Advertising

Thursday 13 September 2012

[wanita-muslimah] Bangsa Lamban

 

 
 
 
Bangsa Lamban
 
 
Jumat, 14 September 2012 00:05 WIB    
NEGARA ini memang kerap terlambat. Termasuk dalam mengelola kekayaan alamnya, bangsa ini telat mengembangkan industri yang mampu memberikan nilai tambah.

Tidak mengherankan bila banyak yang mengecap negara ini sebagai bangsa yang lelet. Karena terlena oleh apa yang tersedia di dalam perut bumi dan tumbuh di atas tanah Negeri Pertiwi, bangsa ini jorjoran mengeksploitasi kekayaan alam. Kekayaan alam pun dijual mentah-mentah.

Harga komoditas yang kinclong di pasar memang membuai hampir semua pemangku kepentingan untuk tidak perlu bersusah payah membangun industri pengolahan yang bisa meningkatkan nilai jual komoditas.

Namun, cerita berubah ketika harga anjlok di pasar. Para pemangku kepentingan menjerit-jerit.

Harga sejumlah komoditas memang tengah mengalami tekanan dalam beberapa bulan terakhir. Umpamanya batu bara. Harga batu bara yang sebelumnya menjadi salah satu komoditas primadona jeblok lantaran perekonomian global yang belum pulih.

Pasokan yang lebih besar ketimbang permintaan mengakibatkan harga patokan batu bara internasional mengalami tren penurunan.

Berdasarkan harga patokan batu bara pada April 2012 tercatat harga per ton batu bara sebesar US$113 untuk kadar kalori 7.000/kilogram. Harga tersebut turun menjadi US$94 per ton pada Juli 2012. Pada Agustus, harga turun kembali hingga menembus ke bawah US$90 per ton.

Tak hanya batu bara, harga sawit juga terpukul. Di pasar Kuala Lumpur, Malaysia, harga minyak kelapa sawit saat ini US$944 per ton. Padahal, tahun lalu harga rata-rata masih berada di atas US$1.000 per ton.

Fakta tentang tergerusnya harga komoditas yang sebelumnya menjadi salah satu andalan negara ini selayaknya membuka mata Indonesia akan pentingnya membangun industri pengolahan bagi komoditas primer. Saat ini bukan eranya lagi mengandalkan penjualan bahan mentah mengingat harga sangat mudah bergoyang. Kekayaan alam berupa bahan mentah seharusnya diolah agar menghasilkan produk turunan yang bisa memberi nilai tambah.

Tidak sebatas itu, membangun industri pengolahan sekaligus bisa menekan angka pengangguran dan kemiskinan yang menjadi momok pemerintah.

Tentu, untuk membangun industri pengolahan memang bukan semudah membalik telapak tangan. Keberpihakan dibutuhkan karena pembangunan industri hilir bukan hanya perlu modal, melainkan juga ketersediaan infrastruktur. Misalnya jalan, jembatan, dan energi sekunder seperti listrik.

Guna mendorong pembangunan industri hilir juga dibutuhkan perizinan yang tidak berbelit-belit dan tumpang-tindih. Saat ini masih banyak benturan di daerah yang menghambat masuknya investasi, termasuk investasi di industri pengolahan.

Tanpa itu semua, keinginan membangun industri hilir sama saja dengan omong kosong. Padahal, perlu realisasi sekarang agar tidak menyesal di masa datang. Kecuali bila kita puas disebut sebagai bangsa yang lelet alias lamban
.

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment