Sikap radikal, liberal, sejuk, moderat dan sebagainya terkait pola pikir
seseorang maka tidak peduli komunitas mana yang akan dimasuki, sedih memang
kalau kampus sebagai sarang intelektual ikut-ikutan terkena rekrutmen sel
radikalism. Karena dampak kekerasan yang dihasilkan kalangan intelektual jauh
lebih keras dibanding komunitas rakyat jelata.
Wassalam
Abdul Mu'iz
----- Pesan Asli ----
Dari: Dwi Soegardi <soegardi@gmail.com>
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Terkirim: Kam, 28 April, 2011 04:16:00
Judul: [wanita-muslimah] Rekrutmen Sel Radikal di Kampus
http://nasional.kompas.com/read/2011/04/27/03003078/Rekrutmen.Sel.Radikal.di.Kampus
Rekrutmen Sel Radikal di Kampus
RABU, 27 APRIL 2011 | 03:00 WIB
Azyumardi Azra
Terorisme dan radikalisme masih akan berada di sekitar kita hingga
hari-hari nanti, entah sampai kapan.
Radikalisme dan terorisme cenderung kian meruyak: menampilkan jaringan
dan sel-sel baru lebih kecil yang tampak bergerak terpisah seolah-olah
tanpa komando pemimpin puncak jaringan atau inti sel lebih besar yang
sudah terekam dalam berkas Polri. Ini terlihat dari indikasi Muhammad
Syarif, pelaku bom bunuh diri saat shalat Jumat di Masjid Adz-Dzikro,
Markas Polresta Cirebon, 14 April 2011.
Kecenderungan ini sangat mencemaskan karena sel-sel yang relatif
kecil, terpisah, dan independen bisa jadi lebih cepat menyebar dan
sulit terdeteksi Densus 88. Sangat boleh jadi gejala baru ini
merupakan konsekuensi tak diharapkan ketika jaringan kelompok teror
lama telah banyak dilumpuhkan aparat kepolisian.
Gejala baru lain yang mengejutkan adalah keterlibatan sejumlah
sarjana, khususnya PF dari Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (2001). Menurut Polri, PF merupakan otak rencana aksi
pengeboman di Serpong, 21 April 2011, yang digagalkan polisi.
Dalam waktu berbarengan terjadi kehebohan tentang menghilangnya
sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Sebagian besar
sudah kembali. Mereka telah terekrut dan berbaiat kepada jaringan
Negara Islam Indonesia (NII). Yang terjadi di UMM ini hanya puncak
gunung es lebih besar. Kasus seperti itu dapat ditemukan dalam skala
berbeda di banyak perguruan tinggi.
Beragam penelitian dan pengakuan mereka yang keluar dari sel-sel
radikal dan ekstrem mengisyaratkan, mahasiswa perguruan tinggi umum
lebih rentan terhadap rekrutmen daripada mahasiswa perguruan tinggi
agama Islam. Gejala ini berkaitan dengan kenyataan bahwa cara pandang
mahasiswa perguruan tinggi umum, khususnya bidang sains dan teknologi,
cenderung hitam-putih. Mahasiswa perguruan tinggi agama Islam yang
mendapat keragaman perspektif tentang Islam cenderung lebih terbuka
dan bernuansa.
Sasaran rekrutmen
Jelas tak pas mengaitkan teror alumni yang 10 tahun lebih meninggalkan
kampus dengan almamaternya atau mengaitkan mahasiswa yang terkesan
begitu mudah terekrut ke jaringan NII dengan perguruan tingginya.
Dengan kebebasan akademis dan kebebasan sosial di kampus, sangat sulit
bagi pemimpin perguruan tinggi mengontrol mahasiswa mereka, apalagi
alumni yang telah menyebar.
Maka, kampus sebagai ranah publik dengan mahasiswa dan alumni terkait
kealmamateran bisa tak imun terhadap berbagai pengaruh serta
infiltrasi paham, wacana, dan gerakan dari luar. Dari masa ke masa di
lingkungan kampus hampir selalu ada kelompok radikal dan ekstrem, baik
kanan maupun kiri.
Sejak akhir 1970-an sel-sel ekstrem kanan sangat giat merekrut
mahasiswa: membentuk kelompok dan sel NII—lazim dikenal sebagai usrah
(keluarga)—yang menolak keabsahan pemerintahan Soeharto yang mereka
sebut thaghut. Penolakan ini ditandai dengan bakar KTP dan menikah
lewat wali amir mereka tanpa melalui kantor urusan agama.
Zaman kebebasan dan demokrasi pasca-Soeharto membuka ruang amat lapang
bagi beragam kelompok berideologi ekstrem kiri dan kanan kembali ke
kampus. Kelompok kiri tak mampu bertahan lama sehingga memberi ruang
sangat besar bagi kelompok dan ekstrem radikal Islam sejak NII sampai
sel-sel radikal lain. Kelompok dan sel dengan pemahaman keagamaan yang
beda jauh dengan arus utama Islam segera terlibat pelanggaran hukum:
penculikan, pencurian, perampokan, terorisme, dan upaya makar terhadap
NKRI.
Menghadapi radikalisasi
Ideologi radikal dan teroristik tak bisa dihadapi hanya dengan wacana,
bahkan tindakan represif aparat hukum sekalipun. Ia harus dihadapi
dengan kontraideologi dan perspektif keagamaan keindonesiaan yang
utuh. Tak perlu redesain kurikulum menyeluruh karena hal itu
mengganggu stabilitas akademis-keilmuan. Yang mendesak dilakukan
adalah revitalisasi mata kuliah yang bersifat "ideologis": Pancasila,
Pendidikan Kewargaan, dan Agama.
Pancasila yang marjinal sebagai dasar negara sejak masa reformasi juga
terjadi di perguruan tinggi. Mata kuliah Pancasila di beberapa
perguruan tinggi diganti dengan Filsafat Pancasila atau dihapus sama
sekali. Filsafat Pancasila lebih sebagai wacana akademis daripada
ideologis. Padahal, hanya dengan memahami Pancasila tumbuh semangat
kebangsaan-keindonesiaan dan kewargaan bertanggung jawab.
Kewarganegaraan atau Pendidikan Kewargaan merupakan pengganti Kewiraan
yang dihapus setelah Soeharto yang militeristik jatuh. Silabus dalam
Pendidikan Kewargaan mengandung penguatan paham
kebangsaan-keindonesiaan dalam berbagai aspeknya.
Agama semestinya tak hanya mengulangi ajaran teologis-normatif agama,
tetapi juga penguatan perspektif keagamaan-kebangsaan dan
diorientasikan untuk penguatan sikap intelektual tentang keragaman
agama sekaligus toleransi intraagama dan antaragama serta antara umat
beragama dan negara.
Pembelajaran ketiga mata kuliah itu jelas tak bisa dilakukan secara
indoktrinatif ala penataran P4. Perlu terobosan baru yang dialogis,
partisipatif, analitis, dan kritis yang memungkinkan internalisasi ke
dalam diri para mahasiswa.
Yang tak kurang penting: revitalisasi lembaga, badan, dan organisasi
kemahasiswaan intrakampus dan ekstrakampus. Dalam beberapa tahun ini
organisasi intrakampus, seperti BEM, lebih terlibat dalam aktivisme
politik: demonstrasi dan protes lain terkait isu politik dan
pemerintahan. Dua tahun terakhir aktivisme mahasiswa sangat menurun.
Banyak kalangan menduga disorientasi kemahasiswaan disebabkan faktor
sosial, budaya, politik, ekonomi, bahkan keagamaan.
Hal yang sama terjadi pada organisasi mahasiswa ekstrakampus. HMI,
PMII, IMM, KAMMI, GMNI, PMKRI, dan GMKI tak lagi aktif dalam
kaderisasi anggotanya. Ada kecenderungan kuat, keanggotaan sebagian
besar organisasi merosot secara signifikan. Padahal, beberapa
penelitian PPIM dan CSRC di UIN Jakarta menunjukkan, keanggotaan dan
aktivisme organisasi merupakan faktor penting untuk mencegah
terjerumusnya seseorang ke dalam gerakan radikal dan ekstrem.
Sebaliknya, terdapat gejala kuat para mahasiswa nonaktivis dan kutu
buku sangat mudah terkesima sehingga segera dapat mengalami cuci otak
dan indoktrinasi pemikiran gerakan radikal dan ekstrem. Mereka
cenderung naif dan polos karena tak terbiasa berpikir analitis dan
kritis, seperti lazim dalam dunia kaum mahasiswa aktivis.
Rekrutmen ideologis kelompok radikal, ekstrem, dan teroristik hampir
bisa dipastikan terus berlanjut. Sudah saatnya langkah itu jadi
prioritas pihak terkait.
Azyumardi Azra Guru Besar Sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dapatkan artikel ini di URL:
http://www.kompas.com/read/xml/2011/04/27/03003078/Rekrutmen.Sel.Radikal.di.Kampus
------------------------------------
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment