Advertising

Wednesday, 1 February 2012

[wanita-muslimah] Pukul Meja Abraham Samad dalam Prinsip Tellu Cappa (2/2)

 

http://www.fajar.co.id/read-20120201003819-pukul-meja-abraham-samad-dalam-prinsip-tellu-cappa
Opini Rabu, 01 Februari 2012 | 00:38:19 WITA | 56 HITS
Pukul Meja Abraham Samad dalam Prinsip Tellu Cappa
(Bagian Terakhir dari Tulisan)
Oleh: Supa Atha'na
 
Bersamaan dengan perguliran waktu badik tersebut akan menjelma menjadi benda pusaka yang memiliki kesaktian, keajaiban dan keistemewaan. Badik pusaka hanya kemudian akan diwariskan pada pelanjut kepemimpinan yang dianggap bisa menjaga ketajamannya (cappa) dari benda pusaka tersebut.
 
Oleh karena itu dalam tradisi bugis-Makassar, antara kepemimpinan dan benda pusaka seringkali tidak bisa dipisahkan (Ahimsa, 2007:109). Jadi salah satu tradisi manusia Bugis-Makassar dalam pengalihan kepemimpinan ditandai dengan adanya penyerahan benda pusaka. Benda pusaka tersebut bisa diartikan sebagai mandat legal seseorang untuk menduduki jabatan kekuasaan. Dalam tradisi Bugis-Makassar pula, menjaga dan memelihara kesaktian benda pusaka disebut dengan arajang (Bugis), Gaukang atau Kalompoang (Makassar). (melayuonline.com).
 
Dengan pemaknaan seperti itu maka sikap seorang Abraham Samad ketika memukul meja bisa dilihat dengan jelas ketika dicerminkan pada prinsip tellu cappa dalam wujud sikap yang tegas (ujung badik), jujur (ujung lidah) dan sasaran yang sah serta tepat (ujung penis). Oleh karena itu, ketika seorang manusia Bugis-Makassar diserahi sebuah pusaka badik itu bukan berarti bahwa seorang manusia Bugis-Makassar hanya dianjurkan untuk bersikap tegas saja akan tetapi terkait semua dengan dua ujung lainnya secara inheren. Ujung yang satu saling mempengaruhi. Seseorang manusia Bugis-Makassar tidak akan bisa menjaga ujung pisaunya manakala ia tidak sanggup memelihara ujung lidahnya dan juga ujung penisnya.  Demikian seterusnya. Sedemikian itu pula maka kita bisa memahami pemberian badik masyarakat Makassar ke Abraham Samad selang beberapa hari memulai tugasnya sebagai ketua Komisi Pemberantasan Korupsi.
 
Hanya dengan cara tersebut maka pesan dan makna terdalam dari prinsip tellu cappa bisa digali dan dicapai dengan baik. Sebaliknya melakukan pemotongan makna, seperti cappa lila (ujung lidah) hanya diartikan sebatas diplomasi, cappa badik (ujung pisau) diartikan sebatas perang, cappa laso (ujung penis) artinya persetubuhan maka tidak saja melakukan degradasi dan desakralisasi tetapi juga melakukan penyimpangan terhadap makna sakral dari tellu cappa dalam budaya manusia Bugis-Makassar.
 
Dan demikian pula kita tidak akan bisa menemukan pukulan meja Abraham Samad dalam prinsip budaya tellu cappa manusia Bugis-Makassar.  Sangat penting, bagi kita semua, untuk mewujudkan pemahaman yang benar dalam rangka membangkitkan semangat baru bagi generasi selanjutnya guna mencapai kejayaan dan kebesaran peradaban kita sebagaimana yang pernah terjadi di masa lalu.

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment