Antagonisme Penerapan Ajaran Islam di Indonesia (2)
Kesimpulan penelitian di atas tak jauh berbeda dari pengalaman dan pengakuan beberapa ustaz dan kiai sepulang dari Jepang setelah kunjungan selama dua minggu di Negeri Sakura. Program ini sudah berlangsung enam tahun atas kerja sama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta.
Para ustaz dan kiai itu difasilitasi untuk melihat dari dekat kehidupan sosial di sana dan bertemu sejumlah tokoh. Setiba di tanah air, hampir semua mengakui bahwa kehidupan sosial di Jepang lebih mencerminkan nilai-nilai Islam ketimbang yang mereka jumpai, baik di Indonesia maupun di Timur Tengah. Masyarakat terbiasa antre, menjaga kebersihan, kejujuran, suka menolong, dan nilai-nilai Islam lain yang justru makin sulit ditemukan di Indonesia.
Pernyataan serupa pernah dikemukakan Muhammad Abduh, ulama besar Mesir, setelah berkunjung ke Eropa. "Saya lebih melihat Islam di Eropa, tetapi kalau orang muslim banyak saya temukan di dunia Arab," katanya.
Kalau saja yang dijadikan indikator penelitian untuk menimbang keberislaman masyarakat itu ditekankan pada aspek ritual-individual, saya yakin Indonesia menduduki peringkat pertama menggeser Selandia Baru.
Namun, pertanyaan yang kemudian dimunculkan oleh Rehman dan Askari bukan semarak ritual, melainkan seberapa jauh ajaran Islam itu membentuk kesalehan sosial berdasarkan ajaran Alquran dan Hadis. Contoh perilaku sosial di Indonesia yang sangat jauh dari ajaran Islam adalah maraknya korupsi, sistem ekonomi dengan bunga tinggi, kekayaan tidak merata, persamaan hak bagi setiap warga negara untuk memperoleh pelayanan negara dan untuk berkembang, serta banyak aset sosial yang mubazir. Apa yang dikecam ajaran Islam itu ternyata lebih mudah ditemukan di masyarakat muslim ketimbang negara-negara Barat.
Di Indonesia, penyimpangan perilaku sosial terjadi di tengah kehidupan masyarakat yang secara individual sangat taat beragama. Namun kesalehan individu justru tidak berdampak pada kehidupan sosial. Misalnya, sering kita jumpai dalam kehidupan keluarga, muncul berbagai tindakan kekerasan. Seperti misalnya kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, penganiayaan terhadap pembantu, anak kandung tega menghabisi nyawa orang tuanya sendiri.
Dalam kehidupan antarumat beragama masih sering muncul masalah yang berujung konflik. Dalam kehidupan bermasyarakat, kata jujur sudah semakin sulit kita jumpai, budaya antre sudah semakin langka, budaya gotong royong dan kerja sama antarwarga terasa semakin jauh. Padahal salatnya taat dan sudah melaksanakan haji. Puasa dan zakatnya tidak pernah ketinggalan.
Demikian pula saat ini berkembang tindakan kriminalitas, seperti tindakan perampokan, pemerkosaan, pembunuhan, dan teror. Kerusuhan dan tawuran antarwarga telah terjadi di berbagai daerah. Dalam kehidupan berpolitik menjelang pemilukada, atmosfer bumi pertiwi semakin panas. Pertikaian antarparpol semakin tajam dan berakhir dengan jatuhnya banyak korban. Sementara itu tindakan pelanggaran moral sudah sampai pada titik kritis. Misalnya gejala prostitusi yang berakhir dengan aborsi, termasuk seksualitas yang bisa jadi komoditas.
Mengapa semarak dakwah dan ritual keagamaan di Indonesia tidak mampu mengubah perilaku sosial dan birokrasi sebagaimana yang diajarkan Islam, yang justru dipraktikkan di negara-negara sekuler? Tampaknya keberagaman kita lebih senang di level dan semarak ritual untuk mengejar kesalehan individual, tetapi menyepelekan kesalahan sosial. (bersambung)
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment