http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/berdamai-dengan-sejarah/
TAJUK RENCANA
Berdamai dengan Sejarah
Tahun 1965 akan selalu diingat sebagai salah satu masa kelam dalam sejarah perjalanan Indonesia.
Sebuah insiden yang terjadi pada dini hari 1 Oktober, saat jenazah tujuh jenderal Angkatan Darat ditemukan di bekas sumur tua di Lubang Buaya, menjadi pembuka rentetan panjang tragedi manusia saat itu. Jutaan kader dan simpatisan dari partai terbesar keempat hasil Pemilu 1955 (PKI) diburu sebagai pesakitan hanya karena tudingan politis bahwa partai mereka dituding sebagai "dalang" pembantaian para jenderal.
Soekarno dipaksa turun dari kekuasaannya hanya lewat selembar surat yang awalnya dicanangkan untuk memulihkan stabilitas keamanan. Lalu ratusan ribu orang dibantai segera setelah Partai Komunis Indonesia dinyatakan terlarang. Sementara itu, jutaan lainnya dibuang, ditahan hingga belasan tahun, dari Bukitduri hingga Wirogunan, dari Buru hingga Plantungan, tanpa pernah diajukan ke pengadilan.
Tahun berlalu dan lapis demi lapis fakta sejarah masa lalu terungkap saat kekuasaan yang berdiri pasca-insiden tersebut tumbang di tahun 1998. Para korban dan pelaku, serta generasi anak-anak mereka, perlahan mencari cara untuk menyembuhkan luka. Meski trauma tak sungguh hilang.
Sayangnya, negara-45 tahun setelah peristiwa berlalu-tetap sibuk untuk memendekkan ingatan. Tak pernah ada pengakuan bahwa penghilangan nyawa ratusan ribu jiwa dan penahanan jutaan warganya tanpa proses pengadilan itu pernah ada.
Langkah maju negara-negara yang pernah mengalami peristiwa sama, seperti Argentina dan Cile, tak pernah dilirik sebagai cermin solusi untuk berdamai dengan sejarah. Di Argentina, pemerintah mengakui periode kelam sejarah mereka saat berada di bawah kepemimpinan Junta Militer 1976-1983.
Komisi Penyelidik Nasional untuk Penghilangan Paksa dibentuk segera setelah Junta terguling. Mereka mencatat 8.960 korban dighilangkan secara paksa dan terdapat 340 tempat penahanan dan penyiksaan rahasia. Laporan ini kemudian dijadikan acuan untuk menyeret para pemimpin junta dan militer pendukungnya. Namun, presiden pasca-junta tak punya keberanian untuk menyeret mereka dan menciptakan UU Amnesti yang memberi imunitas bagi para penjahat perang.
Beruntung Argentina memiliki Nestor Kirchner yang pada Juni 2005 membuat Mahkamah Agung menganulir dua UU Amnesti tersebut. Proses pengadilan pun digelar dan sejumlah pemimpin junta dijatuhi hukuman. Istrinya, Cristina Hernandez Kirchner, melanjutkan inisiatif tersebut.
Di Cile, hal serupa juga terjadi di bawah keberadaan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.
Sementara itu, di Indonesia, percobaan pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi gagal karena UU KKR menafikan proses pengadilan. Indonesia, di usianya yang ke-65 tahun, agaknya butuh waktu lebih panjang untuk menjadi sebuah bangsa yang dewasa. Sebuah bangsa yang berani berdamai dengan sejarahnya. n
[Non-text portions of this message have been removed]
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment