Advertising

Wednesday 28 November 2012

[wanita-muslimah] Kolom IBRAHIM ISA - “BAGAIMANA GENERASI MUDA MEMAHAMI “PERISTIWA 1965”

*Kolom IBRAHIM ISA*
*Rabu, 28 November 2012*
*-----------------------*


"*BAGAIMANA GENERASI MUDA MEMAHAMI "PERISTIWA 1965" *


Di suatu seminar di *Universitas Sanata Dharma*, 07 September 2012, di
Yogyakarta, pesertanya terdiri dari sejarawan-sejarawan muda di bawah
bimbingan Prof Dr Baskara T.Wardaya.


Seorang dosen sejarah menyatakan, bahwa hanyalah setelah jatuhnya
Presiden Suharto dan merebaknya tulisan, majalah dan buku mengenai apa
yang terjadi sekitar Peristiwa 1965 –-- Baru ketika itulah ia memperoleh
penjelasan dan bahan-bahan yang lebih lengkap mengenai pelanggaran besar
HAM yang terjadi sekitar Peristiwa 1965/66 itu.


Yang merupakan pelanggaran HAM terbesar yang pernah terjadi dalam
sejarah Republik Indonesia yang dilakukan oleh aparat negara terhadap
warga yang tidak bersalah.


Peserta seminar lainnya menanyakan bagaimana kedudukan *TAP MPRS No
XXV/1966 *dewasa ini? Karena di dalamnya tercantum larangan terhadap
Marxisme. Dalam jawaban atas pertanyaan ini (karena pertanyaan itu
ditujukan kepadaku), kuberkan jawaban sbb:


Pertama MPRS ketika itu sudah "dibongkar pasng" oleh penguasa militer.
Ketuanya, Chairul Saleh dijebloskan ke penjara bersama beberapa anggota
MPRS lainnya yang dianggap PKI, pro-PKI atau pro Presiden Sukarno.
Anggota-anggota MPRS yang tinggal banyak yang dipecat.


Rezim militer kemudian melakukan 'perombakan' terhadap MPRS.


Sehingga MPRS yang baru tsb sepenuhnya hanya meng-iakan saja, apa yang
dikehendaki pengugasa militer. MPRS seperti itu samasekali tidak punya
legitim. Marxisme adalah suatu ilmu, yang harus diperlakukan sebagai
ilmu, bukan dilarang.**


*Maka mantan Presiden Abdurrahman Wahid pernah menyatakan bahwa TAP MPRS
No XXV/1966, BERTENTANGAN DENGAN UNDANG-UNDANG DASAR R.I.*


* * *


*Ayu Diasti Rahmawati (25th)*, seorang mahasiswi dari generasi muda
Indonesia, yang sedang studi di *The New School, New York* menuliskan
kesan-kesan dan pamahamannya mengenai Peristiwa 1965. Tulisannya itu
(disiarkan oleh Indoprogres.com).,berjudul:


*Bicara tentang Kebenaran, HAM, dan Tragedi 1965.***


*Kesimpulan yang ditarik oleh putri generasi muda Indonesia ini, tajam
dan mengenai sasaran masalah, sbb: *


"*Pengakuan HAM butuh lebih dari sekedar keinginan untuk mengetahui
kebenaran, pengakuan HAM butuh keadilan, dan keadilan perlu diperjuangkan! *


** * **


Ayu Diasti Rahmawati menanggapi propaganda Orba mengenai G30S, lewat
film "Pembantaian G30S/PKI". Yang disaksikannya ketika ia baru berusia
11 tahun). Setelah melihat film produk Orba itu, Ayu menganggap apa yang
diceriterakan film Orba itu sebagai suatu "kebenaran heroik".


Situasi Indonesia berubah drastis. Suharto jatuh, Orba digantikan dengan
pemerintahan Presiden Gus Dur, kemudian Megawati dan SBY. Dalam bulan
Oktober 2011, Ayu menyaksikan film produksi *Joshua Oppenheimer,
berjudul "The Act of Killing". *Ia membandingkannya dengan film tentang
Peristiwa 1965 yang di zaman Orba.


Reaksi Ayu: "Banyak ulasan berpendapat betapa kontroversialnya film ini
dan betapa pentingnya bagi anak bangsa untuk mengintip masa lalunya
melalui pengakuan-pengakuan para jagal 1965, setelah bertahun-tahun kita
hidup dalam bayang-bayang diam dan penolakan".


Lanjut Ayu:


"Rasa empati bisa jadi hanya mendorong manusia untuk sekedar mengetahui
dan memahami penderitaan orang lain. Berempati tidak serta merta
berujung pada pengakuan bahwa seorang korban kekerasan sejatinya adalah
seseorang yang haknya terlanggar. Dengan demikian, apapun yang dilakukan
untuk mengembalikan hak si korban merupakan hasil dari kedermawanan,
bukan sebagai bentuk pemenuhan rasa keadilan.


"Karena itulah, komentar *Pramoedya Ananta Toer* terhadap permintaan
maaf dari Gus Dur bisa diterima. *Apa artinya kata maaf kalau tidak
disertai dengan keadilan?* Apa artinya mengetahui dan mengakui kesalahan
di masa lalu, kalau tidak disertai dengan pengakuan bahwa ada
orang-orang yang haknya terlanggar dan dengan demikian harus diperbaiki
dengan mekanisme yang mungkin lebih kompleks dari sekedar kata maaf?


* * *


Ayu Diasti Rahmawati lalu membuat kesimpulan yang amat menarik:


"Mendengar cerita tentang Tragedi 1965 dari sudut pandang jagal, juga
menyimpan resiko yang tak kalah besarnya. Betul, cerita-cerita mereka
membawa bangsa Indonesia selangkah menjauhi diam dan penolakan. Akan
tetapi, sejauh apa cerita-cerita ini membuat kita mengakui bahwa ada
korban yang haknya terlanggar? Jangan-jangan, cerita para penjagal hanya
mampu mengajak kita sebatas mengetahui seberkas kebenaran.
Jangan-jangan, cerita para penjagal hanya membuat hati kita
tersayat-sayat tanpa serta merta mendorong kita untuk memperjuangkan
hak-hak para korban yang terlanggar.


"Tantangannya kemudian adalah bagaimana membuat semakin banyak orang
sadar bahwa proses pengungkapan kebenaran mengenai Tragedi 1965, sama
sekali bukan soal tuduh menuduh siapa yang mengangkat senjata terlebih
dahulu, tetapi soal pengakuan bahwa ada jutaan orang yang terlanggar
haknya. Ini memang bukan pekerjaan mudah. Mendengar satu narasi
kebenaran saja tidaklah cukup. Maaf pun takkan pernah bisa menggantikan
keadilan. Terlebih lagi, tidak semua orang memiliki akses sama terhadap
sumber daya yang diperlukan untuk mengklaim haknya.*Pengakuan HAM butuh
lebih dari sekedar keinginan untuk mengetahui kebenaran, pengakuan HAM
butuh keadilan, dan keadilan perlu diperjuangkan! *



* * *


Sehubungan dengan ini penting artinya kegiatan sekitar HAM yang
diselenggarakan oleh kaum muda. Kongkritnya rencana *PERINGATAN 10
DESEMBER 2012, HARI HAK-HAK AZASI MANUSIA (PBB), yang akan
diselenggarkan di Diemen, Holland pada tanggal 10 Desember 2012 yad.*


* * *

Acaranya a.l. pameran foto, oleh photographer muda*Elisabeth Ida dan
Adrian Mulya,* -- serta pertunjukan film*THE WOMEN AND THE GENERALS. *

Kemudian diadakan diskusi di bawah pimpinan Prof Dr Saskia Wierenga,
sekitar PERISTIWA PELANGGARAN HAM TERBESAR 1965/1966 . Panel diskusi
teridiri dari Agrar Sudrajat (survivor), Muhammad Hariyadi (UvA &
Airlangga University researcher), Nursyahbani Katjasungkana (human
rights lawyer), Elisabeth Ida (photographer).

Demikian *undangan* yang dipublikasikan oleh:


*-- Evi Lina Sutrisno*, Graduate Student Anthropology Department Univ.
of Washington Box 3531000 Seattle - WA 98195


* * *




------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
wanita-muslimah-digest@yahoogroups.com
wanita-muslimah-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

0 comments:

Post a Comment