[Kolom Tetap Harian Fajar]
001. Peranan Wahyu dan Akal dalam Kehidupan
-- Ihdina shShiraatha lMustqiym (1:6), tuntunlah kami ke jalan yang lurus. Maka Allah menjawab:
-- Alif, Lam, Mim. Dzaalika lKitaabu laa Rayba fiyhi Hudan lilMuttaqiyn (s. alBaqarah, 1-2), itulah Kitab tak ada keraguan dalamnya penuntun bagi Muttaqiyn (2:1-2). Al Quran yang tak ada keraguan dalamnya memberikan informasi kepada manusia tentang perkara-perkara yang manusia tidak sanggup mendapatkannya sendiri dengan kekuatan akalnya:
-- 'Allama lInsaana Maalam Ya'lam (s. al'Alaq, 5), (Allah) mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.
-- Al Haqqu min rabbikum (s. alKahf, 29), artinya Al Haqq itu dari Rabb kamu (s. Gua 18:29). Alam ghaib juga tidak mungkin diketahui manusia dengan kekuatan akalnya. Filsafat dan tasawuf tidak mungkin dapat menyentuh alam ghaib.
-- "Dzaalika lKitaabu laa Rayba fiyhi Hudan lilMuttaqiyn". Filsafat dan tasawuf harus dibingkai oleh Al Quran dan Hadits shahih, sebab kalau tidak demikian, maka filsafat dan tasawuf itu menjadi liar. Sungguh-sungguh suatu keniscayaan, para penganut dan pengamal filsafat dan tasawuf tanpa kendali itu menjadi sesat. Terjadilah fenomena yang naif, lucu, tetapi mengibakan, yaitu antara lain filosof itu berimajinasi tentang pantheisme, sufi itu ber"kasyaf" terbuka hijab, merasa bersatu dengan Allah. Adapun indikator penganut dan pengamal filsafat dan tasawuf tanpa kendali itu, adalah upaya yang sia-sia untuk mempersatukan segala agama. Inilah yang selalu kita mohonkan kepada Allah SAW setiap shalat, agar tidak terperosok ke dalam golongan "Dhaalluwn", kaum sesat.
-- Hudan lilMuttaqiyn", demikianlah wahyu itu menuntun akal para Muttaqiyn untuk berolah akal, yaitu berpikir/berfilsafat dan merasa/bertasawuf. Akal harus ditempatkan di bawah wahyu dan ilmu filsafat serta ilmu tasawuf harus ditempatkan di bawah iman, singkatnya wahyu di atas akal dan iman di atas ilmu. WaLlahu a'lamu bishshawab.
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://www.islamlib.com/id/page.php
Merenungkan Sejarah Alquran
Tanggal dimuat: 17/11/2003
Oleh: Luthfi Assyaukanie
1. Luthfi Assyaukanie menyontek dari Arthur Jeffery. Dengan menggunakan hermeneutika, Jeffery mengedit Al-Quran secara kritis, sebagaimana dilakukannya terhadap Bibel. Ia menyimpulkan sebenarnya terdapat berbagai mushhaf tandingan terhadap mushhaf 'Utsmani. Arthur Jeffery menyatakan Al-Quran tidak memuat Al-Fatihah, Al-Nass dan Al-'Alaq, karena surah-surah tersebut tidak ada dalam mushhaf Abdullah ibn Mas'ud. Arthur Jeffery juga menyatakan mushhaf Ubayy ibn Ka'b mengandung dua surah ekstra. Inilah antara lain kata-kata nyeleneh Arthur Jeffery:
Sura I of the Koran bears on its face evidence that it was not originally part of the text, but was a prayer composed to be placed at the head of the assembled volume, to be recited before reading the book, a custom not unfamiliar to us from other sacred books of the Near East [The Muslim World, Volume 29 (1939), pp. 158-162. The Text of the Qur'an Answering Islam Home Page]
[Kolom Tetap Harian Fajar]
865. Alat Kontrol Sistem Kelipatan 19 Dapat Juga Dipakai Untuk Nomor Surah
1.Al~Faatihah,
2.Al~Baqarah,
3.Ali 'Imraan.
4.An~Nisaa',
5.Al~Maaidah
6.Al~An'aam,
7.Al~A'raaf,
8.Al~Anfaal,
9.At~Tawbah,
10.Yuwnus
1.Al~Faatihah,
2.Al~Baqarah.
3.An~Nisaa'
4.Ali 'Imraan
5.Al~An'aam
6.Al~A'raaf
7.Al~Maaidah
8.Yuwnus
9.Al~Anfaal
10.At~Tawbah
1.Al~Baqarah
2.An~Nisaa
3.Ali 'Imraan
4.Al~A'raaf
5.Al~An'aam
6.Al~Maaidah
7.Yuwnus
8.At~Tawbah
9.An~Nahl
10.Huwd
-- 'ALAYHA TS'At 'ASyR (S. ALMDTfR, 74:30), dibaca:
--. 'alaihaa tis'ata 'asyara. Artinya:
-- padanya 19.
Kalau S. Al-Fatihah bukan bagian dari Al Quran maka jumlah Surah cuma 113, angka ini bukan sistem kelipatan 19
Ada keterkaitan antara Surah 9 (S. At-Tawbah) dengan Surah 27 (S. An-Naml). Surah ke-9 tidak mengandung Basmalah (Bismiilla-hirrahma-nirrahiym), namun ini ditebus oleh Surah ke-27 yang mempunyai dua Basmalah , yaitu pada permulaan Surah dan dalam ayat 30. Dua kali mekanisme sistem konrol bekerja pada nomor Surah:
Pertama, nomor Surah 27 dikontrol oleh: 27 + 30 = 57 = 3 x 19
Kedua, hubungan Surah 9 dengan Surah 27, dikontrol oleh deret 9 sampai dengan 27 => (9+10+11+12+........+24+25+26+27) maka hasilnya adalah 342 = 18 x 19.
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2009/03/865-alat-kontrol-sistem-kelipatan-19.html
----- Original Message -----From: AbdullatifSent: Thursday, February 02, 2012 9:25 AMSubject: [wanita-muslimah] Agama dan Otak ManusiaAgama dan Otak Manusia
Oleh Luthfi Assyaukanie
http://islamlib.com/id/artikel/agama-dan-otak-manusia
http://muslimbertaqwa.blogspot.com/p/article.html
Agama bukan hanya akal, tapi merupakan produk akal manusia. Tanpa akal tak ada
agama. Hanya makhluk hidup yang berakal yang beragama. Yang tak berakal tidak
menciptakan agama dan tak pernah peduli dengan agama. Yang membedakan manusia
dari hewan-hewan lainnya adalah akal yang dimilikinya. Akal adalah lambang
kemajuan dalam proses evolusi makhluk-hidup yang panjang.
Sebuah pepatah Arab yang diyakini sebagai hadis Nabi mengatakan bahwa "agama
adalah akal" (al-dinu huwa al-aql). Pepatah ini sering dikutip ulama dan sarjana
Muslim untuk menegaskan bahwa beragama membutuhkan akal agar manusia tidak
terjatuh ke dalam taklid buta yang bisa menyesatkan mereka. Saya senang dengan
pepatah ini, bukan hanya karena ia menunjukkan aspek rasionalitas dari Islam,
tapi juga karena pepatah itu, jika ditarik lebih jauh lagi, sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan temuan para saintis tentang hubungan agama dan
akal.
Agama bukan hanya akal, tapi merupakan produk akal manusia. Tanpa akal tak ada
agama. Hanya makhluk hidup yang berakal yang beragama. Yang tak berakal tidak
menciptakan agama dan tak pernah peduli dengan agama. Yang membedakan manusia
dari hewan-hewan lainnya adalah akal yang dimilikinya. Akal adalah lambang
kemajuan dalam proses evolusi makhluk-hidup yang panjang.
Akal adalah bentuk non-fisik dari otak. Ia bisa diumpamakan sebagai piranti
lunak (software) yang berjalan di atas otak yang merupakan piranti keras
(hardware) pada sebuah komputer. Seluruh hewan bertulang belakang (vertebrata)
memiliki otak dan sebagian besar hewan tak-bertulang belakang (invertibrata)
juga memiliki otak. Ukuran otak manusia lebih besar dibanding rata-rata ukuran
otak hewan lainnya. Akal manusia juga merupakan yang tercanggih dibandingkan
akal hewan-hewan lainnya.
Jika menggunakan analogi komputer, manusia memiliki prosesor (otak) terbaru
dengan sistem operasi (akal) tercanggih, sementara hewan-hewan lain memiliki
prosesor dan sistem operasi yang jauh tertinggal. Prosesor dan sistem operasi
yang canggih dapat menciptakan banyak hal, seperti memroses kata, mendesain,
merekam suara, memutar lagu, dan mengedit film. Sementara prosesor dan sistem
operasi yang tertinggal hanya bisa melakukan kerja-kerja terbatas. Semakin
tertinggal sebuah komputer semakin terbatas ia melakukan fungsinya, semakin
canggih sebuah komputer semakin banyak kemungkinan yang bisa dilakukan.
Tentu saja, otak manusia jauh lebih kompleks dari komputer. Tapi analogi di atas
setidaknya bisa membantu kita memahami perbandingan antara apa yang telah
dilakukan manusia dengan otaknya dan apa yang telah dicapai hewan-hewan lain.
Kita sering melihat dua buah komputer yang tampilan luarnya sangat mirip namun
berbeda dalam kemampuan kerja yang dilakukannya. Komputer dengan "otak" yang
lebih maju selalu memiliki kualitas dan kapasitas yang lebih baik.
Begitu juga manusia dibandingkan hewan-hewan lainnya. Yang membedakan mereka
bukan bentuk fisiknya, tapi otaknya. Secara fisik, manusia dan kera (orangutan,
gorila, dan simpanse) tak banyak memiliki perbedaan. Semua anggota tubuh yang
dimiliki manusia juga dimiliki kera, dari kepala, tangan, kaki, jumlah jemari,
bahkan bagian-bagian internal dalam tubuh mereka, seperti jantung, hati, empedu,
dan ginjal. Bahkan, DNA, bagian paling penting yang membentuk tubuh manusia, tak
banyak berbeda dari kera. Menurut penelitian terbaru, kedekatan DNA manusia
dengan orangutan sekitar 96%, dengan gorila 97% dan dengan simpanse 99%. Dengan
semua kemiripan ini, pencapaian manusia jauh melampaui semua hewan jenis kera
itu.
Kuncinya adalah otak. Otak juga yang membedakan kera dari hewan-hewan lain. Para
ilmuwan sepakat bahwa kera memiliki inteligensia di atas rata-rata hewan
lainnya. Kera adalah satu-satunya jenis primata, selain manusia, yang memiliki
kesadaran diri dan bisa menggunakan alat sederhana, seperti batu dan kayu. Otak
kera memiliki ukuran yang lebih besar dari rata-rata hewan lain dan memiliki
jaringan neuron yang sangat kompleks. Hanya otak manusia yang bisa menandingi
otak kera, baik dalam hal volume maupun kerumitan jaringan.
Agama, seperti juga budaya dan produk-produk lainnya, adalah hasil kerja otak.
Otaklah yang menciptakan bangunan, rumah, kuil, dan candi. Otak juga yang
menciptakan konsep-konsep abstrak seperti kecantikan, keindahan, kekuasaan,
kekuatan, kemurkaan, dan sebagainya. Konsep-konsep dalam agama, seperti tuhan,
dewa, malaikat, setan, dan sejenisnya, tidak datang begitu saja. Ia lahir dari
otak yang sudah berkembang, maju, dan memiliki kosakata yang cukup untuk
mengungkapkannya.
Berbagai studi terbaru tentang hubungan evolusi otak manusia dan budaya
mendukung pandangan di atas. Kajian mutakhir yang dikumpulkan Voland dan
Schiefenhovel (The Biological Evolution of Religious Mind and Behavior, 2009),
misalnya, menegaskan nalar agama (religious mind) sebagai buah dari seleksi alam
dan evolusi manusia yang panjang. Dari puluhan jenis hominid yang pernah hidup
di muka Bumi, homo sapiens (manusia) yang paling unggul dan paling mampu
beradaptasi dengan perubahan di sekeliling mereka. Homo sapiens menemukan agama
dan menggunakannya untuk mengatasi kesulitan-kesulitan hidup yang mereka hadapi.
Otak manusia juga yang mengembangkan agama dari bentuknya yang "primitif" hingga
menjadi agama-agama modern yang sistematis seperti sekarang. Tentu saja, ada
sebagian ritual primitif yang hilang, tapi ada sebagian lain yang dipertahankan.
Selama otak manusia masih bisa menerima ritual-ritual itu (seberapapun
absurd-nya), dia akan terus hidup, tapi jika otak manusia tak bisa lagi
menerimanya, ritual-ritual itu akan lenyap. Misalnya, penyembelihan anak gadis
untuk dipersembahkan kepada Tuhan (dewa) pernah menjadi ritual suatu agama, tapi
ketika otak manusia tak lagi bisa menerimanya, ritual itu ditinggalkan.
Pada akhirnya, seperti kata pepatah Arab yang saya kutip di atas: agama adalah
akal. Tidak ada agama bagi yang tak berakal (la dina liman la aqla lah). Akal
adalah pembimbing manusia yang paling alamiah. Tanpa akal, agama tak punya
makna.
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment