Berandalan Bermotor Merenggut Anak Kesayanganku (3)
Tak Mampu Menangkap Isyarat Perpisahan
DICERITAKAN sebelumnya, Dani dilanda kekhawatiran karena Rangga belum juga pulang hingga tengah malam. Biasanya sesibuk apa pun, ia selalu menyempatkan diri untuk pulang dan meminta izin dulu kepada kedua orangtuanya. Didorong rasa khawatir, Dani pun mendatangi beberapa rumah teman Dani untuk mencari keberadaan Rangga. Namun, tak ada seorang pun yang tahu. Untunglah beberapa saat kemudian Rangga pulang. Ternyata ia diminta kepala sekolah untuk bermain band di acara pernikahan. Bagaimana selanjutnya? Berikut kisahnya seperti yang dituturkan Ramdani kepada Yulinda Andriani.
ADA ungkapan yang sering kudengar mengatakan, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Menurutku ungkapan itu adalah salah satu jenis dari pengakuan kita atas takdir yang telah digariskan oleh Yang Mahakuasa. Manusia boleh berupaya semampunya, namun hasil akhirnya tetap merupakan wewenang Allah SWT.
Ungkapan lainnya berkata, manusia berencana, namun Tuhanlah yang menentukan. Bolehlah manusia berandai-andai mengenai mimpi dan harapannya di masa depan, namun sudah ada jalurjalur tertentu yang telah digariskan Tuhan Yang Maha Esa untuk kita jalani. Meski demikian, tentu saja kita juga tidak boleh hanya berpasrah diri saja menerima takdir yang akan datang. Bukankah Allah SWT juga mengharuskan setiap insan untuk berusaha memperbaiki kehidupannya. Karena, Dia tak akan mengubah keadaan seseorang kalau yang bersangkutan tidak melakukan upaya untuk mengubahnya sendiri.
Pada suatu hari di sebuah akhir pekan, sepulang dari tempat kerja aku beranjak menuju kolam tak jauh dari rumah. Sebuah empang warisan dari orangtua yang kujadikan tempat menanam ikan.
Lumayanlah, ikannya dapat kami jadikan sebagai lauk teman makan nasi atau menjadi harapan untuk menambah biaya risiko dapur.
Sekilo dua kilo sering kudapat untuk kemudian kulego di pasar. Sudah beberapa minggu aku tak menengok kolam ini karena sibuk dengan pekerjaan. Kulihat rumput di sekelilingnya tumbuh subur dan tinggi. Pohon cabai rawit dan bawang daun yang kutanam di sekitar pematangnya, tampak merana karena lahan hidupnya semakin terdesak oleh ilalang yang mulai bersemak. Tak bisa kubiarkan. Aku kembali balik kanan menuju rumah untuk mengambil parang dan cangkul. Rangga yang baru pulang sekolah kuajak serta. Ia tampak bersemangat. Katanya ia sekalian mau memancing ikan untuk dibakar malamnya bersama teman- teman.
Tanpa banyak bicara lagi, sesampai di kolam aku segera membabat ilalang dan semak, sementara Rangga kusuruh merapikan bidang- bidang pematang dari rumput dan menutup lubang-lubang kepiting yang bisa membuat kolam jebol.
Sambil bekerja, Rangga meminta izin kepadaku untuk pergi bermalam mingguan di rumah temannya untuk membuat nasi liwet dan membakar ikan. Aku mengizinkannya sambil tersenyum. Nasi liwet dan ikan bakar, sungguh sedap, aku jadi teringat masa mudaku dulu dan teman-teman yang kini entah berada di mana. Persis seperti Rangga dan teman-temannya, begadang hingga jauh malam sambil makan-makan di tengah suasana akrab dan canda tawa.
Sangat indah. Setelah kolam bersih dan pematangnya bebas dari rumput dan benalu , aku langsung pulang, sementara Rangga tetap tinggal untuk memancing.
Sore harinya, Rangga pamit sambil menenteng plastik berisi hasil tangkapannya. Kulihat wajahnya riang dan banyak mengumbar senyum. Masuk akal, ia akan mengadakan pesta bakar ikan yang meriah malam ini. Diciumnya tanganku dengan takzim, demikian pula kepada ibunya. Bahkan tak seperti biasanya ia mencium kedua pipi ibunya sambil meminta maaf karena selalu merepotkan.
"Kau ini, seperti hendak pegi jauh saja," kataku sambil menepuk pundaknya.
Rangga hanya tersenyum sambil berlalu menuju sepeda motornya. Kuizinkan ia memakai sepeda motor malam ini, yah sedikit memberinya kelonggaran agar bisa bersenang-senang dan menikmati masa mudanya.
Tak sedikit pun terbersit dalam benakku bahwa itulah untuk terakhir kalinya aku bertemu dengan Rangga. Deru motornya yang pergi menjauh, tak kukira merupakan pengantar kepergian anak kami itu untuk selama-lamanya. Sama sekali kami tidak mendapat firasat apa pun. Atau mungkin saja ada, tapi kami terlalu bebal untuk menangkapnya dan menerjemahkannya sebagai penanda akhir kebersamaan kami.
Dengan meminjam sudut pandang salah seorang teman Rangga, berikut ini kututurkan kronologis kejadiannya.
Sore itu Rangga datang ke rumah temannya, sebut saja namanya Amin, dengan bersepeda motor. Ia tampak gembira karena di rumah Amin juga ada temannya yang lain, Adi (nama samaran). Rangga memperlihatkan dan membanggakan ikan hasil pancingannya kepada teman- temannya. Menurutnya, ikan dari empang ayahnya itu selalu gurih dan empuk. Ketiga sahabat itu kemudian merencanakan acara makan-makan di rumah salah satu temannya yang agak jauh, Fahmi (juga nama samaran).
Setelah sepakat, mereka bertiga pun berangkat. Rangga berboncengan dengan Adi, sedangkan Amin mengendarai motor sendiri. Mereka tidak terburu-buru dan mengendarai motor dengan santai.
Bahkan mereka sempat mampir dulu ke sebuah warung untuk membeli bumbu dan makanan sebagai pelengkap tambahan untuk bekal mereka begadang. Semua bekal itu akan dibutuhkan sebagai tambahan energi saat menonton pertandingan sepak bola.
Ungkapan lainnya berkata, manusia berencana, namun Tuhanlah yang menentukan. Bolehlah manusia berandai-andai mengenai mimpi dan harapannya di masa depan, namun sudah ada jalurjalur tertentu yang telah digariskan Tuhan Yang Maha Esa untuk kita jalani. Meski demikian, tentu saja kita juga tidak boleh hanya berpasrah diri saja menerima takdir yang akan datang. Bukankah Allah SWT juga mengharuskan setiap insan untuk berusaha memperbaiki kehidupannya. Karena, Dia tak akan mengubah keadaan seseorang kalau yang bersangkutan tidak melakukan upaya untuk mengubahnya sendiri.
Pada suatu hari di sebuah akhir pekan, sepulang dari tempat kerja aku beranjak menuju kolam tak jauh dari rumah. Sebuah empang warisan dari orangtua yang kujadikan tempat menanam ikan.
Lumayanlah, ikannya dapat kami jadikan sebagai lauk teman makan nasi atau menjadi harapan untuk menambah biaya risiko dapur.
Sekilo dua kilo sering kudapat untuk kemudian kulego di pasar. Sudah beberapa minggu aku tak menengok kolam ini karena sibuk dengan pekerjaan. Kulihat rumput di sekelilingnya tumbuh subur dan tinggi. Pohon cabai rawit dan bawang daun yang kutanam di sekitar pematangnya, tampak merana karena lahan hidupnya semakin terdesak oleh ilalang yang mulai bersemak. Tak bisa kubiarkan. Aku kembali balik kanan menuju rumah untuk mengambil parang dan cangkul. Rangga yang baru pulang sekolah kuajak serta. Ia tampak bersemangat. Katanya ia sekalian mau memancing ikan untuk dibakar malamnya bersama teman- teman.
Tanpa banyak bicara lagi, sesampai di kolam aku segera membabat ilalang dan semak, sementara Rangga kusuruh merapikan bidang- bidang pematang dari rumput dan menutup lubang-lubang kepiting yang bisa membuat kolam jebol.
Sambil bekerja, Rangga meminta izin kepadaku untuk pergi bermalam mingguan di rumah temannya untuk membuat nasi liwet dan membakar ikan. Aku mengizinkannya sambil tersenyum. Nasi liwet dan ikan bakar, sungguh sedap, aku jadi teringat masa mudaku dulu dan teman-teman yang kini entah berada di mana. Persis seperti Rangga dan teman-temannya, begadang hingga jauh malam sambil makan-makan di tengah suasana akrab dan canda tawa.
Sangat indah. Setelah kolam bersih dan pematangnya bebas dari rumput dan benalu , aku langsung pulang, sementara Rangga tetap tinggal untuk memancing.
Sore harinya, Rangga pamit sambil menenteng plastik berisi hasil tangkapannya. Kulihat wajahnya riang dan banyak mengumbar senyum. Masuk akal, ia akan mengadakan pesta bakar ikan yang meriah malam ini. Diciumnya tanganku dengan takzim, demikian pula kepada ibunya. Bahkan tak seperti biasanya ia mencium kedua pipi ibunya sambil meminta maaf karena selalu merepotkan.
"Kau ini, seperti hendak pegi jauh saja," kataku sambil menepuk pundaknya.
Rangga hanya tersenyum sambil berlalu menuju sepeda motornya. Kuizinkan ia memakai sepeda motor malam ini, yah sedikit memberinya kelonggaran agar bisa bersenang-senang dan menikmati masa mudanya.
Tak sedikit pun terbersit dalam benakku bahwa itulah untuk terakhir kalinya aku bertemu dengan Rangga. Deru motornya yang pergi menjauh, tak kukira merupakan pengantar kepergian anak kami itu untuk selama-lamanya. Sama sekali kami tidak mendapat firasat apa pun. Atau mungkin saja ada, tapi kami terlalu bebal untuk menangkapnya dan menerjemahkannya sebagai penanda akhir kebersamaan kami.
Dengan meminjam sudut pandang salah seorang teman Rangga, berikut ini kututurkan kronologis kejadiannya.
Sore itu Rangga datang ke rumah temannya, sebut saja namanya Amin, dengan bersepeda motor. Ia tampak gembira karena di rumah Amin juga ada temannya yang lain, Adi (nama samaran). Rangga memperlihatkan dan membanggakan ikan hasil pancingannya kepada teman- temannya. Menurutnya, ikan dari empang ayahnya itu selalu gurih dan empuk. Ketiga sahabat itu kemudian merencanakan acara makan-makan di rumah salah satu temannya yang agak jauh, Fahmi (juga nama samaran).
Setelah sepakat, mereka bertiga pun berangkat. Rangga berboncengan dengan Adi, sedangkan Amin mengendarai motor sendiri. Mereka tidak terburu-buru dan mengendarai motor dengan santai.
Bahkan mereka sempat mampir dulu ke sebuah warung untuk membeli bumbu dan makanan sebagai pelengkap tambahan untuk bekal mereka begadang. Semua bekal itu akan dibutuhkan sebagai tambahan energi saat menonton pertandingan sepak bola.
(bersambung)**
--
silahkan bantu kami dengan bergabung dan daftarkan diri anda di sini
__._,_.___
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
.
__,_._,___
0 comments:
Post a Comment