Advertising

Tuesday, 28 September 2010

[wanita-muslimah] Fwd: [PERS-Indonesia] Wawancara Radio ElShinta ttg LGBT (Lesbian Gay Bisex Transex)

---------- Forwarded message ----------
From: Soe Tjen Marching <smarching@yahoo.com>
Date: 2010/4/20
Subject: [PERS-Indonesia] Wawancara Radio ElShinta ttg LGBT (Lesbian Gay
Bisex Transex)
To: AKI-Forum@yahoogroups.com, bhinneka_tunggal_ika@yahoogroups.com,
emansipasi@yahoogroups.com, jaringanperempuanjogja@yahoogroups.com,
jurnalisme@yahoogroups.com, psikologi_transformatif@yahoogroups.com,
tionghoa-net@yahoogroups.com, islamliberal@yahoogroups.com,
Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, jurnalperempuan@yahoogroups.com,
perempuan@yahoogroups.com, Spiritual-Indonesia@yahoogroups.com,
womenlbt_indonesia@yahoogroups.com


*Transkrip wawancara dengan radio Elshinta tanggal 28 Maret 2010*

- Selamat Pagi, bu Soe Tjen.

Selamat Pagi.

- Terkait dengan kegagalan kongres Gay & Lesbian di Surabaya ini,
sebenarnya bagaimana menurut bu Soe Tjen Masyarakat seharusnya menyikapi hal
tersebut.

Yang saya herankan dari masyarakat Indonesia adalah bila mereka bilang kalau
LGBT (Lesbian gay biseksual transseksual) ini bukan bagian budaya Indonesia.
Orientasi seksual ini harus ditolak karena merupakan kebudayaan asing. Ini
hal yang salah kaprah bagi saya. Misalnya, di Ponorogo. Di situ ada warok,
yang mempunyai gemblak yaitu lelaki muda yang biasanya cakap parasnya. Dan
ini amat diterima di Ponorogo. Bahkan warok itu amat dihormati.

Dan di Sulawesi, ada Bissu. Dia adalah lelaki yang mirip perempuan dan
berpakaian perempuan. Dan dia adalah pendeta di sana. Mereka juga mengenal
Calalai dan Calabai, yaitu gender-gender yang lain. Tidak hanya lelaki dan
perempuan saja. Bahkan pada abad 17, 18 bahkan sampai awal abad ke-19, ada
catatan-catatan dari misionaris Eropa tentang keberagaman orientasi seksual
di Nusantara ini. Dan justru mereka ini yang mengecam bahwa orang-orang di
Nusantara ini tidak bermoral.

Padahal di Asia Tenggara sendiri orientasi seksual seperti itu diterima pada
jaman dulu. Sekarang malah kebalikannya. Banyak orang Indonesia yang bilang
kalau LGBT itu dari Barat dan tidak bermoral. Gimana ini sekarang? Jadi yang
namanya moral itu sangat rancu.

- Bu Soe Tjen, tapi apakah karena kebudayaan itu sudah mengakar dan sudah
menjadi sebuah kultur dari masyarakat. Jadi, kalau ada LGBT yang come out
atau menampilkan diri, justru ini yang dirasa mengganggu bagi mereka. Apa
benar begitu, ibu Soe Tjen?

Sebenarnya banyak budaya yang bukan merupakan akar dari masyarakat itu.
Tidak ada budaya yang asli sama sekali – biasanya budaya sekarang sudah
merupakan campuran di sana-sini dan dipengaruhi oleh berbagai budaya lain.
Bahkan suatu budaya seringkali adalah comotan dari budaya lain dan Negara
lain. Jadi, kalau ada yang bilang hal ini budaya asli Indonesia, aduh, ini
pernyataan yang tidak masuk akal sama sekali dan bahkan bodoh sekali. Ini
adalah pernyataan orang yang jarang membaca. Akhirnya inilah yang
menyudutkan para LGBT ketika mereka come out, mereka akhirnya ditolak karena
anggapan tidak sesuai dengan akar budaya Indonesia.

Bahkan beberapa orang juga sempat bertanya apa saya ini lesbian. Saya
biasanya tidak menolak dianggap lesbian. Karena menurut saya, orientasi
seksual itu tidak sepatutnya dipermasalahkan. Itu hak pribadi seseorang.
Kalau ada orang yang bilang saya lesbian, ya terserah. Tapi saya sekarang
mau menyatakan bahwa saya adalah heteroseks yang pro-LGBT. Mengapa? Karena
saat ini, saya merasa malu menjadi heteroseks, kalau heteroseks hanyalah
dibuat sebagai tanda kenormalan dan bisa mengintimidasi LGBT. Karena itu
sekali lagi saya menyatakan bahwa saya malu menjadi heteroseks, kalau mereka
merasa mempunyai hak melecehkan para LGBT. Saya benar-benar malu.

- Ibu Soe Tjen, golongan LGBT ini juga sering menerima hambatan dari
golongan agama. Menurut ibu Soe Tjen ini bagaimana?

Sekarang mari kita bicara tentang agama Islam dulu. Di Alquran, tidak ada
pengutukan terhadap lesbian. Sama sekali tidak. Baca deh, kalau nggak
percaya. Yang dipakai sebagai referensi pengutukan gay lelaki selalu Sodom
dan Gomorah, dan Nabi Lut. Tapi Alquran itu ayatnya banyak sekali. Jadi
tidak saja Sodom dan Gomorah saja yang seharusnya menjadi referensi. Tapi
kisah Sodom dan Gomorah itu sebenarnya dipengaruhi oleh budaya saat itu dan
juga interpretasi manusia yang menuliskannya juga.

Dan ada beberapa hal yang aneh pada kisah itu: Pertama, kalau memang gay
lelaki yang dikutuk, kenapa istri-istri mereka juga dikutuk oleh Allah? Ini
mengherankan sekali. Dan dalam Islam itu ada ijtihad. Yaitu, kita berpikir
sesuai dengan hati nurani dan konteks. Jadi, konteks Sodom dan Gomorah ini
sebenarnya sudah tidak berlaku lagi.

- Baik, tapi ini bukan cuma dari satu agama saja, ya bu Soe Tjen. Bukan
hanya agama Islam tapi beberapa golongan lain juga menolak keberadaan LGBT
ini dengan mengatasnamakan agama mereka.

Memang, dari golongan Kristen juga banyak sekali. Sama juga, referensinya
itu juga Sodom dan Gomorah itu. Jawaban saya sebenarnya hampir sama dengan
di Alquran itu dan yang . . . (diputus)

- Baik, bu Soe Tjen. Apakah menurut bu Soe Tjen kebudayaan LGBT ini diimpor
dari luar Negeri atau dasarnya itu sudah ada di Indonesia aslinya?

Seperti yang sudah saya katakan: Masalah kebudayaan itu amat rancu. Jadi
kebudayaan itu tidak ada yang asli, tidak ada yang bisa disebut hal ini
kebudayaan Indonesia saja. Kebudayaan itu tidak pernah dari satu sisi. Tapi,
LGBT itu ada, dan sempat diterima dalam kebudayaan kita, bahkan sempat
dikecam oleh pihak luar.

- Bu Soe Tjen, sekarang saatnya kita terima komentar dan pertanyaan dari
pendengar.

*Pertanyaan dan komentar:*

1. Begini, mbak, saya melihat di Indonesia ini sudah keblinger. Anda
mengatasnamakan budaya, dan dengan ini mereka bisa menentang agama. Justru
lelaki perempuan ini sudah ditakdirkan oleh Allah untuk para mahluknya. Kita
melihat binatang saja tidak ada yang begitu kok. Apalagi manusia yang sudah
mempunyai aturan-aturan agama. Ketika anda berbicara agama dan budaya, semua
disalahkan untuk membenarkan suatu hal.

2. Menurut saya, ini harus dipahami dulu oleh ibu. Keberadaan lesbian dan
gay ini apakah hasil kebudayaan, kebiasaan, atau apa saja, ini harus kita
tolak. Ini merupakan penyakit. Seperti yang telah dinyatakan oleh Profesor
Naya Sujana di radio ini. Penyakit ini real, penyakit ini ada di masyarakat.
Jadi, hal ini penyakit. Masyarakat harus menyembuhkannya. Jadi ibu jangan
hanya hantam kromo begitu. Ini masalah real. Ini memang betul-betul
penyakit.

3. Saya menolak homo dan lesbian. Coba buka Alquran dan Hadis. Itu ada di
ALquran dan Hadis. INi penyakit social. Ini adalah penyakit yang berbahaya.
Oleh Rasul Allah kita dianjurkan untuk menikah. Ini sudah diatur oleh agama
dan moral itu sangat penting. Sampai kapan pun saya tolak ini.

4. Allah sudah menciptakan manusia berpasang-pasangan, jadi jangan
merakayasa Alquran dan membuatnya mengikuti aturan manusia. Karena hanya
manusia aneh yang berbuat demikian.


*Jawaban saya:*
OK, sekarang tentang Alquran dan Islam dulu. Tapi dalam Islam itu ada yang
namanya Khuntsa. Ini munculnya pada abad-8, saat ada reformasi pengetahuan
dalam dunia Islam. Dan ini tertulis dalam Fikh. Khuntsa itu artinya lelaki
yang keperempuanan. Jadi ada gender-gender yang lain, ada yang berkelamin
ganda juga. Jadi, Quran itu tidak bisa dibaca satu ayat saja, lalu dicuplik
dan dilepaskan dari keseluruhan Alquran. Ini yang menyebabkan kekerasan dan
kebencian. Padahal saya yakin, Islam itu agama yang penuh cinta kasih.

Sekarang tentang kebudayaan, kalau ada pemirsa yang bilang budaya kita tidak
bisa diterima. Aduh, saya sudah berkali-kali berkata bahwa kebudayaan itu
tidak ada yang asli. Budaya selalu berubah. Seperti yang saya sebut, dulu
orientasi seksual yang berbeda itu cukup diterima di Nusantara dan bahkan
sempat dikecam oleh orang-orang Eropa.


- Baik, ibu Soe Tjen. Jadi, kesimpulannya LGBT belum diterima secara bebas
di Indonesia ya. Kalau sembunyi-sembunyi mungkin tidak apa-apa ya. Tapi
kalau come out, di Indonesia ini mungkin masih belum bisa. Baik, ibu Soe
Tjen Makasih atas waktunya yang diberikan untuk radio Elshinta.


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
wanita-muslimah-digest@yahoogroups.com
wanita-muslimah-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

0 comments:

Post a Comment