Advertising

Sunday 29 January 2012

[wanita-muslimah] Kolom IBRAHIM ISA - Menoleh SEBENTAR Ke “PERISTIWA 27 JULI 1996” Atau 'PERISTIWA SABTU KELABU”

/*Kolom IBRAHIM ISA*/
/*Minggu, 29 Januari 2012*/
/*-------------------------*


/*Menoleh SEBENTAR Ke "PERISTIWA 27 JULI 1996" Atau 'PERISTIWA SABTU
KELABU"*/


/Mengapa sekarang mengangkat kembali "Peristiwa 27 Juli 1996"? /

/Maksudnya, tak lain, adalah, untuk menambah bahan, dokumentasi,
analisis kritis dan fakta, dalam rangka mencari-tau mengapa 'konflik
antara SBY dan Mega' begitu heibat. Sehingga Mega beroposisi terhadap
pemerintah Presiden SBY, dan tidak mau hadir dalam undangan-undangan
penting Presiden SBY kepadanya. Termasuk undangn perayaan 17 Agustus 1945. /


/Tampaknya tidak umum diketahui, termasuk oleh anggota-anggota PDI-P,
bahkan kader-kadernyapun kurang menyadari, bahwa 'konflik" SBY vs Mega,
sesungguhnya punya latar belakang agak jauh ke belakang, Paling tidak
sejak 'Peristiwa 26 Juli 1996", di Jalan Diponegoro 58, Jakarta. Yaitu,
ketika kantor PDI Mega diserbu massa pendukung PDI pimpinan Soeryadi.
PDI Soeryadi dengan bantuan aparat keamanan negeri sebagai kekuatan
pokoknya./


/Kalau ditelusuri ke belakang, maka tampaknya penjelasan mengeni apa
sebab terjadi konflik Mega vs SBY, bahwa itu dikarenakan -- Mega dua
kali kalah dalam pemilihan presiden, --- itu bukan merupakan penjelasan
yang mengungkap inti masalah. Barangkali memang ada ada faktor itu,
tetapi ada yang lebih mendasar, lebih prinsipil. Bahwa, – - 'konflik'
antara Mega vs SBY, bukan masalah 'like and dislike', bukan masalah
pribadi, tetapi MASALAH PRINSIPIL. Katakanlah punya latar belakang
IDEOLOGIS. /


/SBY, --- Seperti jelas dari praktek politiknya selama menjabat fungsi
tertinggi negara, dan Partai Demokrat yang dilahirkannya, tampak beda
besar dengan strategi dan politik PDI-P di bawah pimpinan Mega. /


/PDI-P Mega menjadikan Pancasila dan ajaran Bung Karno sebagai dieologi
pembimbingnya (paling tidak seperti yang dideklarasikannya).Sedangkan
Partai Demokrat yang dibina SBY meneruskan strategi dan politik Orba,
yang berorientsi pada NEO LIBERALISME./


/* * */


"/Peristiwa 27 Juli 1996", -- baik disegarkan ingatan kita, --- adalah
peristiwa penyerbun dan didudukinya dengan kekerasan kantor Partai
Demokrasi Indonesia, yang dipimpin oleh Megawati Sukarnoputri, Kekerasan
tsb telah menimbulkan korban yang tewas, luka-luka dan 'hilang'.. Mega
ketika itu sudah mencuat namanya sebagai tokoh politik periode rezim
Orba, yang berani berkonfrontasi, berhadap-hadapan terhadap Orba. Mega
menantang Presiden Suharto yang ketika itu sedang jaya-jayanya. /


/Sejak Megawati berani secara terbuka menantang Suharto, mula-mula
sekitar penyelenggaraan Kongresi PDI, dimana kekuatan rezim Orba
melakukan segala sesuatu untuk menggeser Megawati dari kepimpinan PDI,
--- sampai kepada ucapan Mega, bahwa ia bersedia mengambil oper
kepemimpinan negara bila itu disetujui rakyat. Sejak itu rezim Orba
menggencarkan segala daya upaya untuk menghancurkan PDI pimpinan Mega.
Menggantikannya dengan PDI pimpinan Soeryadi yang sepenuhnya merupakan
alat politik yang patuh pada Suharto./


"/*Perisitiwa 26 Juli 1996" adalah puncak operasi intel Suharto untuk
menggeser Megawati dari dunia politik Indonesia dan menghancurkan
samasekali PDI pimpinan Megawati.*/


/*Nah, dalam operasi "Peristiwa 27 Juli 1996" militer yang
bertanggung-jawab, yang mengambil keputusan 'penyerbuan' itu tidak lain
adalah Brigjen Susilo Bambang Yudhoyono. Ketika itu ia menjabat Kasdam
Jaya.*/


/*Inilah a.l. LATAR BELAKANG penting konflik SBY vs Mega. Sudah sejak
dulu SBY dan kekuatan yang diwakilinya HENDAK MENHANCURKAN PDI-P
PIMPINAN MEGAWATI.*/


/* * */


/B*aik telutusuri "suntingan" WIKIPEDIA, sekitar "PERISTIWA 27 JULI
1996", sbb:*/

/Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas//*,*/

/*Peristiwa 27 Juli 1996 adalah peristiwa pengambilalihan secara
paksa*//kantor DPP <http://id.wikipedia.org/wiki/DPP> Partai Demokrasi
Indonesia <http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Demokrasi_Indonesia>
(PDI) di Jl Diponegoro 58 Jakarta Pusat yang saat itu dikuasai pendukung
Megawati Soekarnoputri
<http://id.wikipedia.org/wiki/Megawati_Soekarnoputri>. Penyerbuan
dilakukan oleh massa pendukung Soerjadi
<http://id.wikipedia.org/wiki/Soerjadi> (Ketua Umum versi Kongres PDI di
Medan
<http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kongres_PDI_di_Medan&action=edit&redlink=1>)
serta dibantu oleh aparat dari kepolisian dan TNI
<http://id.wikipedia.org/wiki/TNI>./

/Peristiwa ini meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta
<http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta>, khususnya di kawasan Jalan
Diponegoro, Salemba, Kramat. Beberapa kendaraan dan gedung terbakar./

/Pemerintah saat itu menuduh aktivis PRD
<http://id.wikipedia.org/wiki/PRD> sebagai penggerak kerusuhan.
Pemerintah Orde Baru kemudian memburu dan menjebloskan para aktivis PRD
ke penjara. Budiman Sudjatmiko
<http://id.wikipedia.org/wiki/Budiman_Sudjatmiko> mendapat hukuman
terberat, yakni 13 tahun penjara./

/ISTILAH/

/Ada dua istilah untuk Peristiwa 27 Juli ini, yaitu:/

*

/Kudatuli

<http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kudatuli&action=edit&redlink=1>.
Akronim dari Kerusuhan 27 Juli. Pertama kali dimuat di Tabloid
Swadesi <http://id.wikipedia.org/wiki/Swadesi> dan kemudian luas
digunakan oleh berbagai media massa. Mayjen TNI (Purn.) Prof. Dr.
Soehardiman, SE juga pernah menggunakannya dalam bukunya. /

*

/Sabtu Kelabu

<http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sabtu_Kelabu&action=edit&redlink=1>.
Merujuk pada hari saat terjadinya peristiwa ini yaitu hari Sabtu,
kata "kelabu" untuk menggambarkan "suasana gelap" yang melanda
panggung perpolitikan Indonesia saat itu. Tidak diketahui
pencetusnya, namun diduga semula beredar dalam forum-forum di
Internet. /

/*LAPORAN KOMNAS - HAM*/

/Hasil penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
<http://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Nasional_Hak_Asasi_Manusia>: 5
orang meninggal dunia, 149 orang (sipil maupun aparat) luka-luka, 136
orang ditahan. Komnas HAM juga menyimpulkan telah terjadi sejumlah
pelanggaran hak asasi manusia./

/Dokumen dari Laporan Akhir Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menyebut
pertemuan tanggal 24 Juli <http://id.wikipedia.org/wiki/24_Juli> 1996 di
Kodam Jaya <http://id.wikipedia.org/wiki/Kodam_Jaya> dipimpin oleh
Kasdam Jaya Brigjen Susilo Bambang Yudhoyono
<http://id.wikipedia.org/wiki/Susilo_Bambang_Yudhoyono>. Hadir pada
rapat itu adalah Brigjen Zacky Anwar Makarim
<http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Zacky_Anwar_Makarim&action=edit&redlink=1>,
Kolonel Haryanto, Kolonel Joko Santoso
<http://id.wikipedia.org/wiki/Joko_Santoso>, dan Alex Widya Siregar
<http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alex_Widya_Siregar&action=edit&redlink=1>.
Dalam rapat itu, Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan penyerbuan atau
pengambilalihan kantor DPP PDI oleh Kodam Jaya./

/Dokumen tersebut juga menyebutkan aksi penyerbuan adalah garapan Markas
Besar ABRI c.q. Badan Intelijen ABRI bersama Alex Widya S. Diduga,
Kasdam Jaya menggerakkan pasukan pemukul Kodam Jaya, yaitu Brigade
Infanteri 1/Jaya Sakti/Pengamanan Ibu Kota pimpinan Kolonel Inf. Tri
Tamtomo untuk melakukan penyerbuan. Seperti tercatat di dokumen itu,
rekaman video peristiwa itu menampilkan pasukan Batalion Infanteri
201/Jaya Yudha menyerbu dengan menyamar seolah-olah massa PDI
pro-Kongres Medan. Fakta serupa terungkap dalam dokumen Paparan Polri
tentang Hasil Penyidikan Kasus 27 Juli 1996, di Komisi I dan II DPR RI,
26 Juni 2000.[1]
<http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_27_Juli#cite_note-0>/

/Latar belakang/

/Soeharto <http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto> dan pembantu
militernya merekayasa Kongres PDI di Medan dan mendudukkan kembali
Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI. Rekayasa pemerintahan Orde Baru untuk
menggulingkan Megawati itu dilawan pendukung Megawati dengan menggelar
mimbar bebas di Kantor DPP PDI./

/Mimbar bebas yang menghadirkan sejumlah tokoh kritis dan aktivis
penentang Orde Baru, telah mampu membangkitkan kesadaran kritis rakyat
atas perilaku politik Orde Baru. Sehingga ketika terjadi pengambilalihan
secara paksa, perlawanan dari rakyat pun terjadi./

/Pasca Orde Baru/

/Pengadilan Koneksitas yang digelar pada era Presiden Megawati
<http://id.wikipedia.org/wiki/Megawati> hanya mampu membuktikan seorang
buruh bernama Jonathan Marpaung yang terbukti mengerahkan massa dan
melempar batu ke Kantor PDI. Ia dihukum dua bulan sepuluh hari,
sementara dua perwira militer yang diadili, Kol CZI Budi Purnama (mantan
Komandan Detasemen Intel Kodam Jaya) dan Letnan Satu (Inf) Suharto
(mantan Komandan Kompi C Detasemen Intel Kodam Jaya) divonis bebas./

/Garis waktu/

/*Pukul 01.00* /

/Di Markas PDI ada sekitar 300 orang yang berjaga -- suatu kebiasaan
dilakukan sejak Kongres Medan lalu. Di luar pagar, ada sekitar 50 orang.
Satgas dan simpatisan Megawati mulai terlelap dan sebagian ada yang main
catur di pinggir pelataran kantor dan juga di Jalan Diponegoro dengan
beralaskan terpal./

/*Pukul 03.00* /

/Para pendukung Mega mulai mencium sesuatu bakal terjadi, setelah
patroli mobil polisi berkali-kali melintas. Sebagian dari mereka mencoba
memantau keadaan dari jembatan kereta api Cikini
<http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cikini&action=edit&redlink=1>./

*

/*Pukul 05.00* /

/Serombongan pasukan berbaju merah, kaus PDI, bergerak menuju Diponegoro
58. Konon mereka diangkut dengan delapan truk./

*
/*Pukul 06.15* /

/Pasukan berkaus merah tadi akhirnya sampai di depan Kantor PDI dan
kedatangan mereka disambut para pendukung Mega dengan lemparan batu.
Pasukan merah tadi pun membalas dengan batu dan lontaran api. Maka,
spanduk yang menutupi hampir semua bagian depan Kantor PDI terbakar
ludes. Bentrok fisik pun tak terhindarkan. Sebuah sumber mengatakan ada
empat orang tewas, tapi angka ini belum dikonfirmasi./

/Semua jalan menuju ke arah Diponegoro sudah diblokir oleh kesatuan
polisi. Perempatan Matraman <http://id.wikipedia.org/wiki/Matraman>
menuju ke Jalan Proklamasi ditutup dengan seng-seng Dinas Pekerjaan Umum
<http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dinas_Pekerjaan_Umum&action=edit&redlink=1>
yang sedang dipakai dalam pembangunan jembatan layang Pramuka-Jalan Tambak./

/Massa sudah berkumpul di depan Bank BII Megaria
<http://id.wikipedia.org/wiki/Bioskop_Megaria>. Sedang di samping pos
polisi sudah bersiap dua mobil anti huru-hara dan empat mobil pemadam
kebakaran persis di depan DPP PDI. Polisi anti huru-hara terlihat ketat
di belakang mobil anti huru-hara dan di depan Kantor PDI./

/*Pukul 09.15* /

/Di samping Kantor PDI (dan PPP) terlihat massa -- yang tampaknya bukan
dari PDI -- sedang baku lempar batu dengan ABRI
<http://id.wikipedia.org/wiki/ABRI> yang bertameng dan bersenjatakan
pentungan. Massa terus melawan dengan melempar batu./

/*Pukul 09. 24* /

/Massa di belakang Gedung SMP 8 dan 9, di samping Kantor PDI dan PPP,
mulai terdesak mundur ketika ada bantuan pasukan yang tadinya hanya
berjaga-jaga di bawah jembatan kereta api. Mereka dipukul mundur sampai
di belakang Gedung Proklamasi
<http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gedung_Proklamasi&action=edit&redlink=1>.
Tiga wartawan foto mulai membidik massa yang lari tunggang langgang,
Sedang salah seorang wartawan foto mendekati pasukan loreng dan berusaha
mengambil gambar. Tiba-tiba seorang wartawan foto -- yang belakangan
diketahui bernama Sukma dari majalah Ummat
<http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Majalah_Ummat&action=edit&redlink=1>
-- terlihat dipukuli pasukan loreng dan diseret bajunya (Lihat berita
KOMPAS, 29 Juli 1996). Dari sana Sukma -- dengan menarik bajunya --
dibawa ke belakang Gedung SMP 8 dan 9 Jakarta, tempat pasukan loreng
berkumpul yang berjarak 300 meter dari tempat pertama pemukulan./

/*Pukul 09. 35* /

/Massa di depan Megaria yang diblokade pasukan polisi anti huru-hara,
melempar batu ketika mobil ambulans dari Sub Dinas Kebakaran Jakarta
yang meluncur dari kantor DPP PDI mencoba menerobos kerumanan massa dan
polisi di depan Bank BII di pertigaan Megaria. Massa yang berada di
depan gedung bioskop Megaria
<http://id.wikipedia.org/wiki/Bioskop_Megaria> dan Bank BII,
berteriak-teriak dan bernyanyi, "Mega pasti menang, pasti menang, pasti
menang"./

/*Pukul 09. 45* /

/Wartawan dalam dan luar negeri, yang sedari pagi berkumpul di depan pos
polisi, mulai dihalau oleh pasukan anti huru-hara menuju kerumunan massa
di depan Bank BII./

/Saat itu juga terlihat kepulan asap hitam membubung dari DPP PDI. Salah
seorang satgas PDI pro Mega mengatakan bahwa sebagian Kantor PDI sempat
dibakar dan arsip-arsip di dalam kantor sudah dimusnahkan. Korban tewas
dari PDI pro Megawati yang berada di DPP diperkirakan empat orang.
Sekitar 300 orang luka parah, 50 orang diantaranya dari cabang-cabang
Jawa Timur yang tengah berjaga-jaga di Kantor PDI./

/Jalan Diponegoro di depan DPP PDI mulai dibersihkan dari batu-batu dan
bekas kebakaran. Seonggok bangkai mobil dan motor yang terbakar juga
disiram dan berada persis di depan pintu masuk Kantor PDI./

/*Pukul 11. 30* /

/Ribuan massa terus bertambah dan terpisah letaknya di tiga tempat.
Yaitu di depan Bioskop Megaria, di depan BII, serta di depan Telkom,
persis di depan jalan tempat Proyek Apartemen Menteng. Mereka menjadi
satu kerumunan besar di pos polisi di bawah jembatan kereta api layang.
Belum lagi massa dari arah Selatan di bawah jembatan layang kereta api
yang sebelumnya dipukul mundur, sudah mulai bergerak maju dan menjadi
satu kembali dengan massa besar tadi./

/Mimbar bebas pun digelar. Helikopter polisi terus memantau massa yang
mulai mengadakan mimbar bebas. Dipandu aktivis pemuda, mimbar bebas
menjadi ajang umpatan pada aparat keamanan, dan sanjungan untuk Mega.
"Mega pasti menang, pasti menang, pasti menang.....," terus terdengar.
Massa yang masih di dalam pagar lintasan kereta api mulai merobohkan
pagar besi, lantas menyatu dengan massa peserta mimbar bebas./

Pukul 11. 40* /

/Massa yang berada di dalam pagar lintasan kereta api mulai melempar
batu ke arah aparat yang sudah berjaga-jaga di depan SMP 8 dan 9
Jakarta. Terdengar dari kejauhan massa di mimbar bebas terus berteriak
mengecam aparat berseragam loreng. Batu-batu yang beterbangan membuat
wartawan berlindung di belakang blokade polisi dan sebagian lagi
menyelamatkan diri dengan berlindung di mobil anti huru-hara./

/Pihak kepolisian Jakarta Pusat berusaha menenangkan massa yang
melempari pasukan dari Yon Kavaleri VII dan Yon Armed 7 Jayakarta. Massa
yang terus bergerak membuat pasukan berseragam loreng bertahan di
sekitar Jalan Pegangsaan Timur./

/Di depan pos polisi, massa yang terus bertambah jumlahnya memenuhi
pentas mimbar bebas. Massa di depan bioskop Megaria merobohkan pagar
besi pembatas jalan dan bergabung menyaksikan mimbar bebas. Salah
seorang tampak berdiri di tengah lingkaran massa dengan membawa tongkat
berbendera Merah Putih yang dikibarkan setengah tinggi tongkat. Dia
berteriak, "Kita di sini menjadi saksi sejarah. Kawan-kawan kita mati di
dalam Kantor PDI. Kita harus menunggu komando langsung dari Ibu Mega,"
teriaknya lantang. Yang lain menyanyikan, "Satu komando..... satu
tindakan." Kemudian ada doa bersama untuk mereka yang tewas./

/*Pukul 12. 40* /

/Pihak keamanan meminta utusan mimbar bebas untuk bersama-sama pihak
keamanan masuk melihat situasi di dalam Kantor PDI. Lima orang akhirnya
dipilih, sementara mimbar bebas terus berjalan./

/*Pukul 12. 45* /

/Bantuan polisi dari satuan Sabhara Polda Metro Jaya mulai berdatangan
memenuhi jalan depan Kantor PDI. Sedang lima orang utusan di bawah
pimpinan Drs. Abdurrahman Saleh, bekas pengurus Yayasan Lembaga Bantuan
Hukum Indonesia, masuk ke dalam kantor DPP yang porak poranda. Sekitar
lima menit berada di dalam Kantor PDI, lima utusan tadi ke luar. Salah
seorang wakil utusan, ketika ditanya TEMPO Interaktif tentang bagaimana
kondisi di dalam kantor DPP, mengatakan, "Di dalam tidak ada apa-apa;
darah berceceran di semua ruangan." Orang ini bercerita sambil menahan
tangis; matanya sarat air mata, sambil membawa jaket merah PDI bernama
dada Nico Daryanto, mantan Sekretaris Jenderal PDI, dan satu spanduk merah./

/Kelima utusan tersebut didaulat naik ke atas mobil anti huru-hara untuk
melaporkan keadaan di dalam gedung. Baru beberapa kata terucap dari
utusan tadi, sebuah batu melayang entah darimana dan mengenai tangan
seorang utusan yang berdiri di atas mobil anti huru-hara. Akhirnya,
laporan keadaan Kantor PDI berhenti sampai di si/*Pukul 13. 52* /

/Pengacara Megawati, RO Tambunan, berpidato di depan Kantor PDI. Dia
mengatakan, "Kita menduduki Kantor DPP karena Megawati adalah pimpinan
yang syah. Negara ini adalah negara hukum, jadi tunggu proses hukum
selesai," katanya keras. Yang dimaksud Tambunan adalah proses hukum
berupa tuntutan Megawati ke alamat Soerjadi dan sejumlah pejabat
pemerintah di pengadilan yang sampai kini masih disidangkan, sehingga
status Kantor PDI belum diputuskan./

/Menurut RO Tambunan, Kapolres Jakarta Pusat sudah berjanji tidak
seorang pun diperkenankan masuk, termasuk kubu Soerjadi. Barang-barang
tak satu pun boleh keluar dari dalam kantor; pihak pengacara akan
mendaftar barang-barang DPP. "Ini negara hukum, kita harus turuti
perintah hukum," ujar Tambunan./

/*Pukul 14. 05* /

/Soetardjo Soerjogoeritno, salah satu pimpinan DPP PDI yang pro
Megawati, tiba-tiba terlihat berjalan mendekati Kantor PDI. Sesaat
kemudian Soerjogoeritno bicara dengan Kapolres Jakarta Pusat soal status
Kantor PDI./

/Massa yang mencoba mendekati Soerjogoeritno dihalau anggota Brimob yang
bersiaga dengan anjing pelacak. Tapi, melihat ribuan orang, dua anjing
herder itu tak berani bergerak mengejar massa. Massa makin berani. "Kami
ini manusia, kok dikasih anjing," kata seseorang marah. Siang itu pula
setumpuk koran Terbit yang memberitakan Kantor DPP PDI Diserbu,
ramai-ramai dirobek-robek./

/*Pukul 14. 29* /

/Hujan batu terjadi. Massa yang di berada depan pos polisi melempari
barikade polisi anti huru-hara. Satuan anti kerusuhan itu terpaksa
mundur dan berlindung dari hujan batu. Mobil anti huru-hara yang tetap
nongkrong di bawah jembatan layang dilempari batu bertubi-tubi. Dua
lapis barisan polisi dan tentara bergerak maju. Dengan tameng dan
tongkat mereka merangsek maju menghalau massa. Maka, ribuan orang itu
beringsut mundur ke arah Salemba./

/Ada sekitar seratus orang yang berlindung di dalam gedung Kedutaan
Besar Palestina, persis di depan Kantor PDI. Di samping Kantor PDI, di
Kantor PPP, terlihat puluhan wartawan berkumpul. Sementara itu, polisi
dan tentara mengejar massa sampai di depan Rumah Sakit Cipto (RSCM).
Beberapa orang terlihat dipentung dengan rotan. Seorang siswa STM 1
Jakarta, menangis di depan bioskop Megaria -- lengannya patah ketika
menangkis pukulan dan pentungan petugas. Di depan Megaria itu suasananya
gaduh, ambulans meraung-raung terus menerus. Korban-korban yang bocor
kepalanya dan luka-luka diseret ke depan Kantor PDI dan menjadi bidikan
foto wartawan./

/*Pukul 15. 00* /

/Enam buah panser mulai berdatangan di depan pos polisi Megaria. Persis
di depan Rumah Sakit Cipto (RSCM), sebuah bus tingkat dibakar massa. Tak
jauh dari bus yang terbakar, satu lagi bus PPD nomor trayek 40, disiram
bensin dan dibakar dengan sebuah korek api. Terbakarlah bus jurusan
Kampung Rambutan-Kota itu./

/*Pukul 15. 37* /

/Persis di depan Fakultas Kedokteran UI Salemba, sebuah bus Patas PPD
nomor trayek 2, habis terbakar. Ribuan massa mulai mencabuti rambu-rambu
lalu lintas dan menghancurkan lampu lalu-lintas di pertigaan Salemba.
Asrama Kowad -- yaitu gedung Persit Kartika Candra Kirana -- merupakan
gedung pertama yang diamuk massa. Pertama-tama dengan lemparan batu dari
luar, kemudian massa masuk ke halaman, dan membakar gedung tersebut.
Sebuah kendaraan jip yang diparkir di halaman dibakar massa, menimbulkan
api yang besar./

/Wisma Honda yang terletak di sebelah Barat gedung Persit, tak luput
dari lemparan batu. Tapi, beberapa jam kemudian, gedung Honda itu pun
habis dilalap si jago merah. Massa kemudian bergerak ke arah Selatan dan
membakar Gedung Departemen Pertanian yang berlantai delapan. Sebuah
sedan Mercy juga dibakar habis./

/*Pukul 15. 55* /

/Massa terus bergerak ke arah Matraman. Maka, beberapa gedung pun jadi
korban amukan api yang disulut massa. Pertama-tama gedung Bank
Swansarindo Internasional. Api yang berasal dari karpet lantai dan
korden jendela kaca itu dengan cepat merambat ke atas gedung berlantai
lima ini. Show room Auto 2000 yang berada disebelahnya juga tidak luput
dari amukan massa dan dibakar beserta mobil yang dipamerkan di dalamnya.
Selanjutnya Bank Mayapada juga dibakar massa./

/Ribuan massa terus bergerak ke arah Matraman. Dengan tembakan ke udara,
massa mulai tercerai-berai. Sebagian ke arah Pramuka, sebagian lagi ke
arah Proyek Perdagangan Senen. Sebelumnya, seorang polisi kelihatan
memegangi kepalanya yang bocor kena lemparan batu. Dia berkata kepada
seorang rekannya yang berseragam loreng, "Bapak yang bawa senjata ke
depan saja Pak."/

/*Pukul 16. 19* /

/Massa rupanya melempari Bank BHS di Jalan Matraman. Kelihatan api mulai
menyala di samping gedung BHS, tetapi tidak sampai menyentuh gedung bank
itu karena sepasukan tentara berbaret hitam dengan tronton pengangkut
pasukan segera tiba./

/Sedangkan jalan Salemba Raya terlihat gelap. Asap hitam tebal dari
gedung Bank Mayapada dan Auto 2000 membubung ke udara. Massa yang
bergerak ke arah Salemba inilah yang kemudian membakar gedung Darmex,
Gedung Telkom, terus sampai ke arah Senen. Namun mereka dihalau panser
tentara dan gagal mencapai Senen./

/*Pukul 16. 33* /

/Tiga panser didatangkan ke perempatan Matraman. Panser ini berhasil
membubarkan massa yang merusak semua rambu-rambu lalu lintas./

/*Pukul 19.00* /

/Massa di Jalan Proklamasi mulai berkerumun. Tak lama kemudian mereka
membakar toko Circle K, Studio SS Foto, dan beberapa bangunan lagi. Aksi
dikabarkan berlangsung sampai pukul 01.00 dinihari.[2]
<http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_27_Juli#cite_note-1>/


/Buku dan penelitian/

/Peristiwa 27 Juli menghasilkan sejumlah buku dan sejumlah penelitian.
Pejabat militer juga menulis buku untuk menjelaskan posisinya dalam
kasus itu. Benny S Butarbutar, yang menulis buku Soeyono Bukan Puntung
Rokok (2003), memaparkan Kasus 27 Juli dari perspektif Soeyono yang kala
itu menjabat Kepala Staf Umum ABRI <http://id.wikipedia.org/wiki/ABRI>.
Ia membangun teori persaingan srikandi kembar antara Megawati dan Siti
Hardijanti Rukmana
<http://id.wikipedia.org/wiki/Siti_Hardijanti_Rukmana> sebagai latar
terjadinya Kasus 27 Juli. Ia juga memaparkan, rivalitas di tubuh tentara
yang membuatnya tersingkir dari militer. Soeyono menyebutnya sebagai
Killing the Sitting Duck Game, rekayasa untuk "Membunuh Bebek Lumpuh."
Sehari sebelum kejadian, Soeyono mengalami kecelakaan di Bolaang Mongondow./

/Buku lain yang muncul adalah Membongkar Misteri Sabtu Kelabu 27 Juli
1996 dengan editor Darmanto Jatman (2001). Tim peneliti Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia
<http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Ilmu_Pengetahuan_Indonesia> juga
membukukan hasil penelitian mengenai Militer dan Politik Kekerasan Orde
Baru-Soeharto di Belakang Peristiwa 27 Juli? (2001)./

/Peringatan/

/Pada Rabu 26 Juli <http://id.wikipedia.org/wiki/26_Juli> 2006
<http://id.wikipedia.org/wiki/2006>, Malam Dasawarsa Tragedi 27 Juli
1996 digelar di bekas Kantor Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan
Diponegoro Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat. Acara hanya dihadiri
keluarga korban dan saksi mata peristiwa ini. Petinggi partai yang sudah
berubah nama menjadi PDI Perjuangan
<http://id.wikipedia.org/wiki/PDI_Perjuangan> tidak terlihat hadir.
Begitu juga Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri
<http://id.wikipedia.org/wiki/Megawati_Sukarnoputri>. Walau begitu acara
berjalan khidmat. Setelah tahlilan, peringatan itu diteruskan pemotongan
tumpeng kemudian ditutup dengan renungan. [3]
<http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_27_Juli#cite_note-2>/

/Referensi/
1.
/*^*/

<http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_27_Juli#cite_ref-0>/Selimut Politik
Sabtu Kelabu

<http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2004/07/26/LU/mbm.20040726.LU94162.id.html>,
Tempo /

2.

/*^*/
<http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_27_Juli#cite_ref-1>/TEMPO
Interaktif, edisi 23/01 - 10/Agustus/1996 /
3.

<http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_27_Juli#cite_ref-2>/Liputan 6
<http://liputan6.com/view/1,126444,1,0,1153978562.html> /

Pranala luar/

/*(Indonesia)*////, Tempo /

/*(Indonesia)*//Diponegoro 58, Suatu Hari pada 1996

<http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2004/07/26/LU/mbm.20040726.LU94166.id.html>,
Tempo /

/*(Indonesia)*//Letjen (Purn.) Soeyono: "SBY Ada di Lokasi, tapi
..."

<http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2004/07/26/LU/mbm.20040726.LU94165.id.html>,
Tempo /
/*(Indonesia)*//Pengakuan Syarwan Hamid (Detik)
<http://jkt.detik.com/gudangdata/pengakuan-syarwan.shtml> /
/*(Indonesia)*//Kasus 27 Juli

<http://unisosdem.org/article_printfriendly.php?aid=2247&coid=3&caid=22>
/
/*(Indonesia)*//Kapolri Perintahkan Kasus 27 Juli Dilanjutkan
(Media Indonesia)
<http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2004060802030413>
/*(Indonesia)*//Kumpulan tulisan seputar peristiwa 27 Juli

<http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2004/07/26/LU/>/*(Indonesia)*//Kekerasan
27 Juli 1996 Dalam Kenangan Ujang
(liputan6.com)
<http://www.liputan6.com/view/11,59271,1,0,1153935589.html>
/(Indonesia)*//Kudatuli
<http://lifeschool.wordpress.com/2008/07/27/kudatuli/> /

------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
wanita-muslimah-digest@yahoogroups.com
wanita-muslimah-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

0 comments:

Post a Comment