On Monday, February 22, 2010 11:13
"ah-mbel-ah" wrote
Jika departemen agama dibubarkan, KUA tidak diperlukan lagi. Dengan demikian, MUI juga akan mengikutinya. Jika tidak ada MUI, masyarakat dapat menjalani hidupnya tanpa fatwa-fatwa yang bermutu rendah.
and
On Monday, February 22, 2010 16:35
"ah-mbel-ah" wrote:
Hanya mereka yang berpikiran jahat saja yang suka mengatur-atur dan mengganggu keyakinan orang lain dengan atau tanpa membawa-bawa nama Allah swt.
############
HMNA:
"ah-mbel-ah" kok berkoar, yaitu suka mengatur-atur tiga lembaga, dan mengganggu keyakinan orang-orang Islam, Katholik, Protestan, Hindu dan Budha dalam lembaga itu:
1 Departemen Agama dan keyakinan orang-orang Islam, Katholik, Protestan, Hindu dan Budha di dalam lembaga tsb
2 KUA dan keyakinan orang-orang Islam di dalamnya
3 MUI dan keyakinan orang-orang Islam di dalamnya
dan
5 jam 12 menit kemudian menyatakan::
Hanya mereka yang berpikiran jahat saja yang suka mengatur-atur dan mengganggu keyakinan orang lain,
yang berarti
"ah-mbel-ah" memproklamasikan dirinya suka berpikiran JAHAT, artinya "ah-mbel-ah" orang jahat. Dan orang jahat itu bukan hanya sekadar berkoar saja, akan tetapi MENYALAK.
############
Menurut saya (bukan menurut Allah swt ataupun menurut Islam sebagaimana yang diklaim oleh para Kyai) untuk menjadi seorang penganut agama (apapun) tidak ada kewajiban untuk mengadopsi tradisi atau kebudayaan dari warga di mana agama tersebut pertama kali 'diturunkan'
Seorang penganut agama Hindu dan Buddha tidak harus berbahasa dan berperilaku seperti orang India. Penganut agama Kristen tidak harus berbahasa dan berperilaku seperti orang Yahudi atau meniru-niru Yesus (yang gondrong, berjubah, nyeker, dsb). Demikian pula, penganut agama Islam tidak harus berperilaku dan berbahasa Arab atau meniru-niru Nabi Muhammad SAW (yang tidak kita ketahui seperti apa). dst, dsb. Satu hal yang paling penting adalah di saat kita menentukan keyakinan kita, tidak boleh sekalipun kita mempunyai niat buruk dan mengatur-atur terhadap pemeluk keyakinan agama lain. Koeksistensi adalah kuncinya.
Hanya mereka yang berpikiran jahat saja yang suka mengatur-atur dan mengganggu keyakinan orang lain dengan atau tanpa membawa-bawa nama Allah swt.
----- Original Message -----
From: "ah-mbel-ah" <eyang_mbelgedes@
To: <wanita-muslimah@
Sent: Monday, February 22, 2010 16:35
Subject: Bls: [wanita-muslimah] Re: Tirani Mayoritas
Menurut saya (bukan menurut Allah swt ataupun menurut Islam sebagaimana yang diklaim oleh para Kyai) untuk menjadi seorang penganut agama (apapun) tidak ada kewajiban untuk mengadopsi tradisi atau kebudayaan dari warga di mana agama tersebut pertama kali 'diturunkan'
Seorang penganut agama Hindu dan Buddha tidak harus berbahasa dan berperilaku seperti orang India. Penganut agama Kristen tidak harus berbahasa dan berperilaku seperti orang Yahudi atau meniru-niru Yesus (yang gondrong, berjubah, nyeker, dsb). Demikian pula, penganut agama Islam tidak harus berperilaku dan berbahasa Arab atau meniru-niru Nabi Muhammad SAW (yang tidak kita ketahui seperti apa). dst, dsb. Satu hal yang paling penting adalah di saat kita menentukan keyakinan kita, tidak boleh sekalipun kita mempunyai niat buruk dan mengatur-atur terhadap pemeluk keyakinan agama lain. Koeksistensi adalah kuncinya.
Hanya mereka yang berpikiran jahat saja yang suka mengatur-atur dan mengganggu keyakinan orang lain dengan atau tanpa membawa-bawa nama Allah swt.
[Non-text portions of this message have been removed]
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment