http://www.fajar.co.id/read-20120130230734-pukul-meja-abraham-samad-dalam-prinsip-tellu-cappa
Opini Selasa, 31 Januari 2012 | 23:07:34 WITA | 519 HITS
Pukul Meja Abraham Samad dalam Prinsip Tellu Cappa
(Bagian Pertama dari Dua Tulisan)
Oleh: Supa Atha'na
Opini Selasa, 31 Januari 2012 | 23:07:34 WITA | 519 HITS
Pukul Meja Abraham Samad dalam Prinsip Tellu Cappa
(Bagian Pertama dari Dua Tulisan)
Oleh: Supa Atha'na
Abraham Samad (AS) pada suatu kesempatan rapat KPK, terpaksa memukul meja dengan kerasnya. Saat itu, menurut beberapa media, AS dihalang-halangi menetapkan beberapa oknum sebagai tersangka. Bagaimana kita memaknai sikap AS tersebut bila dicerminkan pada konsep dan prinsip tellu cappa (tiga ujung) dalam tradisi dan budaya Bugis-Makassar?
Sekilas, pertanyaan tersebut, terasa dipaksakan. Soalnya bagian tellu cappa yaitu; cappa lila (ujung lidah), cappa badik (ujung pisau) dan maaf -- cappa kemaluan, tak satupun yang menyebutkan ujung jari atau ujung tangan. Namun dengan pertanyaan tersebut menjadi starting point yang sangat berharga untuk membongkar pemahaman lama dan menghadirkan tafsiran baru terhadap konsep dan prinsip tellu cappa tersebut. Bahkan lebih jauh dari itu, kita akan mendapat makna dan arti yang sebenarnya dari konsep dan prinsip tellu cappa tersebut.
Selama ini kita memahami tellu cappa secara keliru. Kita hanya terperangah pada pengertian yang disajikan oleh Gregory Acciaioli yaitu; "The three tips [tellu cappa'] encompass the tongue, the knife blade, and the penis. If a Bugis cannot integrate himself with the local leaders by diplomatic consultation (by the tip of his tongue), he may have to resort to armed battle (by the tip of his knife blade). But, best of all, he will be able truly to integrate himself in the new community by marrying one (or more) of the local women (by the tip of his penis)."( Nurul Ilmi Idrus ( 2004),'Behind the Notion of Siala: Marriage, Adat and Islam among the Bugis in South Sulawesi).
Kerancuan pemahaman di atas, menurut saya, terletak pada cara memahami secara gradual yang kemudian hanya menekankan pada kepentingan laki-laki dan dimensi kekuasaan. Tellu cappa dilihat saling terpisah bahwa keberadaan sebuah ujung lidah (cappa lila) punya kamar tersendiri yang terpisah dengan keberadaan ujung yang lain. Akibatnya, logika pemikiran dari penjelasan tersebut mengalami lompatan, tidak runtut dari ujung tujuan dan maksud yang ingin dicapai dari ketiga ujung ( tellu cappa) tersebut. Artinya bahwa penjelasan tersebut tidak punya pemahaman yang utuh terhadap konsep tellu cappa. Ungkapan dari pemikiran diatas dapat dinilai hanya berdasarkan- kalau bukan- pada dugaan semata, penelitian yang tidak lengkap data, atau ketidakmampuan penulis (Acciaioli) dalam membaca dan memahami data. Akhirnya yang disuguhkan adalah sebuah penjelasan yang tidak utuh sekaligus cara pandang yang menyimpang. Wujud lompatan dan ketidakruntutan penjelasan tersebut adalah ketika menggunakan 'ujung lidah' pada dimensi kekuasaan (berhadapan dengan raja), ujung badik dengan peperangan dan ujung kelamin dengan pemaknaan perkawinan. Pemahaman dan penjelasan yang demikian sangat dangkal, menyimpang, dan tidak berlaku universal sekaligus merendahkan manusia Bugis-Makassar terkhusus bagi kaum perempuan. Ada bias gender: laki-laki dengan kodrat kekuasaan dan perempuan dengan kodrat obyek kekuasaan.
Semestinya tellu cappa (tiga ujung) dipahami sebagai sebuah komponen yang utuh (Integrated) dan bersifat simbolik. Simbolik artinya ada pesan (Petanda/Signified) yang lebih dalam dari sekadar materialnya (Penanda/Signifier).
Dengan demikian prinsip tellu cappa akan lebih bernuansa filosofis yang merupakan bagian dari sebuah konsep diri dan kepemimpinan seorang manusia Bugis-Makassar. Nuansa filosofis membawa 'cappa' (ujung) bernilai universal yang melingkupi segenap dimensi kehidupan manusia. Untuk menemukan universalitas makna 'cappa' maka harus ditempatkan sebagai fondasi dari tiga bentuk materialnya (penanda). Oleh karena itu pemahaman yang benar untuk cappa adalah 'ketajaman, fokus, visi dan misi'.
Kekuatan ketajaman, daya fokus, dan energi visi-misi tersebut kemudian diimplementasikan atau diwujudkan dalam bentuk materialnya sesuai pada setiap waktu, situasi dan kondisi apapun. Tiga bentuk ujung yang berbeda-beda adalah simbolisasi untuk merespon bahwa manusia Bugis-Makassar harus memiliki ketajaman, fokus, visi-misi guna melihat secara cerdas waktu, situasi dan kondisi yang pas untuk ditonjolkan sesuai dengan situasi, kondisi dan waktu yang sedang dihadapinya. Dalam tilikan kebudayaan, bentuk penanda dari sebuah petanda seiring dengan perkembangan zaman memungkinkan terjadi perubahan bentuk sementara petandanya bagi manusia bersifat abadi.
Jadi, cara yang benar memahami tellu cappa adalah menempatkan cappa sebagai dasar filosofis dan paradigma dari tiga bentuk materialnya. Jika dicerminkan pada teori struktural ala Marxian maka cappa adalah infrastruktur sedangkan tiga bentuk material:Lidah, Badik, dan Penis adalah suprastruktur. Menurut pemikiran Marxian, infrastruktur menempati posisi yang selalu dan sangat mempengaruhi suprastruktur. Manifestasi dan perwujudan suprastruktur sangat ditentukan cara pandang dan pemikiran infrastruktur.
Dari sini kemudian bisa dipahami bahwa sejak awal mula peradaban manusia Bugis-Makassar sudah bisa memahami dan memiliki konsep diri dan kepemimpinan yang membedakan dengan konsep kekuasaan. Selanjutnya bisa dikatakan bahwa manusia Bugis-Makassar bukan jenis manusia yang haus akan kekuasaan yang ditandai dengan status jabatan tertentu. Manusia Bugis lebih mengedepankan kepemimpinan diri yang membentuk karakter tanpa mengenal ruang, waktu dan situasi khusus untuk mewujudkan dan melaksanakannya.
Konsep kepemimpinan yang berkarakter tersebut membuat manusia Bugis-Makassar setiap hari memperlakukan dan menjaga ketajaman tellu cappa dengan baik. Ia akan berkata jujur (ujung lidah), bersikap tegas (ujung badik), dan tepat sasaran atau tidak berzina (ujung penis). Menjaga ketajaman dari ketiga ujung tersebut hanya bisa dilakukan manakala disandarkan pada visi-misi, tujuan dari karakter kepribadian dan kepemimpinan seorang manusia Bugis-Makassar. Pemuliaan dan penjagaan dari ketiga ujung tersebut maka yang menjadi titik fokus tujuannya dengan sendirinya juga adalah mulia. Sehingga ketika manusia Bugis-Makassar meraih kekuasaan maka kekuasaan itu akan dimuliakan dengan pengabdian totalitas, bersikap kesatria dengan rivalnya dan menjadi teman setia dengan pasangannya. Intinya, tellu cappa berujung pada kepemimpinan diri dengan memuliakan diri sekaligus memuliakan dan menghormati apa dan siapapun di muka bumi. Manusia tellu cappa tidak akan bertindak merendahkan dan menghinakan orang lain sekalipun itu musuhnya.
Demikian halnya sebuah badik setiap saat harus dipelihara dan dijaga ketajamannya dengan tidak mempergunakannya secara serampangan yang tidak sesuai dengan prinsip kepemimpinan yang berkarakter dari seorang manusia Bugis-Makassar. Manusia Bugis-Makassar yang bisa menjaga ketajaman sebuah badik dengan memperlakukannya dengan baik dari segala bentuk penyelewengan dan tindak penyimpangan. Bersamaan dengan perguliran waktu badik tersebut akan menjelma menjadi benda pusaka yang memiliki kesaktian, keajaiban dan keistemewaan. Badik pusaka hanya kemudian akan diwariskan pada pelanjut kepemimpinan yang dianggap bisa menjaga ketajamannya (cappa) dari benda pusaka tersebut. Oleh karena itu dalam tradisi bugis-Makassar antara kepemimpinan dan benda pusaka seringkali tidak bisa dipisahkan (Ahimsa, 2007:109). Jadi salah satu tradisi manusia Bugis-Makassar dalam pengalihan kepemimpinan ditandai dengan adanya penyerahan benda pusaka. Benda pusaka tersebut bisa diartikan sebagai mandat legal seseorang untuk menduduki jabatan kekuasaan. Dalam tradisi Bugis-Makassar pula, menjaga dan memelihara kesaktian benda pusaka di sebut dengan arajang (Bugis), Gaukang atau Kalompoang (Makassar).( melayuonline.com).
Dengan pemaknaan seperti itu maka sikap seorang Abraham Samad ketika memukul meja bisa dilihat dengan jelas ketika dicerminkan pada prinsip tellu cappa dalam wujud sikap yang tegas (ujung badik), jujur (ujung lidah) dan sasaran yang sah serta tepat (ujung penis). Oleh karena itu, ketika seorang manusia Bugis-Makassar diserahi sebuah pusaka badik itu bukan berarti bahwa seorang manusia Bugis-Makassar hanya dianjurkan untuk bersikap tegas saja akan tetapi terkait semua dengan dua ujung lainnya secara inheren. Ujung yang satu saling mempengaruhi. Seseorang manusia Bugis-Makassar tidak akan bisa menjaga ujung pisaunya manakalah ia tidak sanggup memelihara ujung lidahnya dan juga ujung penisnya. Demikian seterusnya. Sedemikian itu pula maka kita bisa memahami pemberian badik masyarakat Makassar ke Abraham Samad selang beberapa hari memulai tugasnya sebagai ketua KPK.
Hanya dengan cara tersebut maka pesan dan makna terdalam dari prinsip tellu cappa bisa digali dan dicapai dengan baik. Sebaliknya melakukan pemotongan makna, seperti cappa lila (ujung lidah) hanya diartikan sebatas diplomasi, cappa badik (Ujung Pisau) diartikan sebatas perang, cappa laso (ujung penis) artinya persetubuhan maka tidak saja melakukan degradasi dan desakralisasi tetapi juga melakukan penyimpangan terhadap makna sakral dari tellu cappa dalam budaya manusia Bugis-Makassar. Dan demikian pula kita tidak akan bisa menemukan pukulan meja Abraham Samad dalam prinsip budaya tellu cappa manusia Bugis-Makassar.
Sangat penting, bagi kita semua, untuk mewujudkan pemahaman yang benar dalam rangka membangkitkan semangat baru bagi generasi selanjutnya guna mencapai kejayaan dan kebesaran peradaban kita sebagaimana yang pernah terjadi di masa lalu.
__._,_.___
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
.
__,_._,___
0 comments:
Post a Comment