Berandalan Bermotor Merenggut Anak Kesayanganku (4)
Melarikan Diri dari Teror
DALAM kisah sebelumnya, Rangga meminta izin kepada ayahnya untuk bermalam mingguan bersama teman-temannya. Rangga pun sengaja menangkap ikan dari kolam agar acara begadang dengan teman-temannya menjadi lebih semarak. Ia dan teman-temannya berencana menonton bola sambil makan nasi liwet dan ikan bakar. Ramdani tentu saja mengabulkan permintaan anaknya itu. Sedikit pun ia tidak mengira itulah terakhir kalinya ia bertemu dengan anaknya. Bagaimana selanjutnya? Berikut kisahnya seperti yang dituturkan Ramdani kepada Yulinda Andriani.
TIBA di sebuah pom bensin, mereka berhenti untuk mengisi bahan bakar. Saat itulah Rangga dan teman-teman melihat rombongan anak remaja yang mengendarai sepeda motor juga masuk area SPBU. Mereka tidak hendak mengisi bensin, melainkan sekadar show up (pamer) untuk membuat orang lain takut. Di antara mereka ada yang berputar-putar di area SPBU yang agak luas sambil melakukan manuver berbahaya, standing dengan sembrono dan nyaris menyerempet seorang pembeli bensin. Yang lainnya memainkan gas sehingga suara motor meraung-raung keras. Beberapa dari mereka bahkan memalak seorang remaja dan teman perempuannya yang hendak membeli bensin.
Adi mengenali salah seorang dari berandalan bermotor itu, sebut saja namanya Abro (nama samaran), yang merupakan seniornya di sekolah. Bahkan orang itu juga pernah mengajak Adi untuk bergabung dengan geng berandalan itu, namun ditolak. Seperti Rangga, Adi adalah tipe anak rumahan yang tak mau macam-macam dan tak banyak ulah, apalagi membuat kegaduhan dan mengganggu ketertiban umum. Ia sama sekali tak melihat manfaat dari bergabung dengan kelompok Abro dan kawan-kawannya.
Melihat gelagat yang kurang baik dengan kedatangan gerombolan berandalan itu, Adi meminta Rangga dan Amin segera beranjak dari tempat itu. Walaupun tangki motor tidak sempat diisi bensin karena antrean masih panjang, ketiganya memutuskan untuk segera pergi. Berlama-lama di tempat itu bisa membuat mereka terkena masalah.
Akan tetapi ternyata perhitungan mereka salah. Justru karena meninggalkan antrean, Rangga dkk. menjadi menarik perhatian anggota berandalan itu. Abro yang mengenali Adi, segera berbisik kepada seorang koleganya yang tampak memiliki pengaruh di antara mereka. Kemudian, serempak para berandalan yang mengendarai puluhan sepeda motor itu bergerak meninggalkan area SPBU, meninggalkan rasa lega bagi para konsumen dan para pegawainya.
Namun tidak demikian dengan Rangga dan kawan-kawan. Bagi mereka, justru teror itu baru dimulai. Melihat Abro dan gerombolannya ikut bergerak, Adi meminta Rangga dan Amin mempercepat laju sepeda motor, menerobos arus lalu lintas yang saat itu sedang ramai. Untuk segera lepas dari pantauan para anggota berandalan itu, selepas menikung, ketiga sekawan itu segera keluar dari jalan raya dan mengambil jalan pintas ke sebuah jalan yang lebih kecil dan tidak terlalu ramai.
Akan tetapi, lagi-lagi mereka tidak berhasil. Ada seorang anggota berandalan itu yang rupanya ditugaskan semacam "pengintai" di depan, melihat ketiganya beralih jalur. Maka, rombongan pengacau itu pun ikut berbelok. Mereka tampaknya sudah memulai "perburuan" karena lajunya semakin cepat. Beberapa dari mereka bahkan berani mengacung-acungkan samurai ke udara, membuat pengguna jalan lain merasa ngeri dan memilih meminggirkan kendaraannya, membiarkan para begundal itu lewat lebih dulu.
Selain piawai bermain musik, Rangga juga terkenal mahir mengendarai sepeda motor. Ia pun menguasai beberapa trik dan manuver bersepeda motor seperti yang dipertontonkan anggota berandalan bermotor itu sebelumnya. Demikian pula untuk urusan ngebut, ia pun jagonya. Bahkan kalau tidak kularang, ia sempat mengutarakan niatnya untuk ikut-ikutan balapan dengan motor bebek "underbonne".
Namun sayangnya, sepeda motor yang ditunggangi Rangga saat itu adalah kendaraan tua, produk keluaran tahun '80-an, yang bahkan sudah ada sebelum Rangga lahir. Walaupun motor tersebut mesinnya bandel sehingga menjadi kesayangan kami, tetap saja hanya seonggok motor tua yang tak akan mampu melawan sepeda motor keluaran baru yang lebih cepat dan fresh. Rangga berusaha memacu sepeda motornya hingga pol. Kendaraan itu sampai terguncang-guncang dan tidak stabil karena tak biasa dipacu sekencang itu. Semakin lama, para berandalan bermotor di belakangnya semakin dekat. Teriakan mereka sudah terdengar memaki-maki sambil mengacung-acungkan samurai.
Sementara itu, Amin lebih beruntung. Selain sepeda motornya keluaran baru, ia pun tidak membawa penumpang di belakangnya, sehingga lajunya bisa lebih cepat. Rangga tidak mampu mengimbangi kecepatan sepeda motor Amin sehingga lama-kelamaan ia semakin ketinggalan.
Di sebuah ruas jalan yang tidak terlalu mulus, Rangga tak mampu mengendalikan kendaraannya setelah menghindari sebuah lubang. Apalagi dari belakangnya memburu salah satu begundal itu dengan kecepatan tinggi. Anggota geng yang dibonceng menendang bagian belakang motor yang ditumpangi Rangga dan Adi, sehingga tak ayal dua sekawan itu pun terjatuh dengan keras.
Adi mengenali salah seorang dari berandalan bermotor itu, sebut saja namanya Abro (nama samaran), yang merupakan seniornya di sekolah. Bahkan orang itu juga pernah mengajak Adi untuk bergabung dengan geng berandalan itu, namun ditolak. Seperti Rangga, Adi adalah tipe anak rumahan yang tak mau macam-macam dan tak banyak ulah, apalagi membuat kegaduhan dan mengganggu ketertiban umum. Ia sama sekali tak melihat manfaat dari bergabung dengan kelompok Abro dan kawan-kawannya.
Melihat gelagat yang kurang baik dengan kedatangan gerombolan berandalan itu, Adi meminta Rangga dan Amin segera beranjak dari tempat itu. Walaupun tangki motor tidak sempat diisi bensin karena antrean masih panjang, ketiganya memutuskan untuk segera pergi. Berlama-lama di tempat itu bisa membuat mereka terkena masalah.
Akan tetapi ternyata perhitungan mereka salah. Justru karena meninggalkan antrean, Rangga dkk. menjadi menarik perhatian anggota berandalan itu. Abro yang mengenali Adi, segera berbisik kepada seorang koleganya yang tampak memiliki pengaruh di antara mereka. Kemudian, serempak para berandalan yang mengendarai puluhan sepeda motor itu bergerak meninggalkan area SPBU, meninggalkan rasa lega bagi para konsumen dan para pegawainya.
Namun tidak demikian dengan Rangga dan kawan-kawan. Bagi mereka, justru teror itu baru dimulai. Melihat Abro dan gerombolannya ikut bergerak, Adi meminta Rangga dan Amin mempercepat laju sepeda motor, menerobos arus lalu lintas yang saat itu sedang ramai. Untuk segera lepas dari pantauan para anggota berandalan itu, selepas menikung, ketiga sekawan itu segera keluar dari jalan raya dan mengambil jalan pintas ke sebuah jalan yang lebih kecil dan tidak terlalu ramai.
Akan tetapi, lagi-lagi mereka tidak berhasil. Ada seorang anggota berandalan itu yang rupanya ditugaskan semacam "pengintai" di depan, melihat ketiganya beralih jalur. Maka, rombongan pengacau itu pun ikut berbelok. Mereka tampaknya sudah memulai "perburuan" karena lajunya semakin cepat. Beberapa dari mereka bahkan berani mengacung-acungkan samurai ke udara, membuat pengguna jalan lain merasa ngeri dan memilih meminggirkan kendaraannya, membiarkan para begundal itu lewat lebih dulu.
Selain piawai bermain musik, Rangga juga terkenal mahir mengendarai sepeda motor. Ia pun menguasai beberapa trik dan manuver bersepeda motor seperti yang dipertontonkan anggota berandalan bermotor itu sebelumnya. Demikian pula untuk urusan ngebut, ia pun jagonya. Bahkan kalau tidak kularang, ia sempat mengutarakan niatnya untuk ikut-ikutan balapan dengan motor bebek "underbonne".
Namun sayangnya, sepeda motor yang ditunggangi Rangga saat itu adalah kendaraan tua, produk keluaran tahun '80-an, yang bahkan sudah ada sebelum Rangga lahir. Walaupun motor tersebut mesinnya bandel sehingga menjadi kesayangan kami, tetap saja hanya seonggok motor tua yang tak akan mampu melawan sepeda motor keluaran baru yang lebih cepat dan fresh. Rangga berusaha memacu sepeda motornya hingga pol. Kendaraan itu sampai terguncang-guncang dan tidak stabil karena tak biasa dipacu sekencang itu. Semakin lama, para berandalan bermotor di belakangnya semakin dekat. Teriakan mereka sudah terdengar memaki-maki sambil mengacung-acungkan samurai.
Sementara itu, Amin lebih beruntung. Selain sepeda motornya keluaran baru, ia pun tidak membawa penumpang di belakangnya, sehingga lajunya bisa lebih cepat. Rangga tidak mampu mengimbangi kecepatan sepeda motor Amin sehingga lama-kelamaan ia semakin ketinggalan.
Di sebuah ruas jalan yang tidak terlalu mulus, Rangga tak mampu mengendalikan kendaraannya setelah menghindari sebuah lubang. Apalagi dari belakangnya memburu salah satu begundal itu dengan kecepatan tinggi. Anggota geng yang dibonceng menendang bagian belakang motor yang ditumpangi Rangga dan Adi, sehingga tak ayal dua sekawan itu pun terjatuh dengan keras.
(bersambung)**
--
silahkan bantu kami dengan bergabung dan daftarkan diri anda di sini
__._,_.___
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
.
__,_._,___
0 comments:
Post a Comment