Berandalan Bermotor Merenggut Anak Kesayanganku (2)
Pintar Mencari Uang Sendiri
RAMDANI selalu merasa beruntung dianugerahi anak seperti Rangga. Anak sulungnya itu memiliki segalanya, tampan, ramah, jago main musik, dan pandai bergaul. Rangga pun termasuk anak yang aktif dalam kegiatan organisasi seperti karang taruna dan remaja masjid. Ketika beranjak remaja dan mulai tertarik pada lawan jenis, Rangga tetap pada nasihat orangtuanya untuk tidak kebablasan dalam berpacaran. bagaimana selanjutnya? Berikut kisahnya seperti yang dituturkan Ramdani kepada Yulinda Andriani.
KOMITMEN anakku dalam hal bergaul dengan teman wanitanya memang sangat kubutuhkan karena aku tak mungkin terusmenerus menjaganya selama 24 jam. Ia kini sudah besar, sudah duduk di bangku SMA, sehingga tentu saja memiliki jangkauan pergaulan yang luas dan tak mungkin bisa kukontrol. Selain akan mengganggu privasinya, aku pun punya kesibukan sendiri yang menyita waktu. Karena itu, komitmen dan janji yang sungguh-sungguh dari Rangga sangat diperlukan agar aku tenang dalam menjalani rutinitas.
Pada suatu malam, aku dilanda perasaan khawatir karena hingga pukul 24.00, Rangga tidak kunjung pulang. Biasanya tidak begini. Walau bagaimanapun sibuknya, ia selalu pulang sebelum pukul sembilan malam.
Kalaupun hendak begadang atau menginap di rumah temannya, biasanya ia pulang dulu untuk minta izin. Tapi kali ini ia tidak melakukannya. Semenjak keluar rumah pagi hari untuk sekolah, ia belum kembali. Ia pun tidak menitipkan pesan akan pulang terlambat, baik kepadaku maupun kepada ibunya.
Selain itu, Rangga berangkat dengan menggunakan sepeda motor. Itu artinya ia hanya pergi untuk bersekolah saja. Ia memang hanya kuperbolehkan membawa motor hanya untuk ke sekolah, sementara untuk kegiatan yang lain tidak kuizinkan. Itu kulakukan agar ia tak keluyuran ke sana kemari tanpa juntrungannya. Rangga pun tahu, motor tersebut biasanya kupakai sore hari untuk memeriksa air di sawah kami yang terletak di desa tetangga. Sehingga ada perjanjian tak tertulis di antara kami, pagi hari motor dipakai Rangga, sore hari sepulang dia sekolah akulah yang berhak mengendarainya.
Anak itu sudah mengerti hal itu sehingga ia selalu cepat pulang kalau mengendarai motor. Sedangkan kalau ada kegiatan yang menyita waktunya di sekolah, seperti mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau hal lainnya, maka pagi harinya ia akan berangkat dengan kendaraan umum.
Ingatan mengenai hal itu semakin menambah kekhawatiranku. Pasti ada sesuatu yang membuat Rangga belum pulang. Aku segera menyuruh istriku menelepon teman-teman Rangga yang nomornya diketahui, sementara aku mendatangi teman-temannya yang masih tetangga kami. Sambil meminta maaf karena telah mengganggu malam-malam, satu per satu aku mendatangi setiap rumah, namun hasilnya nihil. Tak satu pun teman Rangga yang sekampung melihat anakku. Hal itu membuat kekhawatiranku semakin memuncak.
Kabar baik yang kuharap dari istriku juga tak kunjung datang. Menurutnya, tidak ada satu pun teman Rangga yang dihubungi mengetahui keberadaannya.
Beruntung beberapa saat kemudian kudengar gerung suara motor berhenti di depan rumah. Diikuti ketukan di pintu dan ucapan salam. Suara Rangga!
Aku menjawab salamnya dan langsung bergegas menuju pintu serta membukanya. Perasaan lega serta-merta memenuhi seluruh tubuhku ketika kulihat Rangga di luar. Anak itu terlihat kusut masai dan tampak sangat lelah. Aku kemudian menyuruhnya memasukkan motor ke garasi dan cepat membersihkan diri. Setelah itu aku langsung pergi ke tempat tidur. Aku tidak mau menegurnya malam itu juga. Rangga pasti sudah sangat ingin beristirahat dan sudah tak punya tenaga lagi untuk mendengar omelan orangtuanya. Biarlah itu kulakukan esok hari setelah segala emosi mengendap dan akal sehat sudah kembali prima. Cukuplah malam itu ibunya saja yang menegurnya, lagi pula ia lebih penyabar.
Cari uang
Keesokan harinya saat kami sarapan, Rangga meminta maaf karena telah pulang telat. Menurutnya, ia tak sempat pulang karena seusai bubaran sekolah, ia dan teman-teman main bandnya, diminta kepala sekolah untuk tampil dalam resepsi pernikahan anaknya di sebuah gedung. Padatnya acara membuatnya tak sempat pergi ke telepon umum atau wartel untuk menghubungi keluarga (saat itu handphone belum populer seperti sekarang dan hanya orang-orang tertentu saja yang memakainya).
Meski demikian, katanya, rasa lelahnya tergantikan karena di acara itu mereka bisa makan sepuasnya dan menerima bayaran yang lumayan untuk sebuah band SMA pemula seperti mereka. Dari kepala sekolahnya, setiap personel band kebagian uang seratus ribu rupiah. Rangga senang bukan kepalang dengan hasil kerjanya itu. Tak henti-henti ia memuji kepala sekolahnya yang tetap bersikap profesional walaupun yang mengisi acara resepsi pernikahan hanyalah anak didiknya.
Aku menerima permintaan maaf Rangga. Aku pun sebenarnya bangga karena Rangga sudah pintar mencari uang sendiri. Meskipun demikian, kuingatkan dia agar meminta izin atau menelepon dulu kalau ada kegiatan yang mendadak. Walau bagaimanapun, keluarga di rumah pasti khawatir kalau ia pergi begitu saja tanpa memberi kabar. Ia mengangguk mengerti, dan aku tahu Rangga pasti mencerna baik-baik nasihatku itu. Dia tipe anak yang penurut.
Selanjutnya kami kembali beraktivitas seperti biasa, aku berangkat ke kantor dan Rangga menuju sekolahnya. Kejadian malam sebelumnya hanyalah riak kecil yang jarang terjadi dalam kehidupan kami --aku dan Rangga-- sebagai ayah dan anak.
Pada suatu malam, aku dilanda perasaan khawatir karena hingga pukul 24.00, Rangga tidak kunjung pulang. Biasanya tidak begini. Walau bagaimanapun sibuknya, ia selalu pulang sebelum pukul sembilan malam.
Kalaupun hendak begadang atau menginap di rumah temannya, biasanya ia pulang dulu untuk minta izin. Tapi kali ini ia tidak melakukannya. Semenjak keluar rumah pagi hari untuk sekolah, ia belum kembali. Ia pun tidak menitipkan pesan akan pulang terlambat, baik kepadaku maupun kepada ibunya.
Selain itu, Rangga berangkat dengan menggunakan sepeda motor. Itu artinya ia hanya pergi untuk bersekolah saja. Ia memang hanya kuperbolehkan membawa motor hanya untuk ke sekolah, sementara untuk kegiatan yang lain tidak kuizinkan. Itu kulakukan agar ia tak keluyuran ke sana kemari tanpa juntrungannya. Rangga pun tahu, motor tersebut biasanya kupakai sore hari untuk memeriksa air di sawah kami yang terletak di desa tetangga. Sehingga ada perjanjian tak tertulis di antara kami, pagi hari motor dipakai Rangga, sore hari sepulang dia sekolah akulah yang berhak mengendarainya.
Anak itu sudah mengerti hal itu sehingga ia selalu cepat pulang kalau mengendarai motor. Sedangkan kalau ada kegiatan yang menyita waktunya di sekolah, seperti mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau hal lainnya, maka pagi harinya ia akan berangkat dengan kendaraan umum.
Ingatan mengenai hal itu semakin menambah kekhawatiranku. Pasti ada sesuatu yang membuat Rangga belum pulang. Aku segera menyuruh istriku menelepon teman-teman Rangga yang nomornya diketahui, sementara aku mendatangi teman-temannya yang masih tetangga kami. Sambil meminta maaf karena telah mengganggu malam-malam, satu per satu aku mendatangi setiap rumah, namun hasilnya nihil. Tak satu pun teman Rangga yang sekampung melihat anakku. Hal itu membuat kekhawatiranku semakin memuncak.
Kabar baik yang kuharap dari istriku juga tak kunjung datang. Menurutnya, tidak ada satu pun teman Rangga yang dihubungi mengetahui keberadaannya.
Beruntung beberapa saat kemudian kudengar gerung suara motor berhenti di depan rumah. Diikuti ketukan di pintu dan ucapan salam. Suara Rangga!
Aku menjawab salamnya dan langsung bergegas menuju pintu serta membukanya. Perasaan lega serta-merta memenuhi seluruh tubuhku ketika kulihat Rangga di luar. Anak itu terlihat kusut masai dan tampak sangat lelah. Aku kemudian menyuruhnya memasukkan motor ke garasi dan cepat membersihkan diri. Setelah itu aku langsung pergi ke tempat tidur. Aku tidak mau menegurnya malam itu juga. Rangga pasti sudah sangat ingin beristirahat dan sudah tak punya tenaga lagi untuk mendengar omelan orangtuanya. Biarlah itu kulakukan esok hari setelah segala emosi mengendap dan akal sehat sudah kembali prima. Cukuplah malam itu ibunya saja yang menegurnya, lagi pula ia lebih penyabar.
Cari uang
Keesokan harinya saat kami sarapan, Rangga meminta maaf karena telah pulang telat. Menurutnya, ia tak sempat pulang karena seusai bubaran sekolah, ia dan teman-teman main bandnya, diminta kepala sekolah untuk tampil dalam resepsi pernikahan anaknya di sebuah gedung. Padatnya acara membuatnya tak sempat pergi ke telepon umum atau wartel untuk menghubungi keluarga (saat itu handphone belum populer seperti sekarang dan hanya orang-orang tertentu saja yang memakainya).
Meski demikian, katanya, rasa lelahnya tergantikan karena di acara itu mereka bisa makan sepuasnya dan menerima bayaran yang lumayan untuk sebuah band SMA pemula seperti mereka. Dari kepala sekolahnya, setiap personel band kebagian uang seratus ribu rupiah. Rangga senang bukan kepalang dengan hasil kerjanya itu. Tak henti-henti ia memuji kepala sekolahnya yang tetap bersikap profesional walaupun yang mengisi acara resepsi pernikahan hanyalah anak didiknya.
Aku menerima permintaan maaf Rangga. Aku pun sebenarnya bangga karena Rangga sudah pintar mencari uang sendiri. Meskipun demikian, kuingatkan dia agar meminta izin atau menelepon dulu kalau ada kegiatan yang mendadak. Walau bagaimanapun, keluarga di rumah pasti khawatir kalau ia pergi begitu saja tanpa memberi kabar. Ia mengangguk mengerti, dan aku tahu Rangga pasti mencerna baik-baik nasihatku itu. Dia tipe anak yang penurut.
Selanjutnya kami kembali beraktivitas seperti biasa, aku berangkat ke kantor dan Rangga menuju sekolahnya. Kejadian malam sebelumnya hanyalah riak kecil yang jarang terjadi dalam kehidupan kami --aku dan Rangga-- sebagai ayah dan anak.
(bersambung)**
--
silahkan bantu kami dengan bergabung dan daftarkan diri anda di sini
__._,_.___
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
.
__,_._,___
0 comments:
Post a Comment