Berikut penjelasan atas fitnah dan bualan LPPI (Amin Djamaluddin dkk).
Satu bukti terbukti dusta, maka nyatalah bahwa mereka (LPPI) adalah pendusta.
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Yudi Yuliyadi" <yudi@...> wrote:
>
> Ringkasan kesesatan Ahmadiyah
>
>
> Dari hasil penelitian LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam)
> ditemukan butir-butir kesesatan dan penyimpangan Ahmadiyah ditinjau dari
> ajaran Islam yang sebenarnya. Butir-butir kesesatan dan penyimpangan itu
> bisa diringkas sebagai berikut:
LPPI tidak melakukan penelitian, tetapi melakukan pelintiran atas literatur-literatur milik Ahmadiyah yang ditafsirkan sesuai selera sederhana LPPI.
>
> 1. Ahmadiyah Qadyan berkeyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad dari India itu
> adalah nabi dan rasul. Siapa saja yang tidak mempercayainya adalah kafir dan
> murtad.
Ahmadiyah meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad itu Nabi dan Rasul adalah
berdasar pengakuan bahwa beliau mendapat wahyu dan diangkat oleh Allah. Jadi, bukan atas kemauan beliau sendiri. Tuhan mempunyai wewenang mengangkat siapa saja di antara hamba-hamba yang dipilih-Nya. Ternyata Allah Ta'ala berfirman: "Allah maha mengetahui dimana Dia akan menempatkan risalat-Nya" (Al-An'aam:124)
Allah Ta'ala pasti memberi hukuman yang sekeras-kerasnya kepada siapa yang berani-berani mengaku menjadi nabi, padahal dia bukan. Ternyata Dia berfirman: "Seandainya dia mengada-ada sebagian perkataan atas nama Kami, niscaya Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian, tentulah Kami memutuskan urat lehernya" (Al Haqqah:44-46)
Tidak selamanya sebutan kafir ditujukan kepada siapa yang mengingkari Tuhan, nabi, rasul, kitab dan sebagainya. Ternyata istilah itu beragam pemakaiannya. Contohnya:
a. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah kamu menjadi KAFIR dibelakangku, sehingga sebagian dari kamu memancung leher yang lain" (Misykat Jilid 1, hal. 37)
Yang dimaksud dengan kafir oleh Rasulullah s.a.w. di sini adalah orang-orang mukmin jangan saling perang-memerangi, sebab perbuatan itu kafir.
b. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Siapa di antara budak-budak yang lari
meninggalkan tuannya, maka sesungguhnya ia telah menjadi KAFIR sebelum ia kembali kepada tuan mereka" (Muslim, jld. 1, hal. 37)
c. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada dua sifat yang masih terdapat di kalangan umatku, mereka masih KAFIR dalam dua sifat itu, yakni mencela kebangsaan orang lain dan meratapi mayit" (Muslim, jld.1, hal.37)
d. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Perjanjian teguh yang membedakan kita dengan mereka (orang-orang kafir dan musyrik)adalah sembahyang, maka barangsiapa meninggalkan sembahyang niscaya KAFIRlah dia" (Misykat, hal. 58).
Jadi, andaikata ada sebutan kafir, maka yang dimaksud ialah tak lain
hanya menyatakan, tanpa sekelumitpun rasa benci atau tidak bersahabat, bahwa orang itu tidak beriman dan mengingkari kebenaran seorang nabi atau rasul. Dalam kaitan ini sudilah memperhatikan tulisan pendiri Jemaat Ahmadiyah berikut ini:
"Cobalah perhatikan kebohongan para alim-ulama, betapa mereka menuduh kami telah mengkafirkan dua ratus juta kaum muslimin, padahal bukanlah kami yang memulai hal ini, bahkan para ulamalah yang mula-mula mengkafirkan kami dan mereka pulalah yang telah menimbulkan kiamat dengan menghamburkan fatwa-fatwa mengkafirkan kami, dan dengan fatwa-fatwa itu mereka telah menimbulkan kegemparan di seluruh India ..." (Haqiqatul Wahyi, hal.120-121)
Selain itu, menurut kami kafir ada 2 macam. Mengingkari nabi tasyri'i (nabi pembawa Syari'at) adalah lain dan mengingkari nabi ummati (nabi pengikut) adalah lain lagi statusnya. Dikarenakan Rasulullah s.a.w. adalah nabi pembawa Syari'at, maka mengingkari Islam atau mengingkari Rasulullah s.a.w., langsung membuat seseorang itu menjadi kafir, dalam arti menjadi non-muslim. Dalam kondisi dimana seseorang menerima Rasulullah s.a.w. dan Al-Qur'an sebagai
Kalamullah, namun ia mengingkari Masih MAU'UD (Al Masih yang Dijanjikan), maka keingkarannya itu bukanlah suatu ke-kafir-an yang dapat membuatnya menjadi non-muslim. Dikarenakan Masih Mau'ud adalah nabi ummati, maka mengingkari beliau berarti membuat seseorang menjadi kafir/ingkar terhadap nabi ummati. Sebagai anggota didalam umat Rasulullah s.a.w., orang itu dapat disebut MUSLIM. Akan tetapi dia menjadi "kafir" dalam hal mengingkari Masih Mau'ud.
Mengingkari Masih Mau'ud bukanlah kekafiran secara langsung, melainkan kekafiran secara tidak langsung - sebagaimana bahwa halnya kenabian Masih Mau'ud itu adalah kenabian yang tidak langsung. Inilah yang merupakan spirit daripada tulisan pendiri Jemaat Ahmadiyah berikut ini:
"Poin ini perlu diingat bahwa menyatakan orang-orang yang mengingkari
pendakwaannya sebagai kafir hanyalah ciri nabi-nabi yang membawa Syari'at serta hukum-hukum baru dari Allah Ta'ala. Akan tetapi, selain daripada pembawa Syari'at, segenap mulham (penerima ilham) dan muhaddats (yang bercakap-cakap dengan Allah Ta'ala) - tidak perduli betapa mulianya kedudukannya disisi Allah dan memperoleh anugrah bercakap-cakap langsung dengan Allah - dengan mengingkari mereka tidak ada yang menjadi kafir" (Triyaqul Qulub, cat.kaki hal. 130, Rohani Khazain Jld. 15, cat. kaki hal. 432)
> 2. Ahmadiyah Qadyan mempunyai kitab suci sendiri yaitu kitab suci
> "Tadzkirah".
Tidak diragukan lagi bagi Jemaat Ahmadiyah bahwa tidak ada kitab suci lain kecuali Al-Qur'an, dan nama Tadzkirah yang disebut-sebut sebagai kitab suci baru muncul sekitar tahun 1992 ketika salah seorang penulis buku yang terbit di Indonesia yaitu M. Amin Djamaluddin mengarang buku berjudul Ahmadiyah & Pembajakan Al-Qur'an. Jadi, istilah kitab suci yang melekat pada buku Tadzkirah memang diciptakan oleh M. Amin Djamaluddin (Ketua LPPI), bukan oleh Jemaat Ahmadiyah.
Di dalam literatur-literatur Ahmadiyah apa pun, sejak masa hidup Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. (1835-1908) sampai dengan hari ini, tidak pernah ditemukan istilah kitab suci untuk Tadzkirah.
Ayat-ayat al-Qur'an adalah milik Allah Ta'ala, bukan milik M. Amin Djamaluddin dan kroni-kroninya, sehingga jika ada beberapa wahyu yang beliau terima merupakan pengulangan dari ayat-ayat suci Al-Qur'an. Hal tersebut dimaksudkan sebagai penekanan pada beberapa segi konotasi ayat-ayat tertentu dan penerapannya pada situasi tertentu. Dengan adanya beberapa wahyu yang sama redaksinya dengan ayat suci Al-Qur'an serta diulang-ulang, bukanlah pilihan dan keinginan dari Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai penerima wahyu, namun hal itu semata-mata merupakan kehendak dari Allah Ta'ala sebagai Pemberi Wahyu.
Jadi, jika tuduhannya adalah membajak ayat-ayat suci Al-Qur'an, maka tuduhan itu tidak ada dasarnya sama sekali, sebab dapat kita temukan juga `pembajakan' serta pengulangan-pengulangan ayat-ayat Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya adalah pengutipan ayat-ayat Qur'an dalam ceramah-ceramah dan juga dalam tulisan di berbagai macam buku. Orang-orang yang mengutip ayat-ayat suci Al-Qur'an itu juga dapat dikatakan telah membajak kitab suci Al-Qur'an dengan menurutkan tuduhan para penentang Ahmadiyah, sebab mereka tidak meminta izin dari Pemilik Al-Qur'an yaitu Allah Ta'ala untuk mengutip isi Al-Qur'an.
Bahkan dalam Al-Qur'an Karim juga dapat kita temukan kesamaan dengan kitab-kitab suci terdahulu sebelum lahirnya Al-Qur'an. Kalau begitu keadaannya, apakah kita punya keberanian untuk mengatakan bahwa Islam telah mengacak-acak dan membajak isi dari kitab-kitab sebelumnya seperti Taurat dan Injil karena ada beberapa ayat dalam Al-Qur'an Karim yang merupakan pengulangan dari kedua kitab tersebut?
"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku,
" (61: 6)
"Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: "Hai Bani Israil,
" (61: 7)
Apakah kita mau mengatakan bahwa, na'udzubillahii min dzalik, Rasululah Muhammad s.a.w. telah membajak perkataan nabi-nabi sebelumnya? Demikian pula halnya dengan kisah-kisah yang terdapat dalam Taurat juga ada di dalam Al-Qur'an, apakah kita juga ingin mengatakan bahwa Al-Qur'an telah menyadur dan membajak isi Taurat?
Bahkan ahl-kitab (Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa banyak ayat Al-Qur'an yang diambil dari Alkitab (Bible). Dengan kata lain, dapat pula orang Islam dituduhkan telah membajak isi Alkitab mereka. Apakah kita sanggup menerima tuduhan ini dengan lapang dada? Tentu tidak.
> 3. Kitab suci "Tadzkirah"adalah kumpulan "wahyu" yang diturunkan "Tuhan"
> kepada "Nabi Mirza Ghulam Ahmad" yang kesuciannya sama dengan Kitab Suci
> Al-Qur'an dan kitab-kitab suci yang lain seperti; Taurat, Zabur dan Injil,
> karena sama-sama wahyu dari Tuhan.
Tadzkirah bukanlah kitab suci bagi Jemaat Ahmadiyah, dan kitab sucinya Jemaat Ahmadiyah adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Besar Muhammad s.a.w. yaitu Al-Qur'an.
Demikian pula Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. telah menyatakan mengenai Al-Qur'an sebagai berikut:
"Tidak ada kitab kami selain Qur'an Syarif. Dan tidak ada rasul kami kecuali Muhammad Musthafa shallallaahu `alaihi wasallam. Dan tidak ada agama kami kecuali Islam. Dan kita mengimani bahwa nabi kita s.a.w. adalah Khaatamul Anbiya', dan Qur'an Syarif adalah Khaatamul Kutub. Jadi, janganlah menjadikan agama sebagai permainan anak-anak. Dan hendaknya diingat, kami tidak mempunyai pendakwaan lain kecuali sebagai khadim Islam. Dan siapa saja yang mempertautkan hal [yang bertentangan dengan] itu pada kami, dia melakukan dusta atas kami. Kami mendapatkan karunia berupa berkat-berkat melalui Nabi Karim s.a.w. Dan kami memperoleh karunia berupa makrifat-makrifat melalui Qur'an Karim. Jadi, adalah tepat agar setiap orang tidak menyimpan di dalam kalbunya apa pun yang bertentangan dengan petunjuk ini. Jika tidak, dia akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah Ta'ala. Jika kami bukan khadim Islam, maka segala upaya kami akan sia-sia dan ditolak, serta akan diperkarakan." (Maktubaat-e-Ahmadiyyah, jld. 5, no. 4)
Jadi, yang namanya Tadzkirah sebenarnya adalah sebuah buku yang berisi kumpulan wahyu-wahyu, kasyaf-kasyaf serta mimpi-mimpi yang diterima oleh Hz. Mirza Ghulam Ahmad dalam hidupnya selama lebih dari 30 tahun. Selama Hz. Mirza Ghulam Ahmad hidup, tidak ada buku yang bernama Tadzkirah dalam lingkungan Jemaat Ahmadiyah dan Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. tidak pernah menulis buku yang berjudul Tadzkirah.
Buku Tadzkirah ini dibuat atas prakarsa Hz. Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a. bertahun-tahun kemudian setelah wafatnya Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s., yaitu pada sekitar tahun 1935, ia menginstruksikan Nazarat Ta'lif wa Tashnif, sebuah biro penerangan dan penerbitan Jemaat Ahmadiyah pada waktu itu untuk menghimpun wahyu-wahyu, kasyaf-kasyaf serta mimpi-mimpi yang diterima Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagaimana terdapat dalam berbagai macam terbitan (buku-buku, jurnal-jurnal [selebaran, majalah] dan surat kabar-surat kabar) yang mana materi terbitan itu telah disebarkan kepada umum pada saat itu. Selain dari berbagai macam terbitan, dari catatan-catatan harian Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. juga ditemukan keterangan mengenai pengalaman ruhani beliau, juga tidak ketinggalan adanya kesaksian dari para Sahabat, anggota keluarga, kerabat, dan lainnya, di mana mereka diberitahu oleh Hz. Mirza Ghulam Ahmad mengenai wahyu, kasyaf, mimpi yang beliau terima dari Allah Ta'ala.
Untuk maksud ini dibentuklah sebuah panitia yang terdiri dari Maulana Muhammad Ismail, Syekh Abdul Qadir dan Maulvi Abdul Rasyid. Panitia tersebut kemudian menyusun wahyu-wahyu, kasyaf-kasyaf serta mimpi-mimpi yang diterima Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. secara sistematis dan kronologis ke dalam bentuk sebuah buku. Setelah pekerjaan tersebut selesai, maka buku tersebut diberi nama Tadzkirah. Nama Tadzkirah sendiri mempunyai arti kenangan atau peringatan. Buku ini kemudian dicetak dalam jumlah yang terbatas, dan di Indonesia pun jumlahnya sangat terbatas serta hanya dimiliki oleh mereka yang mengerti bahasa Urdu.
> 4. Orang Ahmadiyah mempunyai tempat suci sendiri untuk melakukan ibadah
> haji yaitu Rabwah dan Qadyan di India. Mereka mengatakan: "Alangkah
> celakanya orang yang telah melarang dirinya bersenang-senang dalam Haji
> Akbar ke Qadyan. Haji ke Makkah tanpa haji ke Qadyan adalah haji yang kering
> lagi kasar". Dan selama hidupnya "Nabi" Mirza Ghulam Ahmad tidak pernah
> pergi haji ke Makkah.
Jemaat Ahmadiyah didirikan di Qadian. Kemudian setelah India terbelah menjadi dua negara, maka markas Jemaat Ahmadiyah beralih ke Rabwah, Pakistan. Memang sekali dalam setiap tahun diadakan pertemuan tahunan yang disebut Jalsah Salanah yang indentik dengan Annual Convention di kalangan organisasi-organisasi internasional. Di dalam Jalsah Salanah ini TIDAK diadakan ritual-ritual khusus kecuali mendengarkan ceramah-ceramah keagamaan. Pertemuan tahunan ini tidak hanya diadakan di Rabwah dan Qadian, melainkan juga di seratus empat puluh negara tempat Jemaat Ahmadiyah sudah berdiri, termasuk di Indonesia.
Kalimat di dalam tanda kutip "Alangkah celakanya orang yang telah melarang dirinya untuk bersenang-senang dalam haji akbar ke Qadiyan. Haji ke Mekkah tanpa haji ke Qadiyan adalah haji yang kering lagi kasar", seakan-akan merupakan ungkapan langsung dari orang-orang Ahmadi. Kalimat itu sungguh menggelikan dan jauh dari kebenaran. Sebab, orang-orang Ahmadi mewajibkan dirinya menunaikan ibadah haji ke Mekkah mentaati perintah Allah. Tetapi terbukti justru orang-orang Ahmadi-lah yang dilarang dan dicegah untuk mentaati perintah Allah itu. Tegasnya, itu merupakan salah satu bukti kebohongan dan fitnah dari pihak-pihak anti-Ahmadiyah.
> 5. Orang Ahmadiyah mempunyai perhitungan tanggal, bulan dan tahun sendiri.
> Nama-nama bulan Ahmadiyah adalah: 1. Suluh 2. Tabligh 3. Aman 4. Syahadah 5.
> Hijrah 6. Ihsan 7. Wafa 8. Zuhur 9. Tabuk 10. Ikha' 11. Nubuwah 12.
> Fatah. Sedang tahunnya adalah Hijri Syamsi yang biasa mereka singkat dengan
> HS. Dan tahun Ahmadiyah saat penelitian ini dibuat 1994M/ 1414H adalah tahun
> 1373 HS. Kewajiban menggunakan tanggal, bulan, dan tahun Ahmadiyah
> tersendiri tersebut di atas adalah perintah khalifah Ahmadiyah yang kedua
> yaitu: Basyiruddin Mahmud Ahmad.
Di dalam kalender resmi Jemaat Ahmadiyah dicantumkan ketiga-tiga pola
penanggalan: 1. Penanggalan Hijriah Qomariah, 2. Penanggalan Masehi, 3. Penanggalan Hijri Syamsi. Corak penanggalan Hijri Syamsi ini adalah ciptaan Imam Jemaat Ahmadiyah Khalifatul Masih II, yang dipopulerkan dikalangan Jemaat Ahmadiyah untuk tujuan yang mulia. Yaitu untuk memperingati peristiwa bersejarah di jaman Junjungan kita Nabi Muhammad Rasulullah s.a.w..
Menurut kalender Masehi, hijrahnya Rasulullah s.a.w. dari Mekkah ke Madinah terjadi pada tahun 622 M. Tahun ini adalah tahun 1994 M, berarti sama dengan tahun 1373 HS (Hijri Syamsi). Cara menghitungnya adalah : 1994-622+1=1373 HS.
Jelasnya adalah sebagai berikut : Januari=Sulh (Perdamaian), Februari=Tabligh (Dakwah), Maret=Aman (Aman/damai), April=Syahadat (Terjadi banyak yang syahid), Mei=Hijrah (Saat peristiwa hijrah), Juni=Ihsan (Kebaikan), Juli=Wafa (Kesetiaan), Agustus=Zhuhur (Penampakkan), September=Tabuk (Sebuah tempat bersejarah), Oktober=Ikha (Persaudaraan), November=Nubuwwah (Kenabian), Desember=Fatah (Kemenangan).
Kalender umum atau Masehi yang digunakan secara umum adalah dimulai dengan kelahiran Nabi Isa as, yang bertalian dengan agama Kristen. Adapun penanggalan Qomariyah adalah warisan pra-Islam yang kemudian diadopsi oleh Islam dan penghitungannya dimulai dari peristiwa hijrahnya Rasulullah s.a.w..
> 6. Berdasarkan firman "Tuhan" yang diterima oleh "Nabi" dan "Rasul"
> Ahmadiyah yang terdapat dalam kitab suci "Tadzkirah" yang berbunyi:
>
> Artinya: "Dialah Tuhan yang mengutus Rasulnya "Mirza Ghulam Ahmad" dengan
> membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya atas segala
> agama-agama semuanya. (kitab suci Tadzkirah hal. 621).
>
> Menunjukkan BAHWA AHMADIYAH BUKAN SUATU ALIRAN DALAM ISLAM, TETAPI MERUPAKAN
> SUATU AGAMA YANG HARUS DIMENANGKAN TERHADAP SEMUA AGAMA-AGAMA LAINNYA
> TERMASUK AGAMA ISLAM.
Berkali-kali LPPI menyebut kata "kitab suci Ahmadiyah Tadzkirah", menyindirkan kepada sesuatu yang tidak pernah dinyatakan secara eksplisit oleh Ahmadiyah sebagai "kitab suci" yang disetarakan kedudukannya dengan Kitab Syari'at.
Ahmadiyah bukan nama agama, melainkan sebutan untuk membedakan dari perkumpulan atau pergerakan yang lainnya.
Kata-kata "...liyudh-hirahu alad-diyni kullihi" yang diterjemahkan oleh LPPI: "...agar Dia memenangkannya atas segala agama-agama semuanya" telah ditafsirkan secara keliru oleh LPPI sebagai "SUATU AGAMA YANG HARUS DIMENANGKAN TERHADAP SEMUA AGAMA-AGAMA LAINNYA TERMASUK AGAMA ISLAM". Padahal kata ganti nama "nya" dalam firman itu adalah Agama Islam yang sedang diperjuangkan oleh Ahmadiyah untuk dimenangkan atas semua agama, melalui dalil-dalil, akal dan
akhlak. Secara sadar dan sengaja LPPI telah menambahkan kata "Mirza Ghulam Ahmad" dalam menerjemahkan firman diatas. Hal demikian dapat dikategorikan sebagai interpolasi (menambah dan mengubah arti) oleh pihak LPPI.
> 7. Secara ringkas, Ahmadiyah mempunyai nabi dan rasul sendiri, kitab suci
> sendiri, tanggal, bulan dan tahun sendiri, tempat untuk haji sendiri serta
> khalifah sendiri yang sekarang khalifah yang ke 4 yang bermarkas di London
> Inggris bernama: Thahir Ahmad. Semua anggota Ahmadiyah di seluruh dunia
> wajib tunduk dan taat tanpa reserve kepada perintah dia. Orang di luar
> Ahmadiyah adalah kafir, sedang wanita Ahmadiyah haram dikawini laki-laki di
> luar Ahmadiyah. Orang yang tidak mau menerima Ahmadiyah tentu mengalami
> kehancuran.
Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an:
"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang dari antara kamu yang beriman dan beramal saleh bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka khalifah-khalifah di muka bumi ini, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah-khalifah (dari antara) orang-orang sebelum mereka; dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka yang telah diridhoi oleh-Nya bagi mereka; dan niscayalah Dia akan memberi mereka keamanan (dan kedamaian) sebagai pengganti sesudah ketakutan (mencekam) mereka. Mereka akan menyembah kepada-Ku, dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Daku. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang yang durhaka" (An-Nur:55).
Dari ayat suci Al-Qur'an kita menangkap kepentingan nizham atau lembaga khilafat yang merupakan sarana samawi untuk menegakkan keutuhan agama Islam serta memelihara kekuatan ruhaninya.
Betapa mendalamnya ungkapan Sayyidina Utsman r.a., tatkala beliau memperingatkan kaum pendurhaka sebagai berikut:
"Andaikata kalian berhasil mencabut nyawaku, kalian tidak mungkin bisa tetap bersatu; demikian juga kalian tidak akan dapat beribadah atau menghadapi musuh dengan bersatu padu" (Thabari, jld.3, hal.482)
Biasanya Khilafatur-Rasyidah dipahami orang sebagai zaman khilafat sesudah Rasulullah s.a.w. - sejak khilafat Abu Bakar pada tahun ke 12 sesudah Hijrah sampai dengan khilafat Ali pada tahun ke 40 Hijriah. Akan tetapi menurut Hadits Rasulullah s.a.w. yang diriwayatkan oleh Hudzaifah ra, Khilafatur-Rasyidah itu terdiri atas dua masa: yang pertama adalah seperti tersebut diatas, dan yang
kedua adalah dimasa kemudian. Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Kenabian akan tetap berada diantaramu selama Tuhan menghendaki. Dia akan mengakhirinya dan meneruskannya dengan khilafat menurut tata-cara kenabian selama Dia menghendaki dan kemudian akan mengakhirinya. Kemudian akan menyusul suatu kerajaan yang penuh sengketa dan akan berlaku sepanjang dikehendaki oleh Tuhan dan kemudian berakhir. Kemudian akan terwujud kerajaan zalim yang akan
berlangsung selama dikehendaki oleh Tuhan dan berakhir menurut perintah-Nya. Kemudian akan muncul khilafat menurut tata-cara kenabian ...". Rasulullah s.a.w.
kemudian diam. (Musnad Ahmad).
Mengenai "...orang diluar Ahmadiyah adalah kafir", lihat penjelasan bagian 1.
Mengenai peraturan perkawinan dalam Jemaat Ahmadiyah, bilamana wanita Ahmadiyah tidak diperkenankan kawin dengan pria non-Ahmadiyah, bukanlah karena perkawinan itu dianggap haram. Dalam Al-Qur'an surah Al-Maidah ayat 5, Allah Ta'ala mengizinkan kaum pria Islam mengawini wanita dari ahli kitab. Akan tetapi tidak menyebutkan kebalikannya. Adalah logis bilamana semua orang tua yang taat agama itu tidak rela mengawinkan putri mereka kepada pria yang bukan dari golongan yang berkepercayaan dan berpendapat sama, demi menjaga kemurnian indentitas mereka.
Dibawah ini kami mengutip sebuah tulisan dari seorang alim di India yang dimuat di dalam majalah Nigaar Lucknow, edisi bulan Oktober 1960, berkenaan dengan masalah perkawinan Ahmadiyah sebagai berikut:
"Mengenai mereka (yakni orang-orang Ahmadiyah) tidak mau mengadakan hubungan perkawinan dengan orang yang bukan Ahmadiyah dan tidak pula mau sembahyang di belakang orang yang bukan Ahmadiyah, maka yang demikian itu bukanlah suatu hal yang patut disalahkan. Adakah tuan sendiri bersedia kawin di lingkungan satu keluarga yang anggota-anggotanya menentang pendirian Tuan? Dan adakah Tuan sudi bersembahyang dibelakang orang-orang yang menurut tingkah-lakunya tidak layak jadi imam? Jemaat Ahmadiyah mempunyai satu pandangan hidup yang khusus, yang sama-sama diikuti oleh lelakinya, wanitanya dan angkatan mudanya. Oleh karena itu, apabila mereka mengadakan hubungan perkawinan dengan seorang laki-laki atau wanita yang bukan Ahmadiyah, tentu kesatu-paduan mereka akan terpengaruh olehnya
sehingga kesamaan dan keseragaman yang telah menjadi keistimewaan jemaat ini akan binasa sama sekali. Sikap mereka yang demikian Tuan namakan 'kefanatikan', akan tetapi saya menamainya 'keteguhan pendirian dan kebijaksanaan'". (Dikutip dari Bantahan Lengkap, Abu Bakar Ayyub HA.).
> 8. Berdasarkan "ayat-ayat" kitab suci Ahmadiyah "Tadzkirah". Bahwa tugas
> dan fungsi Nabi Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul yang dijelaskan oleh
> kitab suci umat Islam Al Qur'an, dibatalkan dan diganti oleh "nabi" orang
> Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad.
Hanya LPPI saja yang berpendapat seperti itu demi memuaskan selera sederhananya dalam berdusta dan memelintir redaksi literatur-literatur milik Ahmadiyah.
> Untuk lebih jelasnya, mari kita perhatikan bunyi kitab suci Ahmadiyah
> "Tadzkirah" yang dikutip di bawah ini:
>
>
> 8.1. Firman "Tuhan" dalam Kitab Suci "Tadzkirah":
>
>
> Artinya: "Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab suci "Tadzkirah" ini
> dekat dengan Qadian-India. Dan dengan kebenaran kami menurunkannya dan
> dengan kebenaran dia turun". (Kitab Suci Tadzkirah hal.637).
Kutipan yang ditampilkan adalah kutipan terjemahan wahyu yang telah dimanipulasi dan dipelintir.
Ini wahyunya dalam bahasa aslinya: "Inna anzalnaahu qaryban-minal Qaadiyaan..." (Izala Auham, hlm. 76-77) ["Sesungguhnya Kami telah menurunkannya dekat dengan Qadian..."]
Tidak ada kata "KITAB SUCI", tidak ada kata "Tadzkirah" dan tidak ada kata "India" di dalam redaksi aslinya. Kata ganti orang "hu" (-nya) dalam 'anzalnaahu' adalah tertuju kepada Imam Mahdi (Hz. Mirza Ghulam Ahmad) bukan kepada Tadzkirah.
Jadi, bukan kitab Tadzkirah yang diturunkan dekat Qadian, tetapi Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi/Masih Mau'ud a.s., seorang utusan Allah, yang diturunkan dekat Qadian.
Beliau a.s. selanjutnya menjelaskan: "Rujukan kepada Qadian dalam wahyu itu mengindikasikan bahwa kehadiranku di Qadian telah diberitakan dalam wahyu-wahyu sebelumnya
" (Izala Auham, hlm. 73-75 catatab kaki)
> 8.2. Firman "Tuhan" dalam Kitab Suci "Tadzkirah"ki:
>
>
> Artinya: "Katakanlah -wahai Mirza Ghulan Ahmad- "Jika kamu benar-benar
> mencintai Allah, maka ikutilah aku". (Kitab Suci Tadzkirah hal.630)
LPPI telah memanipulasi serta menambah-nambahi kata "Mirza Ghulam Ahmad", padahal dalam redaksi aslinya tidak ada.
Redaksi aslinya: "qul inkuntum tuhibbuwnallaha fattabi'uwni yuhbibkumullah"
Ilham ini mengingatkan Pendiri Jemaat Ahmadiyah dan para pengikut beliau kepada jiwa ayat suci tersebut untuk mentaati Nabi Muhammad s.a.w..
> 8.3. Firman "Tuhan" dalam Kitab Suci "Tadzkirah":
>
> Artinya: "Dan kami tidak mengutus engkau -wahai Mirza Ghulam Ahmad- kecuali
> untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam". (Kitab Suci Tadzkirah hal.634)
LPPI telah memanipulasi serta menambah-nambahi kata "Mirza Ghulam Ahmad", padahal dalam redaksi aslinya tidak ada.
Redaksi aslinya: "Wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil-aalamiyn"
Ilham ini menegaskan bahwa Pendiri Jemaat Ahmadiyah adalah sebagai penerus Nabi Muhammad s.a.w. dan harus menyelesaikan tugas beliau s.a.w. sebagai Rahmatan lil-aalamiyn (Rahmat bagi sekalian alam).
> 8.4. Firman "Tuhan" dalam Kitab Suci "Tadzkirah":
>
> Artinya: "Katakan wahai Mirza Ghulam Ahmad" - Se sungguhnya aku ini manusia
> biasa seperti kamu, hanya diberi wahyu kepadaKu". (Kitab Suci Tadzkirah
> hal.633).
LPPI telah memanipulasi serta menambah-nambahi kata "Mirza Ghulam Ahmad", padahal dalam redaksi aslinya tidak ada.
Redaksi aslinya: "Qul innamaa anaa basyarum-mitslukum yuwha ilayya annamaa ilaahukum ilaahuw-waahid".
Ilham ini mengingatkan Pendiri Jemaat Ahmadiyah agar jangan bersedih hati dari tuntutan lawan-lawan beliau untuk membuktikan kebenaran beliau di luar batas kemampuan beliau sebagai manusia.
> 8.5. Firman "Tuhan" dalam Kitab Suci "Tadzkirah":
>
> Artinya: "Sesungghnya kami telah memberikan kepadamu "wahai Mirza Ghulam
> Ahmad" kebaikan yang banyak." (Kitab Suci Tadzkirah hal.652)
LPPI telah memanipulasi serta menambah-nambahi kata "Mirza Ghulam Ahmad", padahal dalam redaksi aslinya tidak ada.
Redaksi aslinya: "Inna a'thoiynaakal-kautsar"
Keberhasilan misi Pendiri Jemaat Ahmadiyah sebagai Imam Mahdi yang
dijanjikan berarti keberhasilan bagi majikannya, Rasulullah s.a.w.. Kepada Pendiri Jemaat Ahmadiyah dijanjikan berlimpah-limpah kebaikan, baik secara jasmani yang tertuang dalam bentuk berbondong-bondongnya manusia akan masuk ke dalam Islam Ahmadiyah, maupun kebaikan rohaniah berupa ilmu-ilmu kerohanian yang beliau peroleh dari Al-Qur'an.
> 8.6. Firman "Tuhan" dalam Kitab Suci "Tadzkirah":
>
> Artinya: "Sesungguhnya kami telah menjadikan engkau -wahai Mirza Ghulam
> ahmad- imam bagi seluruh manusia". (Kitab Suci Tadzkirah hal.630 )
LPPI telah memanipulasi serta menambah-nambahi kata "Mirza Ghulam Ahmad", padahal dalam redaksi aslinya tidak ada.
Redaksi aslinya: "Inni jaa'iluka linnaasi 'imaamaa"
Beliau diangkat sebagai Imam, yakni Imam Mahdi selaku Imam Zaman seperti yang dijanjikan Allah Ta'ala kepada Rasulullah s.a.w.. Bagaimanapun harus datang Imam Mahdi ke dunia ini. Pada zaman ini tidak ada yang mengaku Imam Mahdi kecuali beliau yang disertai dengan bukti-bukti tentang kebenaran beliau.
> 8.7. Firman "Tuhan" dalam Kitab Suci "Tadzkirah" :
>
> Artinya: Oh, Pemimpin sempurna, engkau -wahai Mirza Ghulam Ahmad- seorang
> dari rasul-rasul, yang menempuh jalan betul, diutus oleh Yang Maha Kuasa,
> Yang Rahim".
LPPI telah memanipulasi serta menambah-nambahi kata "Mirza Ghulam Ahmad", padahal dalam redaksi aslinya tidak ada.
Redaksi aslinya: "Yaa siin, innaka laminal-mursaliyn, ala shirotim-mustaqiym. Tanziylul aziyzir-rahiym".
Firman ini sebagai refleksi dari kemuliaan dan keagungan Nabi Muhammad Rasulullah s.a.w.. Tidak ubahnya bagaikan bulan yang memantulkan cahaya matahari.
Salam,
MAS
> <mk:@MSITStore:D:\yudi\Buku\Chm%20dll\bukuhartono.chm::/Tasawuf_Pemurtadan/1
> 4%20Ahmadiyah%20Sesat%20Menyesatkan%20Malah%20Disambut.htm#_ftn1#_ftn1> [1]
>
> 8.8. Dan masih banyak lagi ayat-ayat kitab suci Al-Qur'an yang dibajaknya.
> Ayat-ayat kitab suci Ahmadiyah "Tadzkirah" yang dikutip di atas, adalah
> penodaan dan bajakan-bajakan dari kitab suci Ummat Islam, Al-Qur'an. Sedang
> Mirza Ghulam Ahmad mengaku pada ummatnya (orang Ahmadiyah), bahwa ayat-ayat
> tersebut adalah wahyu yang dia terima dari "Tuhannya" di India
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment