Advertising

Tuesday 12 October 2010

Re: Bls: [wanita-muslimah] Tanya: Terjemahan "syubbiha lahum" dalam QS4:157

 

Akhi Abd Muiz, ucapan Nabi SAW: Maa ana bi qaari', itu bukan negative sentence, melainkan berupa pertanyaan. Malaikat Jibril menyuruh Nabi SAW membaca: Iqra'. Nabi SAW: Apa yang dibaca? Hal ini sudah saya sampaikan kepada Proh Quraisy Syihab dan beliau mengiakan.

Kalau pengertian maa qataluhu dan maa shalabuhu bukan berarti sama sekali tidak terbunuh dan tidak disalib, lalu bagaimana dengan negative sentence:
Wa mina nnasi man yaquwlu aamannaa billaahi wa bi lyawmi l.aalhiri wa maa hum bimu'miniin ? Apakah juga ini bukan berarti sama sekali tidak tidak beriman ?
Wassalam
HMNA

----- Original Message -----
From: "Abdul Muiz" <muizof@yahoo.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Tuesday, October 12, 2010 08:44
Subject: Re: Bls: [wanita-muslimah] Tanya: Terjemahan "syubbiha lahum" dalam QS4:157

Mbak Lina and all member wm,

Sebenarnya diskusi topik seperti ini sudah pernah dibahas di wm ini, jadi bukanlah topik yang baru, namun kayaknya tidak pernah basi dibahas, nah setelah kita menyimak pandangan Abah HMNA, saya sendiri dan Bung MAS, saya ingin menyampaikan persamaan dan perbedaan tentang penafsiran QS 4:157 :

1) saya mulai dengan persamaan tentang siapa yang disalib : saya dan bung MAS ada kesepakatan atau persamaan pendapat bahwa yang disalib adalah nabi Isa AS, karena berargumen bahwa pengertian, "mereka tidak membunuh dan tidak menyalibnya" menggunakan redaksi "maa" kata "maa" bisa diartikan "apakah" atau "tidak" amat tergantung konteksnya. Dalam hal negasi atau penggunaan negative sentece" kata yang biasa atau umum dipakai dalam grammar arab adalah "laa" atau "laysa". Pengertian maa qataluhu dan maa shalabuhu bukan berarti sama sekali tidak terbunuh dan tidak disalib. Khusus mengenai tidak disalib itu tidak selalu bermakna tidak disentuh atau diletakkan di palang kayu salib. Saya berikan contoh ketika Nabi Muhammad menerima wahyu pertama berupa perintah membaca, maka nabi menjawab saya tidak dapat membaca, dengan redaksi : maa ana bi qari' tidaklah berarti Nabi tidak mampu membaca sama sekali, memang pada saat itu beliau ummy (tidak dapat membaca dan menulis), setelah turunnya iqra' maka nabi amat care dengan baca tulis, makanya pasca perang badr Nabi melakukan bargaining dengan kaum quraisy tentang tawanan yang ingin bebas dapat menebus dengan harta atau transfer ilmu membaca dan menulis. Kalau sahabat saja dianjurkan untuk dapat membaca dan menulis maka sudah barang tentu nabi tidak lagi ummy. Di samping itu pengertian tidak disalibnya nabi isa itu tidak bisa dilepaskan dari histori tentang makna penyaliban itu sendiri, sebagaimana dirujuk pada hukum yahudi ortodok maka orang yang benar-benar disalib adalah apabila dia terpaku di tiang kayu salib sampai mati alias meninggal. Nah Nabi isa tidak mengalami kematian di tiang kayu salib. Kalau merujuk pada riwayat bahwa Yudas Oskariot itu mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri dengan cara gantung diri, maka mustahil orang yang diserupakan atau disamarkan di kayu salib itu adalah Yudas Oskariot.

2) perbedaan tentang dimana Nabi Isa pasca penyaliban ? nah kalau kita menyimak referensi Ahmadiyah qadiyan sebagaimana yang dirujuk Bung MAS, maka penganut Ahmadiyah meyakini bahwa Nabi Isa pasca penyaliban pergi berkelana ke India menikah hingga wafat di sana lengkap dengan penyebutan usia beliau. Saya tidak sependapat dengan opini demikian karena saya menangkap kesan :

(a) bahwa ada semacam upaya politisasi di kalangan ahmadiyah demi menyokong theologi yang mereka bangun agar legitame maka dikembangkanlah kisah versi Ahmadiyah bahwa nabi isa pasca penyaliban pergi ke india hingga wafat, sehingga mereka lebih mudah memahami bahwa kematian nabi isa akan tergenapi oleh Mirza Ghulam Ahmad yang menjadi nabi baru, kedekatan geografis tentang makam dan tempat Mirza Ghulam Ahmad adalah kisah yang amat dipaksakan.

(b) saya ingin back to Qur'an yang tidak pernah membahas Nabi Isa wafat di mana dan kapan, kalaupun toh tidak ada hadits yang menjelaskan misteri kematian nabi Isa, bagi saya tidaklah begitu penting. Karena Qur'an amat fokus pada pesan moral yang berlaku universal, yakni sesulit dan serumit serta segawat bahkan sengeri apapun persoalan yang dihadapi umat manusia pastilah ada solusi atau jalan keluarnya. Nah dari sini mekipun saya tidak peduli nabi isa wafat di mana, tetapi kalau menyimak pemahaman kaum ahmadiyah yang meyakini bahwa nabi isa wafat di India, saya tidak setuju karena ada kesan berpihak alisa memaksakan dengan kesesuaian theologi yang dibangun kaum ahmadiyah.

Wassalam
Abdul Mu'iz

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.

.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment