Jerman Bertabur Mualaf
Meski Islam dan umatnya kerap dilecehkan dan mendapat terror di berbgai
tempat, namun cahaya kebenaran tidak pernah redup. Di Jerman, sebuah
sensus menyebutkan bahwa Islam menyebar pesat.
Di jantung kota Jerman, orang berbondong-bondong masuk Islam setiap
tahunnya. Hal ini memunculkan rasa khawatir sebagian orang bila Eropa
dalam beberapa tahun ke depan berubah menjadi benua yang didominasi
oleh kaum Muslimin.
Menurut Laporan Lembaga Statistik Khusus umat Islam di Jerman, jumlah
orang yang masuk Islam di Jerman bertambah dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2006, jumlah mereka yang menyatakan diri masuk Islam sekitar
4.000-an orang, sementara di tahun 2005, hanya sekitar 1.000 orang saja.
Menurut Direktur Lembaga, Salim Abdullah, "Sedikitnya ada 18.000-an
orang Jerman yang tercatat sudah masuk Islam." (watch Many German Women
Turning to Islam )
Dalam penghitungan yang dilakukan lembaganya, di kota Sost Jerman,
terdapat 1.240-an Muslim asli Jerman dari total 732 ribu orang Muslim
dari berbagai latar belakang. "Kebanyakan para pemeluk Islam baru itu
adalah kaum perempuan yang telah menetapkan diri masuk Islam, baik
karena keyakinannya pribadi atau karena pernikahannya dengan sang
suami yang beragama Islam, ujar Salim.
"Ini bukan hal yang aneh, karena umumnya kaum Muslimah Jerman juga
orang-orang terpelajar yang memiliki predikat ilmiah cukup tinggi
dari berbagai lembaga pendidikan, " ujar Salim.
Dalam sebuah penelitian, disebutkan bahwa 250 hingga 300 orang
perempuan Jerman memeluk Islam setiap tahunnya. (na-str/islmtm/eramuslim)
Kelas menengah di Jerman ramai-ramai belajar Islam. Tak terpengaruh
perang global melawan terorisme.
"Angst-Ridden German Mencari Jawaban dan Menemukannya di dalam
Quran."
<http://www.spiegel.de/international/spiegel/0,1518,460364,00.html>
Demikian judul besar di Del Spiegel, harian terkemuka di Jerman,
edisi 18 Januari 2007. Penulisnya, Lutz Ackermann, mengawalinya dengan
mengisahkan pria perlente bernama Kai Luhr.
Dengan bercelana jins dan jaket abu-abu bermerek, pria berwajah
bersih tanpa kumis dan janggut ini memasuki gerbang Masjid Berlin. Ackermann
mengira dia menuliskannya dengan kalimat "publik Jerman pasti menduga"
Luhr adalah utusan pihak gereja untuk hadir dalam dialog lintas agama
yang kerap digelar di masjid itu.
Tapi, ups, dia salah. Luhr bergegas menanggalkan jaketnya, dan
mengambil air wudlu. Dia merapatkan diri dengan barisan shalat — di sebelahnya
pria bertampang Timur Tengah dengan janggut dan jubah putihnya.
Dalam catatan Ackermann, Luhr melakukan 33 gerakan dalam ibadahnya
hari itu. "Bahasa Arabnya sangat fasih ketika memanjatkan doa," tulisnya.
Ia hanya mengucap satu kalimat dalam bahasa Jerman, "Allah mendengar
siapa yang memohon pada-Nya, kabulkan doaku ya Tuhanku."
Kai Luhr adalah seorang dokter. Ia dan istrinya menjadi Muslim sejak
dua setengah tahun lalu. Seiring dengan pernyataan syahadatnya, ia
mengganti namanya menjadi Kai Ali Rashid dan istrinya menjadi Katrin Aisha
Lihr.
Lelaki 43 tahun ini biasa mengikuti aktivitas keagamaan di sebuah
masjid di Frechen, dekat Cologne. Di situ pula ia mengikrarkan Islam sebagai
agama barunya. Bersama dengannya, seorang mantan petinju nasional
Jerman dan seorang insinyur juga turut bersyahadat.
Saat dikuntit Del Spiegel, Luhr usai menunaikan shalat Jumat dan
shalat sunah lain sebelumnya. "Anda akan menjumpai banyak Muslim kelahiran
Jerman di beberapa masjid di Berlin pada hari ini," ujar Luhr.
Luhr besar dalam tradisi Kristen yang ketat. Namun ia beruntung,
keluarga yang membaptisnya saat dia kanak-kanak itu adalah keluarga
yang demokratis. "Tak ada masalah saya memeluk agama ini," ujarnya.
Baginya, Islam adalah agama yang benar-benar baru. Ketika kecil
hingga remaja, ia yang besar di lingkungan kelas menengah di Berlin, mengaku
tidak pernah mengenal atau bahkan mendengar ada agama bernama Islam.
Persinggungan pertamanya dengan Islam adalah saat ia masuk
universitas untuk belajar ilmu kedokteran. Beberapa rekan kuliahnya adalah
Muslim. Namun saat itu ia belum tergerak mempelajari Islam.
Usai kuliah, ia membuka praktik sambil mengambil spesialisasi
pengobatan naturopatik di universitas yang sama. Saat penghasilannya mulai
bagus, ia menikahi pacarnya, Katrin, seorang penari profesional.
Hingga suatu hari, kedua pasangan ini mengalami kegelisahan dalam
hidupnya. Kejadian bermula saat suatu hari datang pasien dalam
kondisi kritis ke ruang praktiknya, akibat terjatuh saat pemancangan sebuah
pilar. "Tiba-tiba ada kekosongan dan keputusasaan dalam hidup kami,"
ujarnya.
Ia dan istrinya memutuskan untuk kembali menekuni agama yang telah
lama ditinggalkannya, Kristen. Bahkan, pasangan ini pun mempelajari
Buddhisme dan ajaran Dalai Lama. Tapi ia tak kunjung menemukan jawaban
kegelisahannya.
Ingin tampil beda
Menurut laporan Ackermann, proses penjalanan batin seorang Mualaf di
Jerman umumnya sama; mereka adalah penganut Kristen, yang menemukan
kebingungan tentang ajaran agamanya. Setelah mencari di banyak
keyakinan, hati mereka tertambat pada Islam.
"Memang ada beberapa ajaran yang membuat penganutnya malah jadi ragu
dengan kebenaran ajaran itu," ujar Mohammed Herzog, imam di Masjid
Berlin yang sebelumnya adalah seorang pendeta. Ia sendiri pernah
mengalami kebuntuan pemikiran, sampai akhirnya menemukan Islam tahun
1979.
Ia mengakui, jumlah mualaf di Jerman kini berlipat. Satu dasawarsa
lalu, jumlah mualaf baru di Masjid Berlin paling hanya 10 orang pertahun.
"Kini jumlahnya lebih dari dua kali lipatnya," ujar Herzog. Sebagian
penganut baru Islam adalah orang-orang seperti Luhr, dan sebagian
lagi adalah ateis.
Muhammed Herzog – Imam Mesjid Berlin
Sebuah kajian mengenai kehidupan Muslim di Jerman menunjukkan
fenomena pindah agama di kalangan masyakarat kelas menengah Jerman yang
angkanya cukup mencengangkan. Kendati media "rajin" memberitakan tentang
terorisme yang dikaitkan dengan Islam, kekerasan dalam rumah tangga
Muslim, dan bom bunuh diri, namun sedikitnya 4.000 warga negara
Jerman menjadi Muslim antara bulan Juli 2004 hingga Juni 2005, saat
penelitian dilakukan.
Penelitian yang didanai Kementerian Dalam Negeri Jerman ini menyebut,
jumlah mualaf meningkat empat kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
"Justru di saat kebencian di Barat terhadap Islam makin memuncak,"
tulis laporan itu.
Mereka berislam atas kesadaran sendiri, dan sebagian besar mualaf
adalah dari kalangan terpelajar. "Bila tiga tahun lalu kebanyakan converter
adalah wanita yang berpindah agama karena pernikahan, maka sekarang
banyak juga kaum pria dari kalangan kelas menengah Jerman yang
beralih menjadi Muslim" tulis laporan itu.
Hasil penelitian ini tak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan Monika Wohlrab-Sahr, seorang sosiolog agama. Bedanya, dia
tak hanya memotret fenomena ini di Jerman, tetapi juga Amerika Serikat.
Di dua negara ini, Islam tumbuh dengan pesat justru setelah Tragedi 11
September.
Menurut pengamatan Wohlrab Sahr, para mualaf sebelum berislam umumnya
mengalami "krisis personal" dan menemukan kedamaian justru dalam
Islam, agama yang dicap banyak orang sebagai agama teroris. Motifasi lainnya
adalah pencarian agama yang lebih "pas" buat dirinya. "Dia ingin beda
dari yang lain," ujarnya.
Dalam opini Wohlrab-Sahr, meski Kristen juga menawarkan kedamaian
batin, namun Islam lebih menarik sebagai jalan keluar dari keruwetan hidup.
Hal ini ditunjang dengan media yang terus-menerus memperdebatkan tentang
Muslim. "Islam menjadi makin menarik sebagai sebuah genuine
alternative," tambah Wohlrab-Sahr.
Namun, alasan seseorang berislam tentu berbeda-beda, meski Wohlrab-
Sahr bilang mirip. Salim Abdullah ia menolak menyebutkan nama aslinya
menyatakan tertarik pada Islam karena ajaran ini paling jelas merinci
tuntunan hidup bagi umatnya. Sedangkan Luhr yang selalu membawa
sajadah di mobil Alfa Romeo GT terbarunya menyatakan, "Meski Islam dinilai
mundur dari peradaban Barat, namun ajarannya tetap relevan hingga
saat ini."
Islamic Fashion di Berlin
Bagaimana para Mualaf menyesuaikan diri dengan lingkungannya setelah
menjadi Muslim? Dalam banyak hal, tak perlu disangkal, pasti terjadi
benturan. Islam mempunyai banyak aturan yang bertentangan dengan
budaya Barat. Sebut misalnya dalam penyikapan terhadap alkohol, seks bebas,
dan ibadah yang dalam sehari sampai lima kali jumlahnya.
Namun Wohlrab-Sahr menyatakan tidak ada kendala yang berarti.
"Tergantung bagaimana cara mereka menafsirkan ayat-ayat Alquran,"
ujarnya. Menurut dia, para mualaf ini tidak menunjukkan "kerepotan"
harus beribadah lima kali sehari.
Beda dengan persepsinya bahwa busana untuk beribadah umat Islam
sangat "ruwet" ia justru menemukan pada mualaf dengan gampang beribadah
dengan memakai celana jins atau busana yang biasa mereka kenakan sehari-
hari. "Bagi wanita, mereka hanya perlu menambahkannya dengan kaus kaki
saja," ujarnya. Ia justru menyebut, Muslim yang dari lahir sudah berislam
justru lebih liberal.
[Non-text portions of this message have been removed]
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment