Advertising

Tuesday 19 June 2012

[wanita-muslimah] Jangan Campur Adukkan Agama dengan Negara

 

 
 
Jangan Campur Adukkan Agama dengan Negara
Penulis : Hillarius U Gani
Selasa, 19 Juni 2012 07:00 WIB
MOSKOW--MICOM: Negara tidak mencampuri urusan agama, sebaliknya umat beragama tidak memengaruhi politik di Rusia.

"Lembaga negara dan politik di sini tidak diciptakan berdasarkan pada pengaruh agama," kata Duta Besar Keliling Kementerian Luar Negeri Rusia untuk negara-negara Islam HE Konstantin Shubalov saat audiensi dengan delegasi pemuda Indonesia di Moskow, Senin (18/6).

Seperti dilaporkan wartawan Media Indonesia, Hillarius U Gani, hadir dalam pertemuan itu Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Noer Fajrieansyah, Ketua Umum PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Addin Jauharudin, Ketua Pergerakan Ekayastra Unmada (Semangat Indonesia Satu) Putut Prabantoro, dan Sekjen Lingkar Studi Mahasiswa Indonesia Dhikayudistira.

Menurut Konstantin, Rusia dan Indonesia memiliki banyak kesamaan dalam konteks penciptaan eksistensi berbagai agama dan budaya. Rusia juga terdiri dari banyak suku bangsa.

Ia menjelaskan Rusia memiliki empat agama tradisional yakni Kristen Ortodoks, Islam, Budha, dan agama Yahudi. Selain itu, ada banyak agama yang sudah ada sebelum terbentuk negara Uni Soviet.

Konstantin juga menambahkan bahwa banyak asosiasi mahasiswa di negaranya, namun tidak ada asosiasi mahasiswa Islam. "Yang ada adalah asosiasi pemuda lintas agama."

Lebih lanjut, ia menjelaskan pada masa pemerintahan Uni Soviet, agama dilarang tapi sekarang agama sangat berkembang di Rusia. Namun, untuk kegiatan rohani, tidak ada lembaga yang dibentuk oleh negara.

Dalam hal Islam, ada yang unik antara Rusia dan Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan umat Islam terbesar di dunia. Tetapi Rusia, kata Konstantin, memiliki kemuftian (majelis ulama) paling banyak di dunia. "Jumlahnya mencapai 70 ribu kemuftian."

Prinsip saling hormat antaragama dan antarumat beragama merupakan hal utama dalam kehidupan beragama di Rusia. "Umat Islam ikut membangun negara ini. Rusia rumah kita bersama. Ini ciri khas Rusia, berbeda dengan Eropa Barat, yang umat muslimnya adalah pendatang," paparnya.

Empat faktor utama yang menjadi sandaran hidup bangsa Rusia, lanjut Konstantin, ialah sejarah bersama, pekerjaan bersama di berbagai sektor, media massa yang seimbang, dan pendidikan yang memadai.

"Di sini sistem pendidikan juga tidak berlandaskan agama. Sesuai undang-undang, dari sekolah anak-anak harus belajar bersama dan jangan membagi anak-anak berdasarkan agama," katanya.

Sementara itu, Putut Prabantoro mengatakan kunjungan ke Rusia merupakan agenda kedua mereka setelah sebelumnya berkunjung ke Vatikan pada September 2011. "Kami pilih Vatikan karena netral dan semua punya hubungan dengan negara itu," ungkapnya.

Dari Vatikan, kata Putut, pihaknya mendapat gambaran tentang Rusia. Negara ini patut didatangi karena mempunyai peran penting dalam pencaturan politik dunia.

"Ini penting bagi kami, tidak saja soal agama, tapi juga suku. Semoga membuka wawasan baru bagi Indonesia, terutama dalam menata kehidupan beragama."

Adapun Ketua Umum HMI Fajrieansyah menilai penuturan Konstantin tentang kehidupan beragama di negara pecahan Uni Soviet itu sangat bermanfaat bagi mereka. Terutama soal bagaimana memelihara pluralitas suku, agama, ras, dan budaya dalam menjaga keutuhan dan kebersamaan.

"Kedatangan kami tidak hanya melihat kehidupan beragama, tapi juga studi komparatif sosial, ekonomi, dan budaya," jelasnya.

Intinya, menurut Fajrie. integritas di Rusia bisa juga diterapkan di Indonesia. HMI memang merupakan organisasi mahasiswa berbasis agama. Namun, lanjut dia, organisasinya tetap berpandangan plural dan mencintai pluralisme sebagai realitas di Tanah Air.

Pada bagian lain, Ketua Umum PMII menambahkan sebagai ormas yang berbasis Islam, pihaknya perlu ikut memdorong wawasan pembangunan yang berkeadilan. "Oleh karena itu, hubungan Indonesia dan Rusia penting dalam rangka membangun politik kawasan yang berkeadilan."

Di akhir pertemuan, Konstantin sempat pula membahas soal konflik umat beragama di Rusia. Konflik itu, menurut dia, tetap ada namun dapat diselesaikan dengan baik oleh kedua kelompok dengan pemerintah sebagai fasilitator.

"Misalnya saja umat Islam tidak setuju dibangun gereja karena tidak mau dengar bel gereja. Juga sebaliknya, misalnya ada yang keberatan melihat banyak orang berkumpul di masjid pada hari raya. Tapi, kedua pihak ketemu dan selesai melalui kompromi dan pemerintah sebagai fasilisator," kata Konstantin. (Hil/OL-15)
TERKAIT

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment