Advertising

Thursday, 30 June 2011

Re: [wanita-muslimah] Re: Ustadz Chodjim, tanya masalah Kejawen

 

Peran Sunan Kalijaga itu melakukan akulturasi, agar agama islam yang berasal dari Timur Tengah itu bisa menjadi jinak dan bisa diterima oleh masyarakat Jawa.

Apa yang dilakukan SKJ bukanlah peran sementara, oleh karena itu SKJ lebih berpihak pada keturunan Pengging daripada Demak. Para wali dibawah Sunan Kudus berpihak pada Demak, sedangkan SKJ dan beberapa wali yang sungkan, memihak Pengging. Oleh karena itu, setelah Sultan Trenggana wafat, yang menggantikan bukan keturunan Sultan Trenggana yang laki-laki, melainkan Adi Wijaya putra Kebo Kenanga dari Pengging.

Karena Islam model SKJ ini menguat, maka Belanda buru-buru mendekati Mataram pada zaman Sultan Agung Hanyokrokusuma. Namun, pendeketan itu tak diterima, dan bahkan SA melakukan serangan ke Batavia. Dan, Belanda (VOC) baru berhasil di masa Sunan Amangkurat I. Oleh Belanda, ulama-ulama di Kraton Mataram didatangkan dari Timur Tengah, yang sekaligus berfungsi untuk memata-matai Mataram. Itulah sebabnya, perlawanan Kiyai Mutamakin dari Pati pada abad ke-18 segera terendus, dan segera dipatahkan, meski Sunan Pakubuwono waktu itu tidak menghukumnya.

Kalau di zaman sekarang tokoh Muhammadiyah yang berdakwah ala Sunan Kalijaga, secara kultural, ya Prof. Dr. Munir Mulkhan.

Wassalam,

chodjim

----- Original Message -----
From: total
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Thursday, June 30, 2011 10:48 PM
Subject: [wanita-muslimah] Re: Ustadz Chodjim, tanya masalah Kejawen

Makin penasaran Pak Ustadz,...

Lha peran Sunan Kali Jaga (SKJ) bagaimana? Setahuku dalam berdakwah Islam, SKJ menggunakan media seperti wayang, pakaian jawa, dll.

Ada yg beranggapan cara-cara SKJ itu adalah "cara sementara" yaitu setelah keimanan kita semua kuat cara-cara itu dihapuskan. Apa benar demikian?

Posisi SKJ dalam dunia Kejawen bagaimana?

matur suwun.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "chodjim" <chodjima@...> wrote:
>
> Mas Ardi,
>
> Di bawah ini akan saya kopipastakan tulisan saya dalam seminar budaya Jawa di Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2 tahun yang lalu.
> ----------------------------------------------------------
> Kejawèn [penulisan selanjutnya Kejawen] merupakan kata jadian yang dibentuk dari unsur kata ke+Jawi+an dan diucapkan ke-ja-wèn. Kata kejawèn sebagai istilah tidak ditemukan dalam kamus Basa Jawa. Bila kosa kata ini ditemukan dalam kamus, artinya justru daerah istimewa di Jawa atau daerah raja-raja Jawa, dan biasanya entri kata ini disamakan dengan kejawan. Dalam kamus Jawa Kuna, entri kejawan memiliki arti menjadi orang Jawa atau kejawa-jawaan (menyerupai perilaku orang Jawa).
>
>
> Entri kata jawi tidak ditemukan di dalam kamus (bausastra) Jawa Kuna, tetapi ada di dalam kamus Jawa Baru yang merupakan kata halus atau krama dari kata Jawa, yang artinya orang atau bahasa Jawa. Meskipun tidak ada istilah kejawèn dalam berbagai kamus Jawa, namun sudah menjadi pendapat umum bahwa Kejawen atau yang sering disebut Islam Kejawen adalah agama Islam yang bersumber dari Alquran, Hadis, Ijma Ulama, dan Kias.
>
> Berdasarkan hasil studi karya seni sastra Jawa abad XVIII yang dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Zoetmulder (Manunggaling Kawula Gusti, 1995), Simuh (Mistik Islam Kejawen, 1988), dan Niels Mulder (1985), Kejawen merupakan perkawinan tradisi Islam dengan Hindu - Buddha Jawa. Ajaran Kejawen sendiri tidaklah statis, tetapi terus-menerus melakukan penyerapan dan penyaringan terhadap ajaran Islam yang masuk ke dalam keraton-keraton di Jawa dan Sunda sejak abad XVI.
>
> Sebenarnya, kata agama tidak tepat bilamana ditempatkan di depan kata Hindu, Yahudi, Buddha, Kristen/Katholik, Islam, Sikh, Bahai dan lain sebagainya. Kata agama dalam bahasa Jawa Kuna merupakan bentukan dari a + gama yang artinya menjalankan aturan yang ditetapkan negara. Jadi, orang yang beragama adalah orang yang mematuhi aturan, undang-undang, dan hukum negara. Oleh karena itu, di Kep. Nusantara sebelum kedatangan Hindu dan Buddha tidak dikenal istilah agama.
>
>
>
> Jika kata agama tidak dapat ditempatkan di depan kata Hindu dan Buddha, maka disebut apakah Hindu dan Buddha dalam pemahaman orang Jawa? Hindu dan Buddha dalam khazanah budaya Jawa disebut dharma, yang artinya kewajiban, tugas hidup, kebenaran, atau kepercayaan. Namun, dalam kamus Jawa Kuna entri kata Hindu tidak ada, karena dharma yang masuk ke Kep. Nusantara pada zaman dahulu adalah dharma Syiwa, dharma Wisnu, dan dharma Buddha. Bahkan dharma-dharma yang masuk Jawa itupun mengalami penyesuaian diri setelah berinteraksi dengan dharma asli yang ada di Pulau Jawa. Oleh karena itu, kata dharma digunakan dalam semboyan "bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa", berlainan itu satu tak ada kebenaran mendua. Ini berarti pada masa Kerajaan Majapahit orang menjalankan dharma apa pun -Wisnu, Syiwa, Buddha, Syiwa-Buddha- memiliki kedudukan yang sama, dan mendapatkan perlakuan yang sama dari negara.
>
> Orang-orang Kejawen adalah orang-orang yang menjalankan dharma hidupnya sesuai dengan dharma yang diyakininya, dan sudah pasti beragama, namun tidaklah terikat oleh dogma-dogma sebuah kepercayaan dan tidak terjebak oleh "agama" sebagai identitas. Oleh karena itu, bagi yang tidak mengerti, Kejawen dianggap sebagai sinkretisme berbagai kepercayaan yang telah ada di Jawa. Padahal, Kejawen adalah dinamika orang Jawa dalam menerima, menyerap dan menghayati nilai-nilai dîn dan religi serta dharma yang masuk ke Pulau Jawa.
> ----------------------------------------------------------
>
> Sepotong saja ya, yang penting makna Kejawen sudah dijelaskan.
> Jadi, berbagai paguyuban kebatinan seperti Subud, Sumaroh, Pangestu, Sapta Darma, Paneges dan lain-lain, itu bukanlah Kejawen tetapi produk dari Kejawen. Produknya tentu banyak, dan bisa muncul yang baru, sebagian yang lama hilang. Produk dari Kejawen bisa ribuan jenis paguyuban. Dengan demikian, tak ada hubungannya dengan klenik atau takhayul. Justru bagi orang Kejawen yang sinis terhadap Islam, orang Islam itu paling takhyul.
>
> Wassalam,
>
> chodjim
>
>
> ----- Original Message -----
> From: total
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Sent: Thursday, June 30, 2011 8:36 AM
> Subject: [wanita-muslimah] Re: Ustadz Chodjim, tanya masalah Kejawen
>
>
>
> Berarti itu yg sering dibilang tukang bid'ah, churofat dan tahayul... makin penasaran aku mas.
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dwi Soegardi <soegardi@> wrote:
> >
> > saya bukan ustadz :-)
> > tapi kenal sama ustadz yang satu ini
> > http://en.wikipedia.org/wiki/Javanese_beliefs
> > http://id.wikipedia.org/wiki/Kejawen
> > http://jv.wikipedia.org/wiki/Kejaw%C3%A8n
> > http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Kejawen
> >
> >
> > 2011/6/29 total <total_sacrifice@>
> >
> > > **
> > >
> > >
> > > Pak Ustadz,
> > > Kejawen itu apa? Tradisi, Budaya, atau Agama... kok ada ajarannya yg mirip
> > > Islam misalnya "sangkan paraning dumadi". mohon petunjuk.
> > >
> > >
> > >
> >
> >
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment