Advertising

Tuesday 12 October 2010

[wanita-muslimah] Jerman Bertabur Mualaf

 


Jerman Bertabur Mualaf

Meski Islam dan umatnya kerap dilecehkan dan mendapat terror di berbgai

tempat, namun cahaya kebenaran tidak pernah redup. Di Jerman, sebuah

sensus menyebutkan bahwa Islam menyebar pesat.
Di jantung kota Jerman, orang berbondong-bondong masuk Islam setiap

tahunnya. Hal ini memunculkan rasa khawatir sebagian orang bila Eropa

dalam beberapa tahun ke depan berubah menjadi benua yang didominasi

oleh kaum Muslimin.
Menurut Laporan Lembaga Statistik Khusus umat Islam di Jerman, jumlah

orang yang masuk Islam di Jerman bertambah dari tahun ke tahun. Pada

tahun 2006, jumlah mereka yang menyatakan diri masuk Islam sekitar

4.000-an orang, sementara di tahun 2005, hanya sekitar 1.000 orang saja.

Menurut Direktur Lembaga, Salim Abdullah, "Sedikitnya ada 18.000-an

orang Jerman yang tercatat sudah masuk Islam." (watch Many German Women

Turning to Islam  )
Dalam penghitungan yang dilakukan lembaganya, di kota Sost Jerman,

terdapat 1.240-an Muslim asli Jerman dari total 732 ribu orang Muslim

dari berbagai latar belakang. "Kebanyakan para pemeluk Islam baru itu

adalah kaum perempuan yang telah menetapkan diri masuk Islam, baik

karena keyakinannya pribadi atau karena pernikahannya dengan sang

suami yang beragama Islam, ujar Salim.
"Ini bukan hal yang aneh, karena umumnya kaum Muslimah Jerman juga

orang-orang terpelajar yang memiliki predikat ilmiah cukup tinggi

dari berbagai lembaga pendidikan, " ujar Salim.
Dalam sebuah penelitian, disebutkan bahwa 250 hingga 300 orang

perempuan Jerman memeluk Islam setiap tahunnya. (na-str/islmtm/eramuslim)
Kelas menengah di Jerman ramai-ramai belajar Islam. Tak terpengaruh

perang global melawan terorisme.
"Angst-Ridden German Mencari Jawaban dan Menemukannya di dalam

Quran."

<http://www.spiegel.de/international/spiegel/0,1518,460364,00.html>

Demikian judul besar di Del Spiegel, harian terkemuka di Jerman,

edisi 18 Januari 2007. Penulisnya, Lutz Ackermann, mengawalinya dengan

mengisahkan pria perlente bernama Kai Luhr.
Dengan bercelana jins dan jaket abu-abu bermerek, pria berwajah

bersih tanpa kumis dan janggut ini memasuki gerbang Masjid Berlin. Ackermann

mengira dia menuliskannya dengan kalimat "publik Jerman pasti menduga"

Luhr adalah utusan pihak gereja untuk hadir dalam dialog lintas agama

yang kerap digelar di masjid itu.
Tapi, ups, dia salah. Luhr bergegas menanggalkan jaketnya, dan

mengambil air wudlu. Dia merapatkan diri dengan barisan shalat — di sebelahnya

pria bertampang Timur Tengah dengan janggut dan jubah putihnya.
Dalam catatan Ackermann, Luhr melakukan 33 gerakan dalam ibadahnya

hari itu. "Bahasa Arabnya sangat fasih ketika memanjatkan doa," tulisnya.

Ia hanya mengucap satu kalimat dalam bahasa Jerman, "Allah mendengar

siapa yang memohon pada-Nya, kabulkan doaku ya Tuhanku."
Kai Luhr adalah seorang dokter. Ia dan istrinya menjadi Muslim sejak

dua setengah tahun lalu. Seiring dengan pernyataan syahadatnya, ia

mengganti namanya menjadi Kai Ali Rashid dan istrinya menjadi Katrin Aisha

Lihr.
Lelaki 43 tahun ini biasa mengikuti aktivitas keagamaan di sebuah

masjid di Frechen, dekat Cologne. Di situ pula ia mengikrarkan Islam sebagai

agama barunya. Bersama dengannya, seorang mantan petinju nasional

Jerman dan seorang insinyur juga turut bersyahadat.
Saat dikuntit Del Spiegel, Luhr usai menunaikan shalat Jumat dan

shalat sunah lain sebelumnya. "Anda akan menjumpai banyak Muslim kelahiran

Jerman di beberapa masjid di Berlin pada hari ini," ujar Luhr.
Luhr besar dalam tradisi Kristen yang ketat. Namun ia beruntung,

keluarga yang membaptisnya saat dia kanak-kanak itu adalah keluarga

yang demokratis. "Tak ada masalah saya memeluk agama ini," ujarnya.
Baginya, Islam adalah agama yang benar-benar baru. Ketika kecil

hingga remaja, ia yang besar di lingkungan kelas menengah di Berlin, mengaku

tidak pernah mengenal atau bahkan mendengar ada agama bernama Islam.
Persinggungan pertamanya dengan Islam adalah saat ia masuk

universitas untuk belajar ilmu kedokteran. Beberapa rekan kuliahnya adalah

Muslim. Namun saat itu ia belum tergerak mempelajari Islam.
Usai kuliah, ia membuka praktik sambil mengambil spesialisasi

pengobatan naturopatik di universitas yang sama. Saat penghasilannya mulai

bagus, ia menikahi pacarnya, Katrin, seorang penari profesional.
Hingga suatu hari, kedua pasangan ini mengalami kegelisahan dalam

hidupnya. Kejadian bermula saat suatu hari datang pasien dalam

kondisi kritis ke ruang praktiknya, akibat terjatuh saat pemancangan sebuah

pilar. "Tiba-tiba ada kekosongan dan keputusasaan dalam hidup kami,"

ujarnya.
Ia dan istrinya memutuskan untuk kembali menekuni agama yang telah

lama ditinggalkannya, Kristen. Bahkan, pasangan ini pun mempelajari

Buddhisme dan ajaran Dalai Lama. Tapi ia tak kunjung menemukan jawaban

kegelisahannya.
Ingin tampil beda
Menurut laporan Ackermann, proses penjalanan batin seorang Mualaf di

Jerman umumnya sama; mereka adalah penganut Kristen, yang menemukan

kebingungan tentang ajaran agamanya. Setelah mencari di banyak

keyakinan, hati mereka tertambat pada Islam.
"Memang ada beberapa ajaran yang membuat penganutnya malah jadi ragu

dengan kebenaran ajaran itu," ujar Mohammed Herzog, imam di Masjid

Berlin yang sebelumnya adalah seorang pendeta. Ia sendiri pernah

mengalami kebuntuan pemikiran, sampai akhirnya menemukan Islam tahun

1979.
Ia mengakui, jumlah mualaf di Jerman kini berlipat. Satu dasawarsa

lalu, jumlah mualaf baru di Masjid Berlin paling hanya 10 orang pertahun.

"Kini jumlahnya lebih dari dua kali lipatnya," ujar Herzog. Sebagian

penganut baru Islam adalah orang-orang seperti Luhr, dan sebagian

lagi adalah ateis.
Muhammed Herzog – Imam Mesjid Berlin
Sebuah kajian mengenai kehidupan Muslim di Jerman menunjukkan

fenomena pindah agama di kalangan masyakarat kelas menengah Jerman yang

angkanya cukup mencengangkan. Kendati media "rajin" memberitakan tentang

terorisme yang dikaitkan dengan Islam, kekerasan dalam rumah tangga

Muslim, dan bom bunuh diri, namun sedikitnya 4.000 warga negara

Jerman menjadi Muslim antara bulan Juli 2004 hingga Juni 2005, saat

penelitian dilakukan.
Penelitian yang didanai Kementerian Dalam Negeri Jerman ini menyebut,

jumlah mualaf meningkat empat kali lipat dibanding tahun sebelumnya.

"Justru di saat kebencian di Barat terhadap Islam makin memuncak,"

tulis laporan itu.
Mereka berislam atas kesadaran sendiri, dan sebagian besar mualaf

adalah dari kalangan terpelajar. "Bila tiga tahun lalu kebanyakan converter

adalah wanita yang berpindah agama karena pernikahan, maka sekarang

banyak juga kaum pria dari kalangan kelas menengah Jerman yang

beralih menjadi Muslim" tulis laporan itu.
 Hasil penelitian ini tak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan Monika Wohlrab-Sahr, seorang sosiolog agama. Bedanya, dia

tak hanya memotret fenomena ini di Jerman, tetapi juga Amerika Serikat.

Di dua negara ini, Islam tumbuh dengan pesat justru setelah Tragedi 11

September.
Menurut pengamatan Wohlrab Sahr, para mualaf sebelum berislam umumnya

mengalami "krisis personal" dan menemukan kedamaian justru dalam

Islam, agama yang dicap banyak orang sebagai agama teroris. Motifasi lainnya

adalah pencarian agama yang lebih "pas" buat dirinya. "Dia ingin beda

dari yang lain," ujarnya.
Dalam opini Wohlrab-Sahr, meski Kristen juga menawarkan kedamaian

batin, namun Islam lebih menarik sebagai jalan keluar dari keruwetan hidup.

Hal ini ditunjang dengan media yang terus-menerus memperdebatkan tentang

Muslim. "Islam menjadi makin menarik sebagai sebuah genuine

alternative," tambah Wohlrab-Sahr.
Namun, alasan seseorang berislam tentu berbeda-beda, meski Wohlrab-

Sahr bilang mirip. Salim Abdullah ia menolak menyebutkan nama aslinya

menyatakan tertarik pada Islam karena ajaran ini paling jelas merinci

tuntunan hidup bagi umatnya. Sedangkan Luhr yang selalu membawa

sajadah di mobil Alfa Romeo GT terbarunya menyatakan, "Meski Islam dinilai

mundur dari peradaban Barat, namun ajarannya tetap relevan hingga

saat ini."
Islamic Fashion di Berlin
Bagaimana para Mualaf menyesuaikan diri dengan lingkungannya setelah

menjadi Muslim? Dalam banyak hal, tak perlu disangkal, pasti terjadi

benturan. Islam mempunyai banyak aturan yang bertentangan dengan

budaya Barat. Sebut misalnya dalam penyikapan terhadap alkohol, seks bebas,

dan ibadah yang dalam sehari sampai lima kali jumlahnya.
Namun Wohlrab-Sahr menyatakan tidak ada kendala yang berarti.

"Tergantung bagaimana cara mereka menafsirkan ayat-ayat Alquran,"

ujarnya. Menurut dia, para mualaf ini tidak menunjukkan "kerepotan"

harus beribadah lima kali sehari.
Beda dengan persepsinya bahwa busana untuk beribadah umat Islam

sangat "ruwet" ia justru menemukan pada mualaf dengan gampang beribadah

dengan memakai celana jins atau busana yang biasa mereka kenakan sehari-

hari. "Bagi wanita, mereka hanya perlu menambahkannya dengan kaus kaki

saja," ujarnya. Ia justru menyebut, Muslim yang dari lahir sudah berislam

justru lebih liberal.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment