Berandalan Bermotor Merenggut Anak Kesayanganku (5)
Menerima Kabar Duka Selepas Isya
SEBELUMNYA diceritakan, Rangga berangkat bersama dua temannya untuk mengadakan acara di rumah salah satu temannya. Namun saat hendak mengisi bensin, ada rombongan berandalan bermotor yang berulah di sekitar SPBU. Karena tidak mau terkena masalah, Rangga dan teman-temannya kemudian segera meninggalkan pom bensin itu. Namun, hal itu justru menarik perhatian para berandalan itu. Akibatnya, Rangga dan kawan-kawan pun diburu kawanan berandalan itu. Bagaimana selanjutnya? Berikut kisahnya seperti yang dituturkan Ramdani kepada Yulinda Andriani.
MELIHAT mangsanya jatuh tak berdaya, rombongan berandalan itu girang bukan kepalang. Mereka segera mengepung Rangga dan Adi yang sudah terluka. Si Abro yang sudah merasa gatal, menendang Adi dengan keras hingga terkapar.
"Asup geng mana maneh, geng musuh!" teriaknya sambil merenggut kerah baju Adi. Adi yang sudah tak bertenaga dengan darah yang berleleran dari mulut berusaha membantah tuduhan Abro, namun tidak ditanggapi. Abro kembali meninju wajah Adi hingga ambruk.
Sementara itu, nasib Rangga tak kalah nahas. Ia dikeroyok puluhan anggota geng itu sepuasnya. Anak sulungku berteriak memohon ampun dan belas kasihan, namun para gerombolan itu malah semakin beringas. Beberapa dari mereka bahkan membakar sepeda motor Rangga yang terhumbalang di pinggir jalan.
Berdasarkan cerita yang kemudian kuketahui, saat kejadian banyak warga sekitar yang menyaksikan peristiwa itu. Mereka melihat bagaimana Adi disiksa Abro habishabisan.
Mereka pun melihat bagaimana sengsaranya Rangga menanggung berbagai tinju dan tendangan dari puluhan berandalan itu. Namun, tak ada satu pun dari mereka yang memiliki nyali. Para saksi itu ciut melihat gerombolan yang buas dan bersenjata tajam itu, sehingga memilih diam dan menonton dari kejauhan. Mungkin ada dari mereka yang menghubungi polisi, namun lambat, sangat terlambat, karena pertolongan yang dibutuhkan anakku dan temannya hanya berbilang detik atau menit. Tak lebih dari itu.
Karena, makhluk-makhluk yang berwujud manusia itu demikian bengis. Aku bahkan meragukan mereka memiliki nurani. Bertubi-tubi mereka mengayunkan tangan-tangan jahatnya ke tubuh anakku dengan segenap tenaga yang mereka punya. Mereka pun tak ragu untuk menghunjamkan senjata tajam yang dibawa untuk mengoyak-ngoyak ketampanan anakku.
Siksaan yang diterima Adi dari seniornya yang merasa sakit hati karena ajakannya ditampik juga tak kalah mengiriskan hati. Kedua tangan Adi diikat dengan tambang, lalu diseret dengan sepeda motor yang melaju kencang di jalan yang sama sekali tidak mulus. Tak hanya sampai di situ, satu per satu mereka menggilas tubuh Adi dengan sepeda motor.
Setelah puas melampiaskan berbagai macam kekejaman, para begundal itu pun segera berlalu dari tempat itu dengan penuh kemenangan. Mereka bersorak sorai dan tertawa-tawa melihat dua jasad lawannya yang terkapar di tengah jalan. Para berandalan itu memacu sepeda motornya dengan terburu-buru. Mereka tahu, setelah sebelumnya mereka adalah "pemburu", kini mereka adalah target yang akan diburu polisi. Karena itu harus segera pergi sebelum diringkus aparat hukum.
Barulah setelah rombongan berandalan itu tak tampak lagi batang hidungnya, satu per satu warga berani mendekat. Mereka memeriksa Adi dan Rangga untuk melakukan pertolongan secepatnya. Namun apa yang mereka lakukan hanyalah kesia-siaan karena kedua anak muda itu telah tiada. Keduanya tak sanggup menanggung siksaan para gerombolan itu. Kedua sekawan itu telah mengembuskan napas terakhirnya.
Beberapa saat kemudian polisi datang ke tempat kejadian perkara dan segera melakukan penyelidikan. Anggota lainnya disebar untuk memburu para pengacau yang telah melakukan tindak kriminal itu.
Kabar buruk itu baru kuterima sepulang dari masjid seusai salat isya. Saat itu belum kuketahui secara mendetail kejadian yang menimpa anakku. Si pemberi kabar hanya mengatakan anakku mengalami "kecelakaan" dan saat itu jenazahnya sudah dibawa polisi ke rumah sakit.
Bersama beberapa orang kerabat dan tanpa disertai istri yang histeris dan jatuh pingsan, aku bergegas menuju rumah sakit dengan perasaan yang sangat sulit kugambarkan. Sepanjang perjalanan aku hanya diam, tak ada sepatah kata pun yang terucap.
Berbeda jauh dengan apa yang ada dalam hatiku, seribu gelombang rasanya mengamuk dalam kalbuku, mengaduk-aduk perasaanku dan membuat lidahku kelu. Aku baru bisa meledakkan semua yang terkandung dalam kalbuku setelah melihat jenazah anakku yang terbujur kaku dengan sekujur tubuh penuh luka bekas penganiayaan.
Dari petugas rumah sakit dan polisi yang berjaga di sana barulah kuketahui penyebab meninggalnya anakku dan sahabatnya, Adi. Kesedihan yang mendera berubah wujud menjadi murka setelah mendengar apa yang terjadi pada anakku. Kalau sebelumnya aku hanya terdiam, aku kemudian berubah menjadi histeris dan rasanya ingin menghancurkan apa saja yang ada di dekatku. Dunia rasanya seakan hendak runtuh.
Segala harapan dan cita-citaku bagi buah hatiku musnah sudah, direnggut dengan paksa oleh tangan-tangan kotor para gerombolan bermotor yang kejam dan tak memiliki nurani itu. Entah untuk apa. Ya, aku tak tahu apakah mereka memiliki kebanggaan karenanya.
Setelah proses autopsi dan segala macamnya selesai, jenazah anakku dan Adi segera dibawa pulang. Aku dan orangtua Adi samasama berbagi kesedihan atas kehilangan buah hati kami. Aku memakamkan almarhum Rangga keesokan harinya.
"Asup geng mana maneh, geng musuh!" teriaknya sambil merenggut kerah baju Adi. Adi yang sudah tak bertenaga dengan darah yang berleleran dari mulut berusaha membantah tuduhan Abro, namun tidak ditanggapi. Abro kembali meninju wajah Adi hingga ambruk.
Sementara itu, nasib Rangga tak kalah nahas. Ia dikeroyok puluhan anggota geng itu sepuasnya. Anak sulungku berteriak memohon ampun dan belas kasihan, namun para gerombolan itu malah semakin beringas. Beberapa dari mereka bahkan membakar sepeda motor Rangga yang terhumbalang di pinggir jalan.
Berdasarkan cerita yang kemudian kuketahui, saat kejadian banyak warga sekitar yang menyaksikan peristiwa itu. Mereka melihat bagaimana Adi disiksa Abro habishabisan.
Mereka pun melihat bagaimana sengsaranya Rangga menanggung berbagai tinju dan tendangan dari puluhan berandalan itu. Namun, tak ada satu pun dari mereka yang memiliki nyali. Para saksi itu ciut melihat gerombolan yang buas dan bersenjata tajam itu, sehingga memilih diam dan menonton dari kejauhan. Mungkin ada dari mereka yang menghubungi polisi, namun lambat, sangat terlambat, karena pertolongan yang dibutuhkan anakku dan temannya hanya berbilang detik atau menit. Tak lebih dari itu.
Karena, makhluk-makhluk yang berwujud manusia itu demikian bengis. Aku bahkan meragukan mereka memiliki nurani. Bertubi-tubi mereka mengayunkan tangan-tangan jahatnya ke tubuh anakku dengan segenap tenaga yang mereka punya. Mereka pun tak ragu untuk menghunjamkan senjata tajam yang dibawa untuk mengoyak-ngoyak ketampanan anakku.
Siksaan yang diterima Adi dari seniornya yang merasa sakit hati karena ajakannya ditampik juga tak kalah mengiriskan hati. Kedua tangan Adi diikat dengan tambang, lalu diseret dengan sepeda motor yang melaju kencang di jalan yang sama sekali tidak mulus. Tak hanya sampai di situ, satu per satu mereka menggilas tubuh Adi dengan sepeda motor.
Setelah puas melampiaskan berbagai macam kekejaman, para begundal itu pun segera berlalu dari tempat itu dengan penuh kemenangan. Mereka bersorak sorai dan tertawa-tawa melihat dua jasad lawannya yang terkapar di tengah jalan. Para berandalan itu memacu sepeda motornya dengan terburu-buru. Mereka tahu, setelah sebelumnya mereka adalah "pemburu", kini mereka adalah target yang akan diburu polisi. Karena itu harus segera pergi sebelum diringkus aparat hukum.
Barulah setelah rombongan berandalan itu tak tampak lagi batang hidungnya, satu per satu warga berani mendekat. Mereka memeriksa Adi dan Rangga untuk melakukan pertolongan secepatnya. Namun apa yang mereka lakukan hanyalah kesia-siaan karena kedua anak muda itu telah tiada. Keduanya tak sanggup menanggung siksaan para gerombolan itu. Kedua sekawan itu telah mengembuskan napas terakhirnya.
Beberapa saat kemudian polisi datang ke tempat kejadian perkara dan segera melakukan penyelidikan. Anggota lainnya disebar untuk memburu para pengacau yang telah melakukan tindak kriminal itu.
Kabar buruk itu baru kuterima sepulang dari masjid seusai salat isya. Saat itu belum kuketahui secara mendetail kejadian yang menimpa anakku. Si pemberi kabar hanya mengatakan anakku mengalami "kecelakaan" dan saat itu jenazahnya sudah dibawa polisi ke rumah sakit.
Bersama beberapa orang kerabat dan tanpa disertai istri yang histeris dan jatuh pingsan, aku bergegas menuju rumah sakit dengan perasaan yang sangat sulit kugambarkan. Sepanjang perjalanan aku hanya diam, tak ada sepatah kata pun yang terucap.
Berbeda jauh dengan apa yang ada dalam hatiku, seribu gelombang rasanya mengamuk dalam kalbuku, mengaduk-aduk perasaanku dan membuat lidahku kelu. Aku baru bisa meledakkan semua yang terkandung dalam kalbuku setelah melihat jenazah anakku yang terbujur kaku dengan sekujur tubuh penuh luka bekas penganiayaan.
Dari petugas rumah sakit dan polisi yang berjaga di sana barulah kuketahui penyebab meninggalnya anakku dan sahabatnya, Adi. Kesedihan yang mendera berubah wujud menjadi murka setelah mendengar apa yang terjadi pada anakku. Kalau sebelumnya aku hanya terdiam, aku kemudian berubah menjadi histeris dan rasanya ingin menghancurkan apa saja yang ada di dekatku. Dunia rasanya seakan hendak runtuh.
Segala harapan dan cita-citaku bagi buah hatiku musnah sudah, direnggut dengan paksa oleh tangan-tangan kotor para gerombolan bermotor yang kejam dan tak memiliki nurani itu. Entah untuk apa. Ya, aku tak tahu apakah mereka memiliki kebanggaan karenanya.
Setelah proses autopsi dan segala macamnya selesai, jenazah anakku dan Adi segera dibawa pulang. Aku dan orangtua Adi samasama berbagi kesedihan atas kehilangan buah hati kami. Aku memakamkan almarhum Rangga keesokan harinya.
(bersambung)**
--
silahkan bantu kami dengan bergabung dan daftarkan diri anda di sini
__._,_.___
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
.
__,_._,___
0 comments:
Post a Comment