Advertising

Thursday, 30 June 2011

[wanita-muslimah] IBRAHIM ISA - Berbagi Cerita,Jakarta, 30 Juni 2011, LUBABUN NI'AM TENTANG (PERPUSTAKAAN),“WERTHEIM COLLECTION”,,Di JOGYAKARTA

*IBRAHIM ISA - Berbagi Cerita
Jakarta, 30 Juni 2011
---------------------------------------
*
*LUBABUN NI'AM TENTANG (PERPUSTAKAAN)
"WERTHEIM COLLECTION" *

*Di JOGYAKARTA
*
Sahabatku Lubabun Ni'am menulis tentang Perpustakaan Wertheim Collecton,
Jogyakarta.
Tanggal 25 Juni y.l. bersama Murti kami mengunjungi Wertheim Collection,
Jogyakarta.

Tentang kunjungan ini akan kutulis lebih lanjut nanti.

Di bawah ini disiarkan tulisan tulisan L. Ni'am tsb.

* * *

*Lubabun Ni'am:*

*Wertheim Collection Jogyakarta, 23 juni 2011 *

Jika kita harus menyebut seorang ilmuwan yang sangat memengaruhi
perkembangan sosiologi dan sejarah Indonesia, tapi kini semakin jarang
dilirik, tentulah sosok Wim F. Wertheim (1907-1998) salah satunya.
Menurut Ahmad Nashih Luthfi (2009), Wertheim berhasil menurunkan
karakter kecendekiaannya yang menonjol, yakni kuatnya imajinasi
sosiologi yang historis dan imajinasi sejarah yang sosiologis, kepada
sejumlah mahasiswa Indonesia yang kini jamak dikenal sebagai sosok
ilmuwan. Mulai dari Sajogyo, Soediono M.P. Tjondronegoro, Sartono
Kartodirdjo, Bachtiar Rifai, sampai Harsya W. Bachtiar.

Wertheim tak hanya seorang ilmuwan Belanda pengkaji Indonesia, tetapi
juga---pinjam istilah Ibrahim Isa---sahabat rakyat Indonesia. Wertheim
sudah sangat dikenal lewat karya-karyanya yang emansipatif-ideologis.
Makin bertambah usia, karya yang ditulisnya ternyata semakin
emansipatif-ideologis. Tetapi, karya yang paling kesohor di Indonesia
adalah buku /Masyarakat Indonesia dalam Transisi: Studi Perubahan
Sosial/. Nah, saking dekatnya diri Wertheim pada Indonesia,
sampai-sampai buku koleksi pribadinya mesti didekatkan pada masyarakat
(akademik) Indonesia, setelah Wertheim tutup usia pada 3 November 1998.

Pada 2002, lebih dari 3.500 buku koleksi Indonesianis Wim F. Wertheim
dikirim dari Amsterdam menuju Jakarta. Ini kejadian tak lazim:
gelondongan "berhala pengetahuan" justru meninggalkan Belanda, apalagi
menuju Indonesia. Tetapi, atas permintaan personal Sartono
Kartodirdjo---seorang mahasiswa Wertheim ketika menempuh studi doktoral
ilmu sejarah di Universitas Amsterdam---sebagian koleksi yang menuntun
kepakaran Wertheim tentang Indonesia itu "disemayamkan" di Indonesia.
Perjalanan pengiriman melalui jalur laut tersebut memakan waktu sekitar
tiga bulan. Menembus samudera dan dua benua.

Koleksi yang belakangan berada dalam perpustakaan sebuah pusat studi di
Universitas Gadjah Mada tersebut kini betul-betul "bersemayam" di
ruangan pojok bernama Wertheim Collection. Keberadaan Wertheim
Collection di sana tentu melengkapi koleksi perpustakaan pusat studi,
yang sudah terlebih dulu ada; serta kemudian koleksi buku almarhum
Loekman Soetrisno dan Soegijanto Padmo. Empat perpustakaan tersebut
berada dalam ruangan yang terpisah. Hanya saja, kelengkapan pendingin
ruangan (AC, //air conditioner//) cuma terdapat di ruangan Wertheim
Collection. Sebuah hidangan awal yang lumayan bikin dada sesak.

Pusat studi tersebut pernah memiliki kiprah signifikan dalam membangun
ilmu sosial di Indonesia. Nama para begawan ilmu sosial Indonesia
seperti Mubyarto, Loekman Soetrisno, termasuk Sartono Kartodirdjo
tercatat pernah memimpin pusat studi itu. Warisan keilmuan mereka masih,
dan bakal terus, dirujuk para pembelajar di belantara ilmu
sosial-humaniora. Dan, tak hanya di lingkungan kampus yang bersangkutan,
tetapi juga dalam jagat keilmuan Indonesia. Terutama sekali dalam bidang
kajian pedesaan, yang kini mulai ditinggalkan.

Khusus untuk Wertheim Collection, selain jarang dikunjungi
mahasiswa---suatu fenomena umum di semua perpustakaan di negeri ini, AC
yang sudah terpasang tak dihidupkan saban waktu. Betapapun, di ketiga
perpustakaan, hanya ruangan Wertheim Collection yang sudah terpasang AC.
Di perpustakaan utama pusat studi itu memang terdapat AC zaman
//baheula//, tetapi sudah tidak berfungsi. Jadi, begitu terik surya
memuncak, keringat pun bercucuran.

Proses klasifikasi dan penataan buku Wertheim Collection pun tak
berjalan. Lebih dari separuh buku-buku Wertheim Collection itu berbahasa
Belanda. Berdasarkan data yang dimiliki pihak pusat studi, koleksi
Wertheim Collection itu 1.980 berbahasa Belanda, 1.094 berbahasa
Inggris, 277 berbahasa Indonesia. Pustakawan di pusat studi tersebut
mengaku bahwa pihak pusat studi sekarang tak memiliki dana buat
pengelolaannya. Katanya, hal itu mencakup ketidakmampuan menempatkan
seorang yang fasih berbahasa Belanda untuk membantu kelancaran
klasifikasi dan penataan. Buku-buku pun asal ditaruh di atas rak.

Mulanya, buku-buku koleksi Wertheim itu sempat diajukan agar dikelola
perpustakaan pusat kampus yang bersangkutan. Tetapi, hal itu pun
ditampik. Perpustakaan kampus itu sekarang mengelola ribuan buku yang
dulu sempat menjadi pemenuh Perpustakaan Hatta, dengan cara yang tidak
kalah memilukan. Buku-buku dibiarkan berdebu dan ditempatkan dalam
ruangan yang tidak ber-AC. Kampus tertua di Indonesia tersebut tampaknya
mulai tidak dipercaya untuk mengelola buku. Tak pelak, ketika Sartono
Kartodirdjo meninggal, ribuan koleksinya pun dipercayakan oleh pihak
keluarga almarhum ke kampus lainnya.

Beberapa tahun lalu, pihak pusat studi pernah mengajukan proposal dana
pengelolaan Wertheim Collection, tetapi disetujui dengan dana yang tak
banyak. Proposal tersebut pun justru tidak diajukan kepada para pembesar
universitas. Upaya ini tentulah membikin miris. Untuk sekadar membiayai
operasionalisasi satu ruang perpustakaan, sebuah pusat studi dari kampus
tertua di Indonesia ini tidak mampu mengusahakan secara mandiri. Di
tengah biaya melimpah yang diterima oleh kampus dari ribuan mahasiswa
setiap tahun, ternyata hanya pembangunan gedung perkuliahan yang terus
digenjot. Fasilitas gedung semakin mewah, tetapi sumber pustaka bagi
mahasiswa dibiarkan lapuk digerogoti kutu buku dan debu.

Keberadaan koleksi buku yang merupakan "wakaf" dari seorang ilmuwan
sebenarnya mesti mendapatkan perhatian lebih. Sebab, tidak hanya sebagai
prestise akademik sebuah institusi perguruan tinggi, tetapi juga
merupakan "cagar alam" untuk menelusuri bagaimana seorang ilmuwan
tersebut bergelut dengan dirinya dalam keheningan di depan ribuan
referensi. Saya bisa "menyaksikan" seorang Wertheim yang mencoret-coret
berbagai bukunya dengan pensil demi menuangkan buah pemikiran dalam
sebuah buku. Salah satunya, itulah imajinasi saya seketika menyimak
sejenak buku Wertheim Collection. Tiada surga seindah itu di dunia ini.

*Yogyakarta, 22 Juni 2011*

/Setelah mampir lagi ke Wertheim Collection pada Selasa, 21 Juni 2011

------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
wanita-muslimah-digest@yahoogroups.com
wanita-muslimah-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

0 comments:

Post a Comment