Advertising

Wednesday 29 June 2011

Re: [wanita-muslimah] Re: HTI affirms it's a political party

 

Mia wrote:
Kalo misalnya saja (ini ndak mungkin lah), HTI berkuasa di Indonesia, mereka akan pasti bersahabat atau mulai menjalin persahabatan dengan EU,Amrik,BRICS. Yang pertama2 dilibasnya kelompok HMNA.
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||

HMNA:
Reposting:
----- Original Message -----
From: "H. M. Nur Abdurrahman" <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Thursday, June 30, 2011 7:35 AM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: HTI affirms it's a political party

SELAMATKAN INDONESIA
DENGAN SYARIAH

Muhammad Ismail Yusanto
Hizbut Tahrir Indonesia

Secara bahasa, syariat (al-syarî'ah) berarti sumber air minum (mawrid al-mâ' li al istisqâ) atau jalan lurus (at-tharîq al-mustaqîm). Sedang menurut istilah, syariah bermakna: perundang-undangan yang diturunkan Allah Swt melalui Rasulullah Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia baik menyangkut masalah ibadah, akhlak, makanan, minuman pakaian maupun muamalah (interaksi sesama manusia dalam berbagai aspek kehidupan) guna meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Jadi, setiap hukum yang digali dari sumber-sumber hukum Islam merupakan hukum syariat (al-ahkâm asy-syar'iyyah) atau biasa disebut syariah saja. Karenanya, syariat Islam mencakup berbagai perkara, mulai dari cara berwudhu hingga bagaimana masyarakat dan negara dalam aspek sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan budaya. Jadi, yang disebut syariat Islam bukanlah sekadar sanksi kriminal (hudûd) semata, melainkan seluruh hukum bagi semua aspek kehidupan.

dst, dst, dst.

Itu Muhammad Ismail Yusanto, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia menulis artikel berjudul SELAMATKAN INDONESIA DENGAN SYARIAH.

Dan btw, walaupun saya bukan anggota HTI, saya biasa diundang HTI
Ini isi undangan terbaru:
DEWAN PIMPINAN DAERAH I
HIZBUT TAHRIR INDONESIA
PROV. SULAWESI SELATAN

Nomor: 071/DPD 1 HTI. SULSEL/V/2011
Lamp. : -
Hal : Pwemohonan Menjadi Narasumber

Hari/Tanggal : Ahad 29 Mei 2011
Tempat : Aula Hotel La Macca, Jl. AP. Pettarani
Waktu : Pukul 08.00 - 12.00 WITA
Tema : "Syari'at Islam Solusi Untuk Indonesiaku

Dan inilah makalah saya:

Syari'at Islam vs Sekularisme

1. Kita mulai dahulu dengan sekularisme. Istilah sekularisme berasal dari bahasa Latin saeculum, artinya dunia. Secularism is a system of political philosophy that reject all forms of religious faith]. Sekularisme itu pada mulanya adalah paham yang memisahkan politik dari agama tersebut, netral terhadap agama yang hanya dianggap sebagai urusan privat dimana pemerintah dilarang ikut campur di dalamnya. Tetapi sekulerisme kemudian berkembang menjadi ekstrim dan menjadi paham anti agama (khususnya Islam) di Turki sejak 1924 dan baru-baru ini juga kita lihat di Prancis, Jerman, dll, dimana agama (khususnya Islam) dipandang sebagai musuh dengan mengatasnamakan sekulerisme. Akar historis faham Sekularisme itu dari Yunani Kuno yang memuja keindahan, diteruskan oleh Romawi yang memuja kekuasaan.

Indikator sekularisme yaitu menunjukkan sekurang-kurangnya: mundurnya pengaruh agama, desakralisasi lembaga-lembaga keagamaan seperti ikatan keluarga dsb, individualistis yaitu ketidakterikatan (disengagement) kepada masyarakat, dan pemindahan kepercayaan/iman dan pola-pola perilaku dari suasana keagamaan ke suasana sekular.

Dalam rangka mengemban missi/diplomasi sekularisme yang dikirim oleh Amerika ke Indonesia, lebih sepekan Abdullah an-Na'im melakukan roadshow di Indonesia. Abdullah an-Na'im sebagai duta sekularisme yang dikirim Amerika berupaya "menjual" dagangannya yang tertuang dalam bukunya yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: "Islam dan Negara Sekuler, Menegosiasikan Masa Depan Syariah." Pandangan An-Naim tentang syari'ah dalam bukunya itu menunjukkan dia itu merelatifkan syari'ah. An-Na'im yang merelatifkan syari'ah tersebut, sama sekali tidak na'im (nyaman), karena dia berusaha memperkecil peran dan pengaruh hukum syariah dalam kehidupan publik ummat Islam. Bahkan lebih dari itu, Islam dan hukum syariah tidak bisa berperan sama sekali dalam ranah publik. Kalau idenya ini direalisasikan di Indonesia, maka semua institusi yang berlabelkan Islam harus dihapus, UU yang menjadi dasar pembentukan Nanggroe Aceh Darussalam harus diganti, GAM lalu berontak lagi, semua upaya perdamaian yang dengan susah payah dicapai, akan menjadi sia-sia, seluruh keadaan di Indonesia menjadi amburadul, karena Departemen Agama, Peradilan Syari'ah, Majelis Ulama Indonesia di pusat dan di daerah-daerah harus dihapus total.

2. Syari'at Islam (selanjutnya disebut Syari'ah) diklasifikasikan atas: 'aqidah, hukum-hukum Syari'ah dan akhlaq. Klasifikasi menurut Al Hadits: iman, islam dan ihsan. Kalau kedua cara klasifikasi itu digabungkan, maka menjadilah: 'aqidah/iman, hukum-hukum Syari'ah/Islam dan akhlaq/ihsan.

'Aqidah/iman tercakup dalam S. Al Fatihah, ayat 1 s/d 4, hukum-hukum Syari'ah/Islam tercakup dalam S. Al Fatihah, ayat 5, dan akhlaq/ihsan tercakup dalam S. Al Fatihah, ayat 6 s/d 7.

Catatan: Islam dalam pengertian sangat luas, yaitu semua mkhluq ciptaan Allah, tunduk terhadap taqdiruLlah (QS Ali 'Imraan, 23). Islam dalam pengertian luas, yaitu semua agama yang dibawakan oleh para Rasul sejak dari Nabi Adam AS sampai kepada Nabi Muhammad SAW (QS AlBaqarah, 136 dan S. Ali 'Imraan, 19). Islam dalam pengertian khusus yaitu Risalah yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW S. Al Maaidah, 3). Islam dalam pengertian sangat khusus ialah Rukun Islam (Hadits, R. Bukhari). Adapun pengertian Islam dalam klasifikasi di atas itu ialah dalam pengertian yang sangat khusus, yaitu Rukun Islam.

Dalam Syari'ah tidak dikenal dengan apa yang disebut dengan sekularisme. Hukum-hukum Syari'ah, yaitu SunnatuLlah, bukan hanya sekadar menyangkut peribadatan mahdhah (ritual), tetapi menyangkut semua aspek dalam kehidupan individual, bermasyarakat dan bernegara. Itulah yang disebut Kaffah (totalitas). Contoh: sistem perekonomian harus di atas paradigma:

Artinya: supaya kedaulatan (ekonomi) tidak hanya (beredar) diantara orang-orang kaya di antara kamu (59:7).

Dalam proses pengembilan keputusan politik:

Artinya: urusan mereka dimusyawarakan di antara mereka (42:38).

Syura sudah diadopsi menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia yaitu musyawarah. Sudah menjadi kosa kata bangsa kita, tetapi secara rasa bahasa belumlah diapresiasi. Syura dibentuk oleh akar kata Syin, Waw, Ra, artinya mengambil madu dari sarang lebah. Dengan rasa bahasa ini, maka jiwa musyawarah dalam proses pengambilan keputusan bukanlah setengah di tambah satu. Jiwa musyawarah menurut rasa bahas asalnya ialah bagaimana keputusan diambil secara arif bijaksana sehingga keputusan itu tidak mengandung potensi konflik di belakang hari (baca: sengatan lebah).

Sikap berpikir sekuler yang mendikhotomikan antara urusan ukhirawi dengan urusan duniawi telah mendobrak bingkai Nash:

Artinya: Hai orang-orang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara total, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan, sesungguhnya iaitu musuhmu yang nyata.

Sikap berpikir yang tidak kaffah, bahwa yang menyangkut urusan duniawi (masyarakat dan negara) diserahkan seluruhnya kepada akal manusia, padahal Nash menentukan rambu-pokok (2:208) tersebut.

Kelompok yang menamakan diri sebagai "Islam Liberal" yang membuat network yang disebut Jaringan Islam Liberal (JIL) mempunyai sikap berpikir berlandaskan paradigma sekularisme yang mendobrak bingkai Nash, sudah keluar dari ruang lingkup Kaffah, sehingga tidak layak menyandang predikat "Islam" Liberal, melainkan cukup dengan predikat Aliran Kepercayaan Liberal.

*** Makassar, 25 Jumadil Tsani 1432 H / 29 Mei 2011 M

[H.Muh.Nur Abdurrahman]

**************************************************************

Lampiran: (tidak dibacakan)

1. Klasifiksi Manusia

Manusia berdasarkan sikapnya terhadap Tuhan, dapat diklasifikasikan dalam empat golongan, yaitu:

-- a) Golongan yang percaya akan adanya Tuhan sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta. Artinya setelah Tuhan mencipta, lalu disertai tindak lanjut dengan memberikan petunjuk ke pada manusia dengan menurunkan wahyu kepada manusia pilihan yang disebut Nabi, yang akan meneruskan petunjuk itu kepada ummat manusia. Golongan ini disebut dengan theist.

-- b) Golongan yang percaya akan adanya Tuhan hanya sebagai Pencipta saja. Wahyu tidak berperan dalam mengatur manusia. Manusia cukup mengatur dirinya dengan akalnya saja. Sikap yang berpikir demikian itu disebut sikap sekuler, memisahkan antara agama dengan negara. Golongan yang kedua ini disebut dengan deist.

-- c) Golongan yang tidak mau tahu tentang Tuhan. Adanya Tuhan atau tidak adanya Tuhan, bukanlah sesuatu yang penting benar untuk dipikirkan, hanya membuang-buang energi saja. Golongan ini disebut dengan agnostik.

-- d) Golongan yang tidak percaya akan adanya Tuhan. Golongan ini disebut dengan atheist.

Melihat penggolongan sikap-sikap di atas itu apa yang disebut dengan polos dan otonom, pada hakekatnya ilmu dengan paradigma filsafat positivisme TELAH MEMIHAK kepada ketiga golongan yang terakhir: deist, agnostik dan atheist. Artinya kepolosan dan keotonoman ilmu itu adalah fallacy, pernyataan yang palsu. Tidak ada ilmu yang tidak memihak, sehingga tidak ada ilmu yang polos dan otonom.

Walhasil, karena tidak mungkin ilmu itu tidak memihak di antara keempat golongan itu, maka tentu saja bagi yang berpikiran sehat, akan memilih golongan pertama tempat ilmu itu memihak. Maka dengarlah firman Allah:

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Ilmu pengetahuan yang dipelajari di sekolah-sekolah umum dibangun di atas landasan filsafat positivisme. Artinya ilmu pengetahuan itu tidaklah polos melainkan sudah dijerumuskan berpihak kepada yang atheis, yang agnostik, dan yang deist. Ilmu pengetahuan yang demikian itu hanya mempunyai dua sumber informasi, yaitu alam dan sejarah.

Para pakar yang atheist, agnotik dan deist dalam menganalisa pergelutan pandangan, benak dan alam pikiran manusia, tentu saja hanya memakai pendekatan historis. Sayangnya para pakar yang beragama Islam turut pula terperangkap ke dalam jaring filsafat positivisme, sebab kalau tidak demikian hasil analisis mereka itu akan dicap tidak ilmiyah: melanggar rambu-rambu dan tatacara keilmuan. Demikianlah para pakar dari ketiga golongan itu yang tergabung dalam filsafat positivisme bersama-sama dengan para pakar yang beragama Islam yang ikut terseret secara sadar ataupun tidak sadar menempatkan semua agama sebagai komponen atau bagian dari kebudayaan. Maka mereka itu dalam mencari hubungan antara agama dengan agama, antara agama dengan dongeng-dongeng hasil imajinasi dan sastra bangsa-bangsa dahulu kala, akan memakai pendekatan historis itulah.

Semua makhluq ciptaan Allah yang dapat dideteksi oleh pancaindera baik secara langsung maupun melalui instrumen, yaitu alam dan pertumbuhan sejarah budaya manusia disebut ayat-ayat Kawniyah, yaitu ayat-ayat jadi [Kef-Waw-Nun], kosmologik. Karena kemampuan pancaindera manusia itu hanya terbatas dalam mendeteksi ayat-ayat Kawniyah sebagai sumber informasi, maka Allah SWT memberikan pula sumber informasi berupa wahyu yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul, yang keluar berwujud ucapan [Qaf-Waw-Lam], oleh sebab itu disebut ayat-ayat Qawliyah. Ayat-ayat Qawliyah yang shahih dijadikan sumber informasi adalah Al Quran, berhubung karena Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang terkahir dan Al Quran adalah satu-satunya Kitab yang tetap otentik. Ayat-ayat Qawliyah inilah sebagai sumber informasi tentang apa yang tidak dapat dideteksi oleh pancaindera manusia.

2, Ilmu Pengetahuan Harus Berlandaskan Tawhid.

Dengan demikian sumber ilmu pengetahuan itu adalah wahyu, alam dan sejarah. Seperti telah dijelaskan di atas, wahyu berwujud Ayat Qawliyah, alam dan sejarah disebut Ayat Kawniyah. Para pakar orang-orang Islam yang merujuk sekaligus pada Ayat Qawliyah dan Kauniyah akan terpelihara aqidahnya dalam berilmu. Mereka akan memilah-milah agama, mana agama yang bersumber dari wahyu yang disebut agama wahyu, mana agama yang akarnya dari kebudayaan yang disebut dengan agama kebudayaan, mana agama wahyu yang mendapatkan polusi dari kebudayaan, dan mana agama kebudayaan yang mendapat imbas dari agama wahyu.

Oleh sebab itu perlu redefinisi ilmu. Ilmu berasal dari bahasa Al Quran yang dibentuk oleh akar kata yang terdiri dari 3 huruf: ['Ain-Lam-Mim] artinya tahu. Dalam bahasa Indonesia menjadi kata majemuk ilmu pengetahuan. Untuk selanjutnya dalam tulisan ini dipakai kata ilmu. Padanan kata ilmu ini dalam bahasa Inggris ialah science, yang sekarang lazim diadopsi menjadi sains, namun tidak/belum baku. (Political science tidak/belum pernah dikatakan sains politik). Ilmu lahir sebagai luaran dari informasi yang diproses menurut metode pendekatan tertentu yang disebut disiplin (lihat gambar di bawah).

informasi => [ proses ] => ilmu

Ilmu yang kita warisi dari disiplin ilmu yang berasal dari kebudayaan barat dibangun di atas paradigma modernisme yang berintikan filsafat materialisme dan positivisme. Modernisme berakar pada Aufklaerung (dalam ejaan bahasa aslinya yaitu bhs Jerman kata benda dimulai dengan huruf kapital, dan di atas "a" dibubuhkan titik dua, atau ditambah dengan "e" sesudah "a" menjadi "ae"), artinya pencerahan. Aufklaerung adalah cikal-bakal modernisme yang berintikan empirisme dan positivisme. Pencerahan yang mendominasi The Age of Reason adalah sebagai reaksi dan dikhotomi dari The Age of Believe dalam kurun waktu sebelumnya yaitu kurun waktu berlangsungnya dominasi gereja terhadap alam pikiran dan sikap berpikir manusia di barat.

Dikhotomi modernisme adalah post-modernisme yang anti rasional. Post- modernisme yang tidak rasional itu tanpa konsep dan tanpa bentuk yang pasti, liar, heterogen, bahkan campur-aduk, secara sengit dan bersemangat (enthusiast) menyerang modernisme, yang sudah dianggap mapan oleh penganutnya. Ini nyata betul dalam gagasan dan kreasi-kreasi seni dan arstitektur, tidak terkecuali sikap urakan yang menonjol dalam kalangan hippies yang muak atas gaya hidup masyarakat barat produk modernisme. Dalam kesusastraan Indonesia semangat menyerang secara liar itu terlihat dalam sanjak Chairil Anwar: Aku.

.........................................

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap merajang menerjang

........................................

Kebudayaan barat modernisme, post-modernisme, materialisme, positivisme, sifatnya sangat agresif karena didukung oleh penggunaan teknologi-komunikasi (utamanya internet) dan organisasi.

Materialisme-positivisme mempersempit wawasan sebatas ayat Kawniyah sebagai sumber informasi, tidak mempercayai Wujud Allah SWT (kekafiran, atheisme), atau percaya akan Tuhan tetapi tidak percaya adanya wahyu (kekafiran wahyu, deisme), inilah yang menjadi paradigma ilmu yang warisan barat tersebut. Mengapa ummat Islam kelihatannya menerima ilmu yang bertumpu di atas paradigma materialisme-positivisme ini, oleh karena umumnya ummat Islam sekarang ini menerima sikap berpikir sekuler bukan hanya dalam lapangan politik dan ketata-negaraan, yaitu dikhotomi/pemisahan antara agama dengan negara, namun sikap sekuler ini telah merasuk pula dalam mengilmu, yaitu dikhotomi/pemisahan antara dunia dengan akhirat.

Bahkan sikap sekuler dikhotomis ini merasuk pula tanpa sadar ke dalam terjemahan Al Quran. Semangat dikhotomis itu terlihat dalam terjemahan kedua ayat yang berikut, yang artinya:

-- Janganlah engkau menjual ayat-ayatKu dengan harga yang murah (2:41),

-- Sesungguhnya dalam terciptanya langit dan bumi, serta pertikaian antara malam dengan siang menjadi tanda-tanda (kebesaran) bagi yang memprgunakan akalnya (3:190).

Dari terjemahan kedua ayat itu terkesan nuansa dikhotomis. Mengapa dalam (2:41) ayat dalam terjemahan tetap dipakai kata ayat, sedangkan dalam (3:190) ayat diterjemahkan dengan tanda? Dalam teks asli ayat tidak dibedakan, namun dalam terjemahannya dibedakan, itulah yang dimaksud di atas dengan nuansa dikhotomis. Hendaknya dalam menterjemahkan ayat dalam (2:41) dan dalam (3:190), dalam kedua-duanya dipakai kata ayat, atau dalam terjemahan kedua-duanya dipakai kata tanda.

Demikian pula dalam sistem pendidikan yang meluas di mana-mana, termasuk di Indonesia, dikhotomi ini mendarah daging, seperti kita lihat dalam kenyataan yang menyedihkan, seperti misalnya dikhotomi antara Unhas dan UNM (dahulu, sekarang alhamdulillah UNM tidak lagi demikian, tetapi hanya di Makassar saja) yang mengelola ilmu-ilmu umum pada pihak yang satu, berseberangan dikhotomis dengan IAIN yang mengelola ilmu-ilmu agama pada pihak yang lain.

3. Ilmu dalam Islam Tidak Dikhotomis

Ciri khas Ilmu dalam Islam tidaklah dikhotomis. Oleh sebab itu masukan dalam kotak proses (lihat gambar) berupa sekaligus ayat Qawliyah dan ayat Kawniyah. Disiplin ilmu dalam Islam bertumpu di atas Al Quran, terkhusus dalam SK ke-Rasulan Nabi Muhammad SAW (96:1-5), lebih terkhusus dalam ayat permulaan dan ayat terakhir:

ù

Artinya: Bacalah atas nama Maha Pengaturmu (96:1) dan

Artinya: mengajar manusia apa yang tidak ia ketahui (96:5).

Kedua ayat itulah yang menjadi paradigma Disiplin Ilmu dalam Islam. Allah SWT menyuruh kita membaca. Apa yang dibaca? Yang dibaca adalah ayat Qawliyah dan ayat Kawniyah, tidak boleh ada dikhotomi, tidak boleh memisahkan ayat Qawliyah dengan ayat Kawniyah. Membaca dengan bersikap sekuler membuat dikhotomi antara ayat Qawliyah dengan ayat Kawniyah, berarti memisahkan antara dengan

Demikianlah misalnya dalam ilmu Kedokteran yang berlandaskan paradigma Materialisme-Positivisme dikatakan bahwa seorang manusia telah mati apabila otaknya tidak berfungsi lagi. Akan tetapi ilmu Kedokteran yang bertumpu di atas paradigma bacalah atas nama Maha Pengaturmu, akan memberikan ta'rif seperti berikut: Seorang manusia telah meninggal dunia apabila ruhnya telah berpisah dari jasadnya. Indikatornya ialah apabila otaknya tidak berfungsi lagi. Ruhnya telah berpisah dari jasadnya, berasal dari informasi ayat Qawliyah, sedangkan otaknya tidak berfungsi lagi, berasal dari informasi ayat Kawniyah. Jadi kedua jenis ayat itu hanya sebatas klasifikasi, namun tidak dipisahkan.

Demikianlah anak panah masukan (lihat gambar) berupa informasi yang terdiri atas ayat Qawliyah dan ayat Kawniyah. Informasi jenis ayat Kawniyah dapat dideteksi oleh pancaindera dengan bantuan instrumen, sedangkan ayat yang tidak dapat dideteksi oleh pancaindera dapat diketahui melalui informasi dari ayat Qawliyah. Itulah makna ayat yang artinya: bacalah atas nama Maha Pengaturmu. Yaitu bacalah atas nama Maha Pengaturmu dalam mengilmu, tidak terkecuali dalam ilmu tata-negara. Lapangan politik dan ketata-negaraan tidak boleh ada sekularisme, tidak ada itu dikhotomi/pemisahan antara agama dengan negara.

----- Original Message -----
From: <aldiy@yahoo.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Thursday, June 30, 2011 10:54 AM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: HTI affirms it's a political party

Kalo misalnya saja (ini ndak mungkin lah), HTI berkuasa di Indonesia, mereka akan pasti bersahabat atau mulai menjalin persahabatan dengan EU,Amrik,BRICS. Yang pertama2 dilibasnya kelompok HMNA.
Salam
Mia
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-----Original Message-----
From: aldiy@yahoo.com
Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Thu, 30 Jun 2011 02:06:59
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: HTI affirms it's a political party

Islamnya HMNA dan Islamnya HTI berperang rupanya ya, wong yg satu mau syariah yang lain mau khilafah
Salam
Mia
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment