Membongkar Sejarah Makam Kalibata
Rabu, 27 April 2011 - 19:33:16 WIB
Karena dituduh komunis, makam Heru Atmodjo di Kalibata dibongkar.
Revanchisme atau ahistorisme?
AWAN mendung menaungi Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata Selasa sore, 26
April 2011. Aroma hujan terbawa angin. Bulir-bulir air mulai berjatuhan dari
langit. Seorang petugas keamanan yang duduk di depan gerbang utama langsung
berdiri dan menanyakan tujuan kedatangan Historia Online. Merasa tak punya
kuasa, dia memanggil rekannya yang lain, yang ternyata juga tak berani
memberikan izin masuk ke areal pemakaman. Sejurus kemudian dia menelpon
seseorang. "Ini bapak bicara sendiri saja pada atasan," katanya sambil
menyodorkan handphone Nokia type E71 miliknya.
"Lapor dulu ke Garnizun Kodam Jaya di Gambir dan Depsos, kalau sudah ada
surat izin nanti baru bisa masuk," kata suara di ujung telpon kepada
Historia Online.
Kabar pembongkaran makam Letkol. (Pnb) Heru Atmodjo yang wafat pada 29
Januari itu telah banyak diberitakan media massa. Pembongkaran makam dan
pemindahan jasad orang yang disebut-sebut terlibat peristiwa Gerakan 30
September (G30S) 1965 itu pun jadi topik hangat di berbagai situs jejaring
sosial. Gencarnya pemberitaan membuat pengelola makam jadi tertutup dan
hati-hati menerima pengunjung. Makam Heru dibongkar pada Jumat malam, 25
Maret 2011. Jasadnya diterbangkan ke Surabaya dan dikuburkan kembali pada 26
Maret di Sidoarjo, tepat di sebelah pusara ibunya.
Dari siaran pers yang dikirim oleh Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan
(YPKP) 1965/1966 disebutkan bahwa pemindahan jenazah Alm. Heru Atmodjo
dilakukan oleh keluarga dalam keadaan terpaksa. Tak beberapa lama setelah
Heru dimakamkan, sekelompok orang yang menamakan diri Gerakan Umat Islam
Bersatu (GUIB) berunjuk rasa di kantor DPRD Jawa Timur pertengahan Maret
lalu. Mereka menganggap jenazah Heru Atmodjo tidak layak dimakamkan di sana
karena dia komunis yang terlibat dalam G30S 1965. Tak lama kemudian tujuh
aparat tentara Angkatan Darat yang mengaku dari Markas Besar TNI di
Cilangkap –berpakaian dinas dan sipil– mendatangi pihak keluarga dan meminta
paksa agar mereka memindahkan jenazah Alm. Heru Atmodjo. Pihak keluarga yang
merasa tertekan akhirnya terpaksa memindahkan jenazah Heru.
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) dalam
suratnya kepada Panglima TNI Republik Indonesia Laksamana TNI Agus Suhartono
mempertanyakan pembongkaran dan pemindahan itu. Menurut KontraS, sebagai
pemegang Gelar Bintang Gerilya Heru berhak untuk dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan. "Apabila terjadi pemindahan makam jenazah almarhum maka seharusnya
melalui keputusan hukum yang setara, baik dengan keputusan hukum pemberian
Gelar Bintang Gerilya maupun keputusan hukum yang dikeluarkan untuk
pemakaman di Taman Makam Pahlawan," kata Kordinator KontraS Haris Azhar
dalam surat bertanggal 27 April 2011 itu.
Dalam surat yang sama KontraS mengatakan dugaan keterlibatan Heru Atmodjo
dalam peristiwa G30S/PKI tidak bisa hanya didasarkan pada stigma, kecurigaan
dan desakan pihak-pihak tertentu. Tetapi harus dilihat dalam fakta sejarah
yang proporsional dan menyeluruh. "Dan dalam hal ini," demikian surat
KontraS, "almarhum telah membantah tentang keterlibatannya dalam G30S/PKI.
Lebih jauh dari itu sampai saat ini belum ada proses pengadilan yang fair
dan jauh dari intervensi politik ataupun upaya pengungkapan kebenaran
terhadap mereka yang dituduhkan terlibat dalam peristiwa G30S/PKI."
Dampak dari stigmatisasi komunis yang dilakukan pemerintah Orde Baru selama
puluhan tahun masih terjadi sampai hari ini. Beberapa tahun lalu, ketika
sekelompok keluarga korban pembunuhan massal 1965 bermaksud menggali kubur
orangtua mereka di daerah Wonosobo pun mendapat hambatan dari sejumlah warga
yang menolak penggalian itu. Keributan tersebut sempat direkam dalam film
Mass Grave karya Lexy Rambadeta. Stigmatisasi terhadap komunisme berdampak
pada cara pandang yang tak seimbang dan main pukul rata dari
kelompok-kelompok tertentu terhadap sejarah eksistensi gerakan kiri di
negeri ini.
Alergi terhadap komunisme, sebagai musuh kolektif zaman Orde Baru, terbawa
sampai sekarang. Serangan yang dilakukan kelompok-kelompok fundamentalis
terhadap apa yang mereka sebut sebagai komunis pun tak jelas berdasar apa:
apakah mereka melakukan itu karena menganggap komunis itu atheis yang
bertentangan dengan akidah Islam atau karena tuduhan keterlibatan PKI dalam
peristiwa G30S 1965? Agaknya kedua tuduhan itu diberlakukan pada kasus Heru
Atmodjo: seorang komunis-atheis yang terlibat dalam peristiwa G30S 1965 tak
pantas dimakamkan di makam pahlawan sekelas Kalibata.
Tentu saja pandangan demikian tak lepas dari peran Orde Baru yang menjadikan
sejarah sebagai alat legitimasi belaka. Penyeragaman versi sejarah telah
menyeragamkan pemahaman orang pada peristiwa sejarah yang pernah terjadi,
khususnya tentang peristiwa G30S 1965 dan secara umum pada sejarah gerakan
kiri di Indonesia. Semua yang berlabel komunis disetarakan dengan
pemberontak nista yang tak layak dicatat dalam sejarah, dihargai
jasa-jasanya dan bahkan dikubur di pemakaman pahlawan.
Di taman makam pahlawan Kalibata sendiri terdapat makam ribuan tokoh, baik
yang bergelar pahlawan maupun yang mendapatkan bintang mahaputra. Sebagian
besar militer. Belakangan setelah tokoh veteran perang kemerdekaan menemui
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, veteran pun boleh dimakamkan di TMP
Kalibata. Karena alasan itu pula Heru Atmodjo, yang pernah terlibat dalam
perang kemerdekaan, dimakamkan di sana.
Lantas siap saja yang dimakamkan di Kalibata? Apakah makam ini dibangun
khusus untuk orang-orang antikomunis?
TMP Kalibata, Jakarta Selatan, mulai dibangun pada 1953. Gerbang utama TMP
didesain oleh arsitek masyhur Frederich Silaban yang juga pernah mendesain
masjid Istiqlal. Sebelum dibangun di Kalibata, taman makam pahlawan terletak
di Ancol. Namun karena kawasan tersebut semakin sumpek, Presiden Sukarno
memerintahkan pemindahan makam pahlawan ke Kalibata. Tepat pada hari
pahlawan 10 November 1954, Presiden Sukarno meresmikan TMP Kalibata sebagai
tempat pemakaman yang baru menggantikan Ancol.
Kerangka para pahlawan yang sebelumnya dikubur di Ancol pun dipindahkan ke
Kalibata. Selain Haji Agus Salim ada ratusan jasad pahlawan yang dipindah
kuburnya ke Kalibata, di antaranya adalah mereka yang di tembok nama disebut
sebagai "Pahlawan Kapal Tujuh." Ada 21 orang pahlawan dari Kapal Tujuh atau
kapal Zeven Provincien yang dikubur di TMP Kalibata. Mereka adalah: Martin
Paradja (tertulis di tembok nama TMP Kalibata "Paradja"), Gosal, Rumambi,
Kuluot, Kesehung, Getinoatu, I Duwan Njoman, Aritonang, Amir, Moh. Basir,
Suwandi, Sugino, Sakam, Miskam, Misman, Sukimin, Sukirto, Simun, Sukiran,
Jasir dan Kemas Umar.
Pemberontakan kapal Zeven Provincien dipicu oleh pengumuman pemerintah
kolonial pada 1 Januari 1933 untuk menurunkan gaji pegawai sebesar 17
persen. Akhir Januari, ratusan pelaut di Surabaya berunjuk rasa menentang
keputusan itu. Kapal Zeven Provincien yang sedang berpatroli di Aceh pun
mendengar kabar unjuk rasa tersebut. Adalah Maud Boshart, kelasi Belanda pro
Indonesia, yang pertama kali mendengar berita itu dari ruang komunikasi di
kapal. Dia membocorkan info itu kepada para pelaut Indonesia.
Pelaut Indonesia seperti Martin Paradja, Rumambi, Hendrik dan Gosal yang
tersulut oleh berita aksi pemogokan di Surabaya diam-diam mengadakan rapat
saat kapal merapat di Pelabuhan Sabang, Aceh. Beberapa kelasi Belanda
pimpinan Maud Boshart turut dalam rapat itu. Para kelasi Indonesia dan
segelintir kelasi Belanda pro Indonesia sepakat untuk melancarkan
pemberontakan serta menguasai kapal. Usai rapat mereka menyanyikan lagu
"Internasionale", lagu wajib yang biasa dibawakan oleh gerakan buruh dan
komunis.
Pada 4 Februari 1933, pukul 22:00 malam, pemberontakan dimulai bersamaan
dengan bunyi tiupan peluit. Pemberontak berhasil menguasai kapal selama
seminggu. Pemerintah mengirim dua kapal perang dan beberapa pesawat pembom.
Karena menolak menyerah, pesawat membom kapal Zeven Provincien. Martin
Paradja, pemimpin pemberontakan tewas seketika. Begitu juga dengan 20 kelasi
Indonesia dan 3 kelasi Belanda. Keduapuluh kelasi Indonesia yang tewas (plus
Martin Paradja) itulah yang dimakamkan di Kalibata. Kapal dapat kembali
dikuasai pemerintah. Sejumlah pemberontak yang masih hidup ditangkap dan
diadili. Maud Boshart dijatuhi hukuman 16 tahun penjara dan Kawilarang, juga
pemimpin pemberontak, dihukum 18 tahun penjara. Pemerintah kolonial menuduh
keterlibatan gerakan komunis dalam pemberontakan itu.
Selain para pemberontak kapal Zeven Provincien, juga ada tokoh kontroversial
lain yang juga dimakamkan di TMP Kalibata. Dia adalah Adam Malik. Tokoh
politik pengikut Tan Malaka dan anggota partai Murba itu sempat dituduh jadi
agen CIA di Indonesia. Dalam sebuah laporan rahasia CIA, Adam disebut-sebut
sebagai "seorang Marxis". Sampai saat ini ajaran Karl Marx dilarang di
Indonesia, tentu juga tabu mengaku secara terbuka sebagai seorang Marxis.
Adam Malik mencapai puncak karier politiknya sebagai wakil presiden. Di masa
mudanya dia dikenal termasuk pemuda kiri yang progresif dan terlibat di
dalam pusaran arus revolusi Indonesia.
Dari sekian tokoh yang dimakamkan di TMP Kalibata yang paling menarik
dibahas adalah Alimin. Alimin bin Prawirodirdjo lahir di Solo pada 1889 dan
wafat di Jakarta, 24 Juni 1964. Alimin salah satu dari sekian tokoh utama di
balik berdirinya Partai Komunis Indonesia (PKI). Pascapemberontakan PKI
1926, Alimin pergi ke Moskow, Uni Soviet untuk bergabung dengan organisasi
komunis internasional, Komintern. Sebagai tokoh komunis terkemuka dia
bersahabat baik dengan Ho Chi Minh, pemimpin partai komunis Vietnam yang
melancarkan perang melawan Amerika Serikat pada saat negeri Paman Sam itu
menginvasi Vietnam. Alimin pulang ke Indonesia pada 1946. Ketika PKI mulai
berada di bawah kendali triumvirat Aidit-Njoto-Lukman, Alimin tersingkir
dari pucuk kepemimpinan partai namun sesekali kader-kader muda PKI
menyambanginya untuk sekadar mendapat nasihat darinya. Dia meninggal pada
1964 dan karena jasa-jasanya berjuang melawan Belanda Alimin dimakamkan di
TMP Kalibata.
"Dia jelas komunis. Saya sempat melihat fotonya dipasang di ruang
perpustakaan di TMP Kalibata karena di sana ada beberapa foto para pahlawan
yang dikubur," kata sejarawan Asvi Warman Adam.
Presiden Sukarno menetapkan bahwa semua orang yang terlibat di dalam
pemberontakan PKI 1926 diangkat sebagai perintis kemerdekaan. Mereka
mendapatkan piagam penghargaan dan pemerintah, melalui Departemen Sosial,
memberikan tunjangan pensiunan sebagai veteran kepada mereka yang terlibat
di dalam pemberontakan melawan Belanda itu. Sementara itu dalam buku putih
terbitan Sekretariat Negara zaman Moerdiono jadi Mensesneg pemberontakan PKI
1926 direken sebagai bibit awal tradisi memberontak yang dimiliki oleh PKI.
Pada buku itu disebutkan bahwa PKI telah memberontak sebanyak tiga kali,
yakni pada 1926, 1948 dan 1965. Tak dijelaskan pemberontakan 1926 itu
ditujukan kepada siapa.
Pembongkaran makam Heru Atmodjo mungkin memuaskan bagi pihak-pihak yang tak
menghendakinya dikubur di sana. Mungkin pula mengecewakan bagi mereka yang
yakin bahwa Heru layak dimakamkan di TMP Kalibata. Namun lebih dari semua,
pembongkaran makam Heru yang belum genap seratus hari itu –dan baru pertama
kali terjadi sepanjang sejarah– menjelaskan bahwa kita tak pernah berani
menatap masa lalu. Sekaligus menunjukkan sisi ketidakjujuran kita memandang
sejarah: bahwa seorang komunis pun pernah punya jasa bagi negeri ini
sebagaimana pejuang Republikein yang berjibaku menentang penjajahan di bawah
panji-panji agama: Islam, Kristen, Hindu, Budha apa pun agamanya demi
Republik Indonesia. Dan tentu karena negara ini berdiri untuk semua
golongan.[BONNIE TRIYANA]
http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/berita-455-membongkar-sejarah-makam-kalibata.html
--
Aldo Desatura ® & ©
Twitter = @desatura
YM = desatura
Facebook = hanjakal@gmail.com
================
Kesadaran adalah matahari, Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala dan Perjuangan Adalah pelaksanaan kata kata
[Non-text portions of this message have been removed]
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment