Advertising

Sunday 16 September 2012

[wanita-muslimah] Indonesia Semakin Tampak Tidak Kaya

 

Ref. Apakah tidak cukup apabila oknom-oknom penguasa dan kaum elit  menjadi kaya  dan tampak kaya raya? hehehe
 
 
Jumat, 14 Sep 2012 00:03 WIB
 
Oleh : Hendy Yang.
 
Indonesia seakan tidak tahu 'isi' bangsanya sampai negara lain mengklaim hal tersebut. Coba tilik Malaysia! Berapa kekayaan bangsa merah putih ini diraupnya? Motif parang batik Jawa Tengah, Angklung Jawa Barat, Jali-jali Betawi, Rasa Sayange Ambon, dan Reog Ponorogo merupakan korban klaim Malaysia.
Tak hanya budaya, Rendang Padang dan Soto Betawi dikautkannya pula. Bahkan, lebih parahnya, tanah berserta rakyat Indonesia di perbatasan Kalimantan telah resmi berbendera Malaysia. Bayangkan saja, bagaimana perhatian Indonesia sampai-sampai rakyat beserta tanahnya bisa berbendera bangsa lain! Hal ini tentu saja tidak terlepas pada perlakuan negara ini pada bangsanya di wilayah perbatasan. Apabila hal ini merupakan tontonan televisi, kata-kata hinaan 'tolol', 'bodoh', dan sejenisnya pasti sudah tersemat pada pemerintah ini.

Sialnya, Malaysia tidak sendiri. Tempe, jengkol, dan kunyit resmi menjadi milik Jepang. Anyaman rotan dan Sate Bumbu terasi tercatat menjadi kekayaan Singapura. Tahu telah masuk dalam buku makanan khas Thailand. Miris! Indonesia seakan kewalahan dengan kekayaan bangsa sendiri.

Tak hanya soal klaim, pasar luar negeri juga semakin gencar menguasai pasar tanah air. Contoh saja, durian. Konon, pusat durian dunia adalah Pulau Kalimantan-salah satu pulau tanah air kita. Pulau tersebut penuh dengan durian beragam bentuk, ukuran, aroma, dan rasa. Lihat sekarang! Thailand berganti merajai pasar dunia. Bahkan, mal-mal Indonesia juga penuh dengan aneka ragam durian Thailand.

Kini, tidak hanya durian! Jeruk, pisang, apel, mangga, rambutan, jambu, pepaya, bahkan aneka sayur mayur pun datang dari berbagai negara-terutama Thailand dan China. Indonesia, salah satu negara pertanian terbesar dunia, harus bertekuk lutut di tanah air sendiri menghadapi gempuran produk pertanian lain! Tentu saja, sikap acuh pemerintah Indonesia menjadi penyebab utama.

Thailand, contohnya. Pada 1950an, Bhumibol Adulyadep, Raja Thailand, mengagas "Proyek Raja" untuk membangun pusat penelitian dan pengembangan buah-buahan tropis. Di Chanthaburi, wilayah Thailand, berdirilah bangunan penelitian lengkap dengan kebun percobaan di tanah seluas 160.000 hektar.

Selanjutnya, sejumlah besar pakar buah Thailand diutus ke seluruh kawasan tropis dunia (termasuk Indonesia) untuk mendata berbagai buah tropis sambil mengumpulkan bibitnya. Mereka juga berkunjung ke Eropa dan AS untuk belajar teknik-teknik penanganan buah pasca panen hingga dapat dikirim ke seluruh dunia. Jadilah Chanthaburi menjadi pusat pengembangan buah tropis terbesar di dunia hingga Thailand menjadi penguasa pasar dunia buah-buahan tropis.

Pada 1988, ekspor buah tropis Indonesia merangkak ke besar 6,4 miliar sedangkan ekspor buah tropis Thailand meroket ke angka 620 miliar rupiah. Bayangkan, 620 miliar rupiah terbahak jaya melirik ke Indonesia dengan 6,4 miliarnya!

Tak hanya soal pangan, Dhanang Sasongko, pakar mainan edukatif, menyatakan bahwa pasar mainan China berkuasa di tanah Indonesia. Bayangkan, kurang kayu atau kurang pengukir Indonesiakah sehingga mainan China yang mayoritas hanya semacam mobil-mobilan mampu berjaya di Indonesia? Belum lagi kita mengintip negara asal pakaian, alat elektronik, dan sebagai di Indonesia. Seandainya para pahlawan masih hidup, mereka mungkin akan elus dada menyaksikan kondisi bangsa ini.

Indonesia semakin miskin di tanah sendiri. Budaya, kekayaan lain, bahkan tanah serta rakyatnya semakin sedikit karena klaim bangsa lain. Pasar sendiri penuh dengan barang-barang dari negara lain.

Saya ingat, dahulu kala, tersiar sebuah iklan klip kartun. Klip tersebut mempertunjukkan Gatot Kaca bertanding dengan Superman di bumi Indonesia. Karena iklan Indonesia, kalahlah sang Mister Super dan harus tunduk menyingkir sambil mengakui kesaktian Ndoro Gatot. Setelah itu, ajakan mencintai produk Indonesia muncul.

Ya, iklan tinggal iklan. Kenyataannya, Supermanlah selalu muncul sebagai sang pemenang. Supermanlah simbol dunia modern, bukan Gatot Kaca! Superman-superman lain terus bermunculan seperti Batman, Spiderman, Hulk, dan sebagainya. Semuanya berkostum ketat khas tonjol otot serta 'kolor di luar' ala Superman. Tak ada pahlawan dengan corak khas seperti Gatot Kaca, Ketut, dan sebagainya.

Tak ada usaha pemerintah mendorong agar pembuatan film atau komik Gatot Kaca untuk mengalahkan Superman di pasaran. Upaya pemerintah pun tidak ada hingga 'Gatot Kaca' lain seperti pertanian, mainan, sayuran, tekstil, dan sebagainya harus berganti bendera maupun takluk di negara sendiri. Tidak ada jalan lain, pemerintah harus sigap mengembalikan kembali kejayaan Indonesia dan segala kekayaannya. Jayakanlah kembali kekayaan Indonesia dan segenap limpah ruahnya!***

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment