Advertising

Tuesday 2 February 2010

Re: [wanita-muslimah] Kompas: Peternakan Hasilkan 51 Persen Gas Rumah kaca

 


----- Original Message -----
From: "Ari Condro" <masarcon@gmail.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, February 03, 2010 07:16
Subject: Re: [wanita-muslimah] Kompas: Peternakan Hasilkan 51 Persen Gas Rumah kaca

ini ngomongin global warming yah. bukan sekedar ini co2, ini methana. cara
jawabnya abah sempit bangert. dan reaktif. pokoke kasih komentar hehehe :))
################################################################################################################
HMNA:
Ini saya copy paste dari file lama Seri 003 (sampai sekarang sudah Seri 908. Sedangkan Seri 909 sementara dalam persiapan yang insya Allah akan berjudul: "Dari Bali ke Century, dari Syahril Sabirin ke Boediono".

*************************
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
003. Interaksi Iman dan Ilmu, Pencemaran Thermal

Antara tumbuh-tumbuhan di pihak yang lain dengan manusia dan binatang di pihak yang lain membentuk sistem yang dalam ungkapan bidal Melayu lama berbunyi: Seperti aur dengan tebing, atau dalam ungkapan modern yang canggih bunyinya: Mutualis simbiosis, suatu ekosistem saling menghidupi dan menghidupkan. Aur yang tumbuh di tebing mendapat zat-zat yang dibutuhkan tanaman untuk bertumbuh. Akar-akar aur menusuk ke dalam tanah di tebing untuk dapat mengisap zat-zat yang dibutuhkannya itu. Di pihak yang lain tebing mendapatkan manfaat dari akar-akar rumpun aur, tebing menjadi kuat, tidak mudah terban (tidak pakai g).

Untuk dapat hidup, manusia dan binatang harus mengisi perut, makan dan minum dan mengisap udara, bernafas. Tujuan makan bukan untuk kenyang, karena itu hanya sekadar kesan saja, melainkan makan pada hakekatnya adalah mengisi tubuh dengan bahan bakar. Dan bernafas bukan hanya sekadar menghirup udara segar supaya tidak mati lemas, melainkan mengisi tubuh dengan oksigen dari udara. Di dalam tubuh manusia dan binatang terjadilah reaksi kimia yang disebut oksidasi. Reaksi kimia ini menimbulkan panas dan proses tersebut disebut respirasi. Demikianlah tubuh manusia dan binatang menjadi panas, dan panas ini dipertahankan suhunya oleh suatu sistem yang musykil dalam tubuh manusia dan binatang, yaitu sistem pengatur suhu. Menarik nafas artinya memasukkan oksigen ke dalam tubuh, sedangkan mengeluarkan nafas artinya membuang sampah hasil pembakaran ke udara. Sebenarnya yang dibuang ke udara itu pada hakekatnya hanya sejenis yang berupa sampah dan yang lain tidak dipandang sampah. Yang pertama adalah karbon dioksida, zat asam arang, CO2. Yang kedua adalah air dalam bentuk uap. Air yang berasal dari mengeluarkan nafas ini dapat dilihat jika kita ada di tempat dingin. Uap air itu mengembun di udara berupa titik-titik air yang halus, kelihatannya seperti asap putih atau kabut.

CO2 ayang dihasilkan/dikeluarkan dari tubuh manusia dan binatang merupakan polutan, zat pencemar yang mencemarkan udara. Pencemaran udara oleh CO2 ini bukan semata-mata dari manusia dan binatang saja, melainkan, dan ini yang lebih banyak, berasal dari budak-budak tenaga, energy slaves. Tidaklah berperi-kemanusiaan, jika manusia memperbudak sesamanya manusia. Akan tetapi oleh karena pada dasarnya manusia suka memperbudak, maka manusia memperbudak binatang, tenaga otot binatang dimanfaatkan untuk bekerja. Setelah James Watt mendapatkan mesin uap, maka manusia memproduksi budak-budak tenaga secara massal, yaitu mesin-mesin yang dayanya lebih besar dari daya otot binatang. Dan mesin-mesin ini menghasilkan CO2 jauh lebih banyak ketimbang CO2 yang berasal dari manusia dan binatang. Sehingga sangat perlu sekali dilaksanakan birth control terhadap budak-budak tenaga ini. Mengapa? Oleh karena CO2 ini adalah zat pencemar yang menyebabkan terjadinya pencemaran thermal, thermal pollution. Bumi jadi panas, suhunya naik, es di kutub utara dan selatan mencair, air laut naik, maka terjadilah banjir yang akan lebih hebat dari banjir di zaman Nabi Nuh AS. Dan naiknya permukaan laut ini bukan teori omong kosong, betul-betul naik menurut hasil intizhar atau observasi.

Mengapa CO2 itu menjadi penyebab pencemaran thermal, informasinya seperti berikut: Lapisan udara yang mengandung CO2 yang banyak, menyebabkan permukaan bumi ditutupi oleh lapisan CO2. Ini menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Di tempat yang beriklim dingin, jika ingin menanam buah-buahan dan sayur-sauran yang membutuhkan suhu yang lebih tinggi dari suhu udara luar, maka buah-buahan dan sayur-sayuran itu ditanam di dalam rumah kaca. Gelas atau kaca adalah zat bening, radiasi matahari yang disebut photon gampang menerobos masuk. Photom itu memukul molekul-molekul udara dalam rumah kaca. Getaran molekul udra itu dipacu oleh photon itu, maka bertambah intensiflah getaran molekul udara itu, yang membawa kesan fenomena naiknya suhu udara, karena itulah udara bertambah panas. Kaca adalah penghantar panas yang jelek. Maka terperangkaplah panas itu dalam rumah kaca. Photon mudah menerobos masuk, namun setelah tenaga radiasi itu sudah ditransfer menjadi tenaga panas dalam rumah kaca, gelombang panas tidak/kurang mampu menerobos keluar. Inilah efek rumah kaca. Juga CO2 adalah zat bening mudah ditembus photon. Juga CO2 adalah zat pengantar panas yang jelek. Maka terperangkaplah gelombang panas dalam ruang antara lapisan CO2 dengan permukaan bumi, seperti halnya gelombang panas dalam rumah kaca.

Demikianlah seriusnya gejala alam berupa naiknya suhu di permukaan bumi ini, atau globalisasi thermal ini, maka Allah SWT memberikan informasi kepada ummat manusia sejak lebih 14 abad yang lalu. Berfirman Allah SWT dalam Al Quran, S. Yasin, ayat 80 sebagai berikut:
-- Alladzie ja'alalakum minasysyajari-lakhdhari naaran faidzaa antum minu tuuqiduun. artinya: Yaitu Yang menjadikan bagimu api dalam (zat) hijau pohon maka dengan itu kamu dapat membakar.

Sepintas lalu secara common sence, kita menjumpai pertentangan antara akal dengan wahyu. Akal kita mengatakan, bahwa api itu atau yang dibakar itu bukan dari pohon yang hijau, melainkan dari kayu-kayuan dan daun-daunan yang kering berwarna coklat. Memang pepohonan hijau dapat terbakar dalam bencana alam berupa kebakaran hutan, tetapi penjelasan ini tidak relevan, karena ayat itu menjelaskan "kamu" membakar, maksudnya dengan sengaja membakar. Kebakaran hutan terjadi karena ketidak sengajaan.Ada kitab tafsir yang mencoba menjelaskan bahwa ada sejenis pohon yang dapat dijadikan kayu bakar, walaupun masih hijau. Tetapi akal kita mengatakan bahwa menurut qaidah bahasa Arab, bentuk mudzakkar (laki-laki) asysyjaru-lakhdhar dalam ayat di atas menunjuk kepada pohon secara keseluruhan, bukan hanya sekadar sejenis pohon. Kalaulah yang dimaksud hanya sejenis, atau sebahagian pohon, maka harus memakai bentuk muannats (perempuan), yaitu asysyaratu-lkhadhraau. Jadi penafsiran dalam kitab tafsir trersebut tidak/belum dapat memecahkan permasalahan adanya pertentangan antara akal dengan wahyu. Ada yang menempuh pendekatan majazi (kiasan, metaphor), yaitu hijau dimaknai dengan "subur".

Berangkat dari pendekatan majazi hijau dimaknai dengan "subur", maka tidak perlu ilmu bantu. Namun berangkat dari tekstual murni Akhdhar (hijau) betul-betul hijau, maka bertolak dari tekstual murni tsb ditempuhlah pendekatan kontekstual, yakni dalam konteks sains (ilmu fisika, kimia, botani) dijadikan ilmu bantu. Para penganut kelompok JIL yang sangat gandrung akan pendekatan kontekstual sering mengejek "fundis" yang pakai pendekatan tekstual. The textual approach, tends to view the phenomena merely on the level of core element. On the other hand, the contextual approach reduces the substantial element, for it tends to view the phenomena on the level of periphery. As a matter of fact, methodologically speaking, this combined-approach, the textual as well as the contextual approach enables men to obtain the holistic picture of the phenomena and to escape from its distorted-meaning.

Namun masih ada upaya lain dengan paradigma seperti dijelaskan dalam Seri 001, yaitu akal harus tunduk pada wahyu. Kalau terjadi pertentangan antara akal dengan wahyu, maka akal harus mengalah. Seperti telah dijelaskan dalam Seri 001, akal membutuhkan informasi untuk berpikir. Akal harus mengalah kepada wahyu, oleh karena dalam keadaan yang demikian itu adalah suatu isyarat bahwa akal membutuhkan informasi yang lebih canggih untuk dapat merujuk akal itu kepada wahyu. Dan informasi ini bersumber dari ilmu fisika, kimia, botani dengan pengkhususan anatomi tumbuh-tumbuhan.

Reaksi thermonuklir di matahari mentransfer wujud tenaga nuklir menjadi tenaga radiasi yang berwujud sinar gamma yang menembus ke lapisan bagian luar dari matahari. Sinar gamma itu mengalami penyusutan energi karena menembus lapisan matahari itu. Setelah sampai di bagian luar sinar yang telah berdegradasi energinya itu dikenal sebagai photon, lalu memancar ke sekeliling matahari, antara lain menyiram permukaan bumi.

Tumbuh-tumbuhan dibangun oleh bahagian-bahagian kecil yang disebut sel. Di dalam inti sel terdapat butir-butir pembawa zat warna. Yang terpenting di antara butir-butir itu adalah pembawa zat warna hijau, yang disebut khlorophyl, zat hijau daun (istilah ilmiyah dari bahasa Yunani, Kholoros = hijau, Phyllon = daun). Khlorophyl ini menangkap photon dari matahari dan mengubah wujud tenaga photon itu menjadi tenaga potensial kimiawi dalam makanan dan bahan bakar hidrokarbon di dalam molekul-molekul melalui proses photosynthesis. Dalam proses photosynthesis oleh khlorophyl ini dari bahan baku CO2 dan air dan photon, dihasilkan makanan dan bahan bakar hidrokarbon dan oksigen. Selanjutnya melalui proses respirasi dalam tubuh manusia dan binatang dan budak-budak tenaga, makanan dan bahan bakar itu dengan oksigen dari udara berubahlah pula menjadi CO2 dan air. Demikianlah sterusnya daur atau siklus itu berlangsung. Photosynthesis - CO2 dan air - respirasi - makanan, bahan bakar, dan oksigen. Jadi tumbuh-tumbuhan mengambil CO2 dan mengeluarkan oksigen. Sebaliknya manusia dan binatang mengambil oksigen dan mengeluarkan CO2.

Secara gampangnya asysyajaru-lakhdhar itu adalah pabrik makanan / bahan bakar dan oksigen. Bahan mentahnya adalah air dan CO2. Mesin pabrik adalah photon dan proses dalam pabrik yang mengolah air dan CO2 menjadi makanan / bahan bakar dan oksigen disebut proses photosynthesis (sintesa atau penyusunan oleh photon). Makanan dibakar dengan oksigen dalam tubuh manusia, oksigen dihisap dari udara, demikian pula bahan bakar dibakar dengan oksigen dalam mesin-mesin pabrik. Oksigen disedot dari udara. Itulah ma'na minasysyajari-lakhdhari naaran faidzaa antum minhu tuuqiduun. Demikianlah ilmu fisika, kimia, botani dengan pengkhususan anatomi tumbuh-tumbuhan membantu kita untuk dapat memahami S. Yasin, ayat 80 dengan baik, memberikan informasi yang cukup bagi akal kita, sehingga menghilangkan pertentangan antara akal dengan wahyu.

Alhasil, jika informasi itu cukup lengkap bagi akal, akan hilanglah pertentangan antara akal dengan wahyu. Pemakaian istilah asysyjaru-lakhdhar, zat hijau pohon dalam Al Quran lebih tepat dari istilah ilmiyah khlorophyl, zat hijau daun, oleh karena zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja, melainkan pada seluruh bagian pohon asal masih berwarna hijau, mulai akar yang tersembul asal masih hijau, dari batang asal masih hijau, cabang asal masih hijau, ranting, daun, sampai ke pucuk serta buah yang masih hijau.

Dari S. Yasin, ayat 80 itu, dengan penjelasan berupa informasi dari ilmu fisika, kimia, botani dengan pengkhususan anatomi tumbuh-tumbuhan sebagai ilmu bantu untuk dapat mengerti wahyu dengan baik dan jelas, dapatlah kita lihat bagaimana pentingnya hutan. Bukan hanya sekadar mengendalikan air di dalam tanah dan permukaan bumi, tidak banjir di musim hujan dan tidak kering di musim kemarau. Akan tetapi, dan ini yang lebih penting, adalah untuk terjadinya daur: tumbuh-tumbuhan penghasil oksigen, yang membutuhkan CO2 - manusia dan binatang penghasil CO2, yang membutuhkan oksigen. Maka terjadilah seperti yang diungkapkan oleh bidal Melayu lama: seperti aur dengan tebing, mutualis simbiosis.

Demikianlah uraian interaksi iman dan ilmu dalam ruang lingkup daur CO2 dan oksigen dalam pengetahuan lingkungan khusus globalisasi pencemaran thermal dan pentingnya hutan. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 3 November 1991
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2007/06/003-interaksi-iman-dan-ilmu-pencemaran.html

Tambahan penjelasan ttg tulisan saya di bawah, ini saya copy paste:
> Gas methan gampang terurai di udara, berbeda dengan gas CO2 yang hanya bisa
> diurai melalui photo synthesis oleh syajar al-akhdhar (zat hijau pohon)

Nnnaaah baca baik-baik ! Gas methan gampang terurai di udara, sehingga tidak sempat membentuk ruang rumah kaca global, jadi tidak membawa efek pemanasan global (global warming). Berbeda dengan gas CO2 yang hanya bisa diurai melalui photo synthesis oleh syajar al-akhdhar (zat hijau pohon, lihat Seri 003 di atas), maka pembentukan rumah kaca global hanya bisa ditanggulangi dengan memelihara hutan, alhasil peliharalah hutan.

Ini saya copy paste dari paling bawah:
> >> Jadilah Vegetarian - Bertindaklah Hijau - Selamatkan Bumi
Tanggapan saya:
Betul sekali, Bertindaklah Hijau - Selamatkan Bumi. Tetapi tidak perlu jadi vegetarian, karena polusi gas methan dari para sapi tidak sempat membentuk rumah kaca global. Makanlah sapi. Jangan segan melakukan ibadah 'Iyd al-Qurban dengan sapi.

##########################################################################################################

salam,
Ari

2010/2/3 H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>

>
>
> Gas methan gampang terurai di udara, berbeda dengan gas CO2 yang hanya bisa
>
> diurai melalui photo synthesis oleh syajar al-akhdhar (zat hijau pohon)
> Salam
> HMNA
>
>
> ----- Original Message -----
> From: "Ari Condro" <masarcon@gmail.com <masarcon%40gmail.com>>
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>>
> Sent: Wednesday, February 03, 2010 04:50
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Kompas: Peternakan Hasilkan 51 Persen Gas
> Rumah kaca
>
> > teman teman di makasar jangan makan sop konro/konro bakar lagi yah. makan
> > ikan bakar saja :))
> >
> > @ abah hmna, dulu katanya nanyain bukti kalau peternakan adalah sumber
> > global warming. lha ini ada yang kirim artikelnya. hayuh, kppsi langsung
> > merekomendasikan segenap umat muslim untuk menutup peternakannya, dan
> > ganti
> > profesi jadi nelayan atau buka restoran ikan bakar. :D
> >
> >
> > salam,
> > Ari
> >
> >
> > 2010/2/2 Aku Vegan dan Hijau <love.vegetarian@yahoo.com<love.vegetarian%40yahoo.com>
> >
> >
> >>
> >>
> >> Peternakan Hasilkan 51 Persen Gas Rumah kaca
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>
> >> KOMPAS/SAMUEL OKTORA
> >> Oktavianus
> >> Tipnone melepas ternak dari kandang di areal peternakan yang dikelola
> >> biara Karmel di Kampung Maronggela, Desa Wolomeze, Kabupaten Ngada,
> >> Nusa Tenggara Timur, Sabtu (19/9).
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>
> >> Kamis, 5 November 2009 | 08:12 WIB
> >>
> >> Laporan wartawan KOMPAS Lukas Adi Prasetya
> >>
> >> YOGYAKARTA, KOMPAS.com
> >> - World Watch Institute, dalam laporan yang dirintis Watch Magazine
> >> Edisi November/Desember 2009 menyebut bahwa peternakan bertanggung
> >> jawab atas sedikitnya 51 persen penyebab gas rumah kaca global. Ini
> >> bukan lagi lampu kuning melainkan sudah lampu merah.World Watch
> >> Institute adalah organisasi riset independen di Washington Amerika
> >> Serikat yang berdiri sejak 1974. Organisasi ini dikenal kritis terhadap
> >> isu global dan lingkungan. Penulis artikel itu Dr Robert Goodland,
> >> mantan penasihat utama bidang lingkungan untuk Bank Dunia, dan staf
> >> riset Bank Dunia Jeff Anhang. Keduanya membuat laporan ini berdasar
> >> Bayangan Panjang Peternakan , laporan yang diterbitkan tahun 2006 oleh
> >> Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).Majalah itu terbit
> >> dalam 36 bahasa dan data penelitiannya digunakan oleh banyak NGO
> >> (lembaga swadaya masyarakat) di seluruh dunia, dan juga badan-badan di
> >> bawah PBB. NGO yang memakai data-datanya antara lain Greenpeace
> >> Southeast Asia, dan Yayasan Obor Indonesia.Dua peneliti itu juga
> >> menghitung siklus hidup emisi produksi ikan yang diternakkan, CO2 dari
> >> pernapasan hewan, dan koreksi perhitungan yang sebenarnya dari jumlah
> >> hewan ternak yang dilaporkan di muka bumi. Gas metana yang dikeluarkan
> >> oleh hewan ternak mengikat panas 72 kali lebih kuat daripada CO2. Hal
> >> ini mewakili kenaikan yang lebih akurat dari perhitungan asli FAO
> >> dengan potensi pemanasan sebesar 23 kali. Meskipun demikian, peneliti
> >> itu memberitahu bahwa perkiraan mereka tentang 51 persen itu masih
> >> angka minimal."Masyarakat Indonesia, bahkan pihak-pihak yang
> >> mestinya memerhatikan isu-isu lingkungan, harus tahu
> >> informasi-informasi mengenai dampak industri peternakan dan bahaya
> >> daging. Apa yang hendak pemerintah Indonesia lakukan sekarang ini?
> >> Data-data sudah terhampar. Pemerintah, jika masih saja tidak percaya
> >> tentang bahaya daging, tolong buka internet dan mencari tahu," ujar
> >> pemerhati lingkungan yang juga dosen arsitektur Universitas Atma Jaya
> >> Yogyakarta Agustinus Madyana Putra.
> >> Sumber:
> >>
> http://sains.kompas.com/read/xml/2009/11/05/08121712/Peternakan.Hasilkan.51.Persen.Gas.Rumah.kaca
> >> www.SupremeMasterTV.com/Ina/Sos www.PemanasanGlobal.net
> >> www.PerubahanIklim.net www.InfoVegetarian.net
> >> www.GodsDirectContact.or.id www.LovingHut.co.id
> >>
> >> Jadilah Vegetarian - Bertindaklah Hijau - Selamatkan Bumi

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment