Advertising

Tuesday 12 October 2010

[wanita-muslimah] Art2. Kedatangan Misionaris Jerman & Belanda ke Batak Pagan

 


Pdt.DR.I.L.Nommensen




Sosok anak manusia yang memiliki keberanian, kesungguhan, ketulusan
dan jiwa petualangan, ada pada diri Ingwer Ludwig Nommensen. Di
besarkan di bawah budaya barat, Nommensen berani menetapkan pilihan
untuk mendatangi dunia lain yang sama sekali berbeda, jauh dan penuh
misteri — Tanah Batak –
Berbekal sebagai seorang theolog muda, menerima tantangan untuk
mendedikasikan ilmu, iman dan pengabdiannya bagi Bangso Batak, yang
hanya diketahui dari buku literatur yang terbatas dan dengar-dengaran
dari sumber-sumber yang belum tentu teruji kemampuannya dalam
menggambarkan sifat, sikap dan alam Batak, nun jauh di timur.
Tentu melihat ini kita diminta untuk memutar roda waktu ke tahun 1861,
dengan segala keterbatasannya, tanpa kecanggihan transportasi dan alat
komunikasi. Terbukti, untuk tiba di tempat yang akan ditujunya
menghabiskan waktu 142 hari, yang saat ini dapat kita tempuh hanya 11 jam kurang lebih.
Perbedaan budaya, bahasa dan agama tidak menyurutkan niatnya untuk
memulai "pengabdian" di tengah perlawanan dan ancaman Bangsa Batak yang
belum terbiasa menerima kehadiran "orang aneh", yang berlainan bahasa,
pola hidup, warna kulit dan mata serta rambutnya.
Kesungguhan dan keteguhan Nommensen, terbukti mampu memenangkan
penolakan besar Bangsa Batak yang berbuah pada dimulainya era baru bagi
kehidupan sosial dan spritual, hingga berimplikasi luas pada tatanan
mayoritas Batak. Pendekatan sosial religius, tidak terpungkiri mewarnai
kehidupan sebagian besar di antara kita saat ini.
Nommensen, sang Peretas!
Tidak sekedar untuk dikenang, nostalgia masa lalu, tentu ada
pelajaran besar dari penggalan perjalanan hidup Nommensen. Untuk kita
pelajari dan ketahui.
Tahun 1834, tanggal 6 Februari

Ingwer Ludwig Nommensen lahir di Nortdstrand, pulau kecil di
panatai perbatasan Denmark dan Jerman. Dia anak pertama dan lelaki
satu-satunya dari empat orang bersaudara. Ayahnya Peter dan ibunya Anna
adalah keluarga yang sangat miskin di desanya. Sejak kecil, dia sudah
tertarik dengan cerita gurunya Callisen tentang misionar yang berjuang
untuk membebaskan keterbelakangan, perbudakan pada anak-anak miskin.

Tahun 1846 pada umur 12 tahun

kedua kakinya sakit parah karena kecelakaan kereta kuda pulang
dari sekolah. Selama setahun lebih tidak dapat berjalan, kakinya hampir
diamputasi. Dia berjanji kepada Tuhan bahwa akan menjadi misionar
apabila kedua kakinya sembuh kembali. Dia akan pergi jauh untuk
membebaskan anak-anak miskin yang budak karena hutang orang tuanya, dia
akan memberitakan Firman Tuhan kepada pelbegu yang sangat terbelakang
sebagaimana sering diceritakan gurunya Callisen yang sangat dikaguminya.

Tahun 1847

Kedua kakinya sembuh secara ajaib, dia dapat berjalan seperti
sediakala. Dia kembali ke sekolah pada musin winter (musim dingin)
karena pada musin summer dia akan menjadi gembala domba untuk menerima
upahan karena orangtuanya sangat miskin.
Tahun 1848, tanggal 2 Mei

Ayahnya Peter Nommensen meninggal dunia. Ingwer Ludwig
Nommensen sebelumnya bermimpi akan kehilangan ayahnya, maka ia tidak
terkejut ketika orang membawa ayahnya ke rumah yang meninggal di tempat
kerjanya.
Tahun 1849

Pada umur 15 tahun (suatu pengecualian), dia mendapat sidi.
Biasanya, orang akan diijinkan mendapat sidi pada umur 17 tahun. Namun,
karena Ingwer Ludwig Nommensen sudah tidak obahnya seperti ayah dari
dari segi tanggung jawab kepada keluarga maka diberi pengecualian
kepadanya. Dia mendapat sidi setelah setahun belajar Alkitab.
Tahun 1854

Ibu Ingwer Ludwig Nommensen merestui anaknya, satu-satunya lelaki di antara empat orang bersaudara, menjadi seorang misionar.

Tahun 1857

Ingwer Ludwig Nommensen masuk sekolah pendeta di RMG Barmen setelah menunggu sekian lama.

Tahun 1858, Januari Ibunya meninggal dunia di Nordstrand.
Tahun 1859

4 orang Misionar RMG Barmen serta 3 orang isteri misionar
terbunuh di Borneo, berita itu semakin menggugah hati Ingwer Ludwig
Nommensen untuk pergi ke daerah pelbegu.
Tahun 1861, 7 Oktober

berdiri HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di Praosorat
Sipirok, sebagai permulaan Misi Kongsi Barmen di Tanah Batak. Hari itu
terjadi kesepakatan 4 orang Misionar Belanda dan Jerman yaitu:

H (Heine)K (Klammer)B (Betz) danP (Van Asselt) menjadi penginjil atas
tanggung jawab Rheinische Missionsgeselshaft dari Barmen, Wupertal,
Jerman, yang lazim diebut Kongsi Barmen.
Tahun 1861, Oktober

Ingwer Ludwig Nommensen ditahbiskan sebagai pendeta dan
langsung diberangkatkan oleh Missi Barmen menjadi misionar ke Tanah
Batak, tetapi selama 2 bulan dia masih belajar Bahasa Batak dan Budaya
Batak dari Dr. Van Der Tuuk di Belanda.
Tahun 1861, Desember

Ingwer Ludwig Nommensen berangkat dari Amsterdam menuju
Sumatera dengan kapal Pertinar. Pelayaran itu memakan waktu selama 142
hari.
Tahun 1862, 14 Mei

Setelah mengalami banyak cobaan di lautan, Ingwer Ludwig
Nommensen mendarat di Padang. Selanjutnya dia tinggal di Barus. (Kapal
Pertinar kemudian tenggelam dalam lanjutan pelayaran kea rah timur di
sekitar Laut Banda dekat Irian Barat).
Tahun 1862, November

Bersama beberapa orang Batak, mengadakan perjalanan ke
pedalaman Sumatera melalui Barus dan Tukka. Dari Barus, Ingwer Ludwig
Nommensen pergi ke Prausorat dan kemudian tinggal dengan Van Asselt di
Sarulla.
Tahun 1863, November

Ingwer Ludwig Nommensen pertama kali mengunjungi Lembah
Silindung. Dia berdoa di Bukit Siatas Barita, di sekitar Salib Kasih
yang sekarang. "Tuhan, hidup atau mati saya akan bersama bangsa ini
untuk memberitakan FirmanMu dan KerajaanMu, Amin!"
Tahun 1864, Mei

Ingwer Ludwig Nommensen diijinkan memulai misinya ke Silindung, sebuah lembah yang indah dan banyak penduduknya.
Tahun 1864, Juli

Ingwer Ludwig Nommensen membangun rumahnya yang sangat sederhana di Saitnihuta setelah mengalami perjuangan yang sangat berat.
Tahun 1864, 30 Juli

Ingwer Ludwig Nommensen menjumpai Raja Panggalamei ke
Pintubosi, Lobupining. Raja Panggalamei beserta rombongannya 80 orang
membunuh Pendeta Hendry Lyman dan Samuel Munson (missionar yang diutus
oleh Zending Gereja Baptis dari Amerika) di sisangkak, Lobupining pada
tahun 1834, bertepatan dengan tahun lahirnya Ingwer Ludwig Nommensen di
Eropa.
Tahun 1864 , 25 September

Ingwer Ludwig Nommensen mau dipersembahkan ke Sombaon Siatas
Barita dionan Sitahuru. Ribuan orang datang. Ingwer Ludwig Nommensen
akan dibunuh menjadi kurban persembahan. Ingwer Ludwig Nommensen tegar
menghadapi tantangan, dia berdoa, angin puting beliung dan hujan deras
membubarkan pesta besar tersebut. Ingwer Ludwig Nommensen selamat,
sejak itu terbuka jalan akan Firman Tuhan di negeri yang sangat kejam
dan buas. Ingwer Ludwig Nommensen pantas dijuluki "Apostel di Tanah
Batak"
Tahun 1865, 27 Agustus

Pembaptisan pertama di Silindung terhadap empat pasang
suami-istri beserta 5 orang anak-anaknya. Diantara keluarga yang
dibaptis pertama adalah Si Jamalayu yang diberi nama Johannes dengan
istrinya yang dibawa dari Sipirok sebagai pembantu Ingwer Ludwig
Nommensen diberi nama Katharina.
Tahun 1866, 16 Maret

Ingwer Ludwig Nommensen diberkati menjadi suami-isteri dengan
tunangannya Karoline di Sibolga. Karoline datang dari Jerman beserta
rombongan Pdt. Johansen yang dikirim Kongsi Barmen untuk membantu
Ingwer Ludwig Nommensen di Silindung.
Tahun 1871

Ingwer Ludwig Nommensen mengalami penyakit disentri yang
sangat parah, dia pasrah untuk pergi menghadap Tuhannya tetapi dia
tidak rela misinya berhenti begitu saja. Dia dibawa Johansen berobat ke
Sidimpuan.
Tahun 1864

Karoline melahirkan anak pertama diberi nama Benoni, namun beberapa hari kemudian meninggal dunia.
Tahun 1872

Pargodungan Saitnihuta yang disebut Huta Dame pindah ke
Pearaja. Setelah Gereja baru hampir selesai dibangun, putri pertama
Ingwer Ludwig Nommensen yang bernama Anna meningal dunia. Keluarga
Ingwer Ludwig Nommensen telah kehilangan dua anak pertama, sungguh
suatu ujian berat bagi misionar dalam memulai misinya.
Tahun 1873

Sikola Mardalan-dalan (Sekolah dengan tempat tidak tetap)
diciptakan Ingwer Ludwig Nommensen agar Orang Batak bisa secepatnya
menjadi guru. Siswa mendatangi Ingwer Ludwig Nommensen di Pearaja,
Johansen di Pansurnapitu dan Mohri di Sipoholon dimana para misionar
tersebut bertugas. Atau, misionar mendatangi siswanya ditempat tertentu.
Tahun 1875

Misionar Ingwer Ludwig Nommensen, bersama Johansen dan Simoneit bekunjung ke Toba.

Tahun 1876Telah dibaptis lebih dari 7000 orang di Silindung.
Tahun 1876

Ingwer Ludwig Nommensen selesai menterjemahkan Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Batak Toba.
Tahun 1877

Ingwer Ludwig Nommensen dan Johansen mendirikan Sekolah Guru
Zending di Pansurnapitu. Tempat berdirinya sekolah tersebut adalah
tempat yang dulunya dikenal sebagai Pasombaonan (tempat angker), yang
sekarang tempat berdirinya STM Pansurnapitu dan Gereja HKBP
Pansurnapitu.
Tahun 1877
Raja Sisingamangaraja ke-XII mengancam akan membumihanguskan kegiatan missioner, ancaman ini tidak menjadi kenyataan.Silindung masuk kolonisasi Belanda.
Tahun 1880

Ingwer Ludwig Nommensen beserta istri dan anak-anaknya pergi
ke Eropah. Mereka diantar oleh banyak orang sampai ke tengah hutan.
Mereka berjalan kaki selama dua hari dari Silindung ke Sibolga,
menjalani jalan setapak yang sangat sulit. Mereka menungu keberangkatan
dari Sibolga ke Padang selama dua minggu.
Tahun 1881

Menjelang Natal, Ingwer Ludwig Nommensen kembali ke Pearaja.
Dia kembali sendirian, isterinya tinggal di Jerman karena masih perlu
perawatan. Anak-anaknya juga tinggal di sana agar bisa sekolah dengan
baik.
Tahun 1881

Kongsi Barmen menetapkan Ingwer Ludwig Nommensen menjadi Ephorus pertama HKBP, dia digelari 'Ompu i'

Tahun 1887

Karoline isteri Ingwer Ludwig Nommensen, meninggal di Jerman, sebulan kemudian baru Ingwer Ludwig Nommensen mengetahuinya.
Tahun 1890

Ingwer Ludwig Nommensen memulai misinya ke Toba, dia pindah ke Sigumpar.
Tahun 1891 bulan Mei

Christian, anak ompu Ingwer Ludwig Nommensen, mati terbunuh di Pinang Sori oleh lima orang kuli China di areal perkebunan.

Tahun 1892

Bersama Pendeta Johansen yang juga sudah menduda pergi ke
Jerman untuk berlibur, menjenguk anak-anaknya, dan mencari pasangan
baru untuk masing-masing misionar yang telah menduda. Ingwer Ludwig
Nommensen mendapatkan jodohnya anak Tuan Harder yang bernama Christine,
Johansen mendapatkan jodohnya anak Tuan Heinrich yang bernama Dora.
Mereka kembali ke Tanah Batak dengan masing-masing pasangan barunya.
Tahun 1900 Permulaan Zending Batak.

Tahun 1903 Permulaan misi Zending ke Medan
Tahun 1904

Fakultas Theologi Universitas Bonn, Jerman, menganugerahkan
gelar Doktor Honouris-Causa di bidang Theologi kepada Ingwer Ludwig
Nommensen. Dalam pengukuhan tersebut, Ratu Wilhelmina dari Belanda ikut
diundang sebagai tamu.

Tahun 1905

Berkunjung ke Eropah bersama Tuan Reitze, dia mengunjungi Misi Zending di Belanda dan berkunjung kepada Ratu Wilhelmina.

Tahun 1909

Christine Harder, isteri Ingwer Ludwig Nomensen meninggal
dunia, setelah melahirkan tiga orang anak. Dia dimakamkan di Sigumpar.
Dua anak perempuannya tinggal di Jerman dan belum menikah sewaktu Ompu
Ingwer Ludwig Nommensen meningal pada umur 84 Tahun.
Tahun 1911
Pesta jubileum 50 tahun HKBP. Pesta besar di onan Sitahuru dihadiri
puluhan ribu orang, di tempat dimana 47 tahun sebelumnya Ingwer Ludwig
Nommensen mau dibunuh dan dipersembahkan kepada Sombaon Siatas Barita.Ratu Wilhelmina dari belanda menganugerahkan Bintang Jasa 'Order Of
Orange Nassau' kepada DR. Ingwer Ludwig Nommensen, sebuah bintang jasa
yang hanya diberikan kepada orang yang dianggap luar biasa jasanya di
bidang kemanusiaan.
Tahun 1912

Berlibur ke Eropah, kembali ke Tanah Batak bersama tuan Pilgram yang telah lama bertugas di Balige.

Tahun 1916Nathanael anak Ingwer Ludwig Nommensen, mati tertembak di arena Perang Dunia I di Perancis.
Tahun 1918, Tanggal 23 Mei

Pukul enam pagi Hari Kamis, Ompu Ingwer Ludwig Nommensen pergi
menghadap Tuhannya di Sorga. Dia menutup mata untuk selama-lamanya
setelah berdoa 'Tuhan kedalam tanganMu kuserahkan rohku, Amin'.
Pada Jumat sore, 24 Mei 1918

Ompu Ingwer Ludwig Nommensen dikubur di Sigumpar. Puluhan ribu
datang melayatnya untuk mengucapkan salam perpisahan. Ada orang berkata
: Inilah kumpulan manusia yang paling banyak yang pernah terjadi di
Tanah Batak.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment