haji pada tahun tertentu (katakanlah tahun ini), maka
> > pada prinsipnya keikutsertaan orang itu sudah MENUTUP
> > KESEMPATAN bagi calon haji lain?
> >
> > Sama sekali tidak susah untuk memahami logika sesederhana ini, bukan?
> >
> > (Jangan dulu berdalih, "tuh lihat si Ustad anu yang pengelola travel
> > biro dst", lihat saja diri sendiri. Seandainya saya berhaji untuk kedua
> > kali,
> > maka tak perlu data valid dan metoda statistik canggih untuk
> > membuktikan bahwa pada proses berhaji saya yang KEDUA, sudah pasti
> > saya menutup jatah satu calon jamaah haji lain).
> >
> > 8. Sekarang bagi para pendukung dan pelaku HAJI BERULANG ("boleh saja",
> > "apa salahnya kalau ada rezeki", dll justifikasi), marilah saya
> > himbau anda dengan sungguh-sungguh untuk melakukan "role playing",
> > bertukar peran dengan orang lain.
> >
> > Bayangkanlah diri anda kini justru menjadi orang yang termasuk barisan
> > antrean jamaah. Sabarkah anda menunggu satu tahun ke depan? Jika sabar,
> > sabarkah anda menunggu 2 tahun ke depan? Jika masih sabar, masihkah
> > anda sabar menunggu 5, 6, 7, 10 tahun ke depan sementara anda
> > terus mendengar, melihat, bahkan mungkin kenal kolega, kawan, yang
> > dengan mudahnya berhaji BERULANG KALI?
> >
> > Bagaimana perasaan anda, wahai pendukung dan pelaku Haji Berulang,
> > jika keadaan sebaliknya itu yang anda alami? Masihkah anda akan
> > dengan mudahnya bilang, "boleh saja" dll dengan bermacam ragam varian
> > jawaban?
> >
> > 9. Jika bagi anda contoh no. 8 masih "tidak apa-apa", baiklah anda kembali
> > pada posisi anda sekarang sebagai pendukung dan pelaku Haji
> > Berulang, dan coba jawab dengan jujur pertanyaan saya yang terakhir
> > ini:
> >
> > Seandainya anda kenal salah seorang calon haji di daftar tunggu yang
> > WAFAT dalam masa penantiannya untuk berhaji (pertama kali),
> > sementara jelas sekali salah satu penyebab utama almarhum/almarhumah
> > itu menunggu giliran adalah karena jatah mereka DISABOT
> > para Haji Berulang, tidak kah kejadian semacam itu akan membuat anda
> > menangis, menggigil, menyesali egoisme Anda yang sama sekali
> > tak menjadi RAHMAT bahkan bagi sesama muslim sendiri?
> >
> > Cobalah renungkan hal ini dengan tenang, karena "Anda" yang saya
> > maksud bukanlah Anda invididual, melainkan "Anda kolektif" (Haji Berulang)
> > yang mungkin dari 200.000 jamaah tiap tahun entah ada 100, 200, atau
> > bahkan 1000 orang di sana.
> >
> > Bahkan kalau pun pada satu musim haji hanya ada 10 orang yang
> > melakukan Haji Berulang, maka ke-10 orang itu jelas menutup kesempatan
> > bagi 10 calon haji pertama untuk berangkat.
> >
> > Saya yakin akan muncul jawaban: Yang penting kan niat, kalau si
> > almarhum/almarhumah sudah berniat naik haji tapi niatnya tak kesampaian,
> > maka Allah pasti akan punya perhitungan sendiri atas niat baiknya itu.
> > Bukankah Nabi sendiri mengajarkan bahwa "setiap amal itu tergantung
> > niatnya"?
> >
> > Di sinilah STANDAR GANDA kaum muslim sering berlaku. Jika untuk
> > melindungi diri sendiri, hadis Nabi seperti itu akan sering dipakai sebagai
> > tameng. Tapi tak ada keinginan untuk memahami maksud ayat Quran yang
> > lebih tinggi tentang kehadiran Muslim sebagai rahmat lil 'alamin.
> >
> > Lha, bagaimana bisa menjadi rahmat bagi alam semesta, wong menjadi
> > rahmat bagi sesama muslim yang kurang beruntung saja (harus ngantre
> > haji) tidak bisa dicontohkan dengan baik, kok?
> >
> > Di sini, saya baru bisa paham konteks "tausiyah melalui cerpen"
> > ROBOHNYA SURAU KAMI yang dituliskan "Ustadz" AA. Navis.
> >
> > (Sayang sekali dalam pengamatan random saya, banyak muslim yang tahu
> > judul cerpen ini, bahkan hafal dengan baik frasa "ROBOHNYA
> > SURAU KAMI" tapi belum pernah membaca cerpen bagus ini, yang sekarang
> > sudah banyak versi pdf-nya di berbagai blog/situs, dan
> > bisa diunduh gratis).
> >
> > 10. Jadi kalau ada imbauan, mengapa tidak sebaiknya para haji yang
> > berangkat (meskipun sudah berulang kali) agar diterima hajinya oleh Allah,
> > menjadi haji yang mabrur, tentu saya sendiri akan berdoa agar para
> > haji yang BERLEBIHAN ini dibukakan mata hatinya oleh Allah, bahwa
> > kewajiban berhaji dalam Islam hanya SEKALI seumur hidup.
> >
> > Tidak pada tempatnya membangga-banggakan diri, saya haji pertama
> > tahun segini saat musim ini, lalu haji berikutnya tahun segono saat musim
> > ono, dsb, padahal saudara seiman sendiri masih banyak yang kesulitan
> > untuk berhaji (meski sudah mendaftar dan setor uang, kadang dengan
> > kondisi tubuh fisik yang sudah tua renta).
> >
> > Kisah hikmah dari Al 'Alim Abdullah bin al-Mubarak tentang Haji Mabrur
> > sudah lebih dari jelas bagi orang-orang yang mau menundukkan hati dan
> > belajar dari orang lain.
> >
> > Subhanaka laa 'ilma lana, illa maa 'alam tana.
> >
> > Wallahu a'lam bish showab.
> >
> > Salam,
> >
> > Akmal N. Basral
> > Cibubur
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
>

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment