Advertising

Thursday 9 June 2011

[wanita-muslimah] Orang Indonesia itu Lihai atau Licik?

 

Orang Indonesia itu Lihai atau Licik?
Oleh: Hamdan Juhannis
Guru Besar Sosiologi UIN Alauddin

Saya awali tulisan ini dengan sebuah cerita yang saya angkat dari kiriman teman di email saya. Ada seorang warga Indonesia berjalan memasuki sebuah Bank di New York untuk mengajukan pinjaman. Dia menghampiri petugas bagian pinjaman, mengatakan bahwa dia harus pergi ke Jakarta untuk urusan bisnis selama dua minggu, dan memerlukan pinjaman dana sebesar USD5.000.

Petugas bank menanggapi, bahwa pihak bank akan memerlukan jaminan untuk pinjaman yang diajukan. Sang pria menyanggupi persyaratan yang diajukan oleh bank dengan memberikan kunci mobil dan dokumen untuk sebuah Ferrari Modena yang terparkir di depan bank. Dia memenuhi semua persyaratan, menunggu proses pengecekan dengan sabar, dan petugas bank menyetujui untuk memberikan pinjaman sesuai dengan jumlah yang diajukan.

Setelah sang pria Indonesia meninggalkan bank, pihak manajemen bank dan pegawainya mentertawakan pria tersebut karena mempergunakan sebuah mobil Ferrari seharga USD250.000 sebagai jaminan untuk meminjam uang sebesar USD 5.000. Lantas pegawai bank memarkir mobil mewah itu di area parkir bawah tanah bank tersebut. Selang 2 minggu kemudian, sang lelaki kembali dari Jakarta dan datang ke bank, mengembalikan pinjaman dana sebesar USD5.000 beserta bunganya sebesar USD1541.

Sang pegawai bank mengatakan: "Kami sangat gembira bisa melayani dan berbisnis dengan Bapak dengan lancar. Akan tetapi ada sesuatu yang amat membuat kami bertanya-tanya. Saat Bapak bepergian ke Jakarta, kami melihat kembali rekening Anda di bank kami, dan menjumpai bahwa Bapak memiliki dana jutaan dollar di rekening Bapak. Akan tetapi, mengapa Bapak masih memerlukan pinjaman untuk dana sebesar USD5.000?

Orang Indonesia itu menjawab: "Dimana lagi di kota New York saya bisa menyimpan mobil Ferari saya dengan aman, tanpa kehawatiran akan dicuri selama 2 minggu saya bepergian dengan hanya membayar USD15.41? Pegawai Bank tersebut hanya terpengarah mendengar kecerdikan jawaban dari orang Indonesia tersebut.

Ada beberapa penjelas dari cerita di atas. Secara sepintas, perilaku orang Indonesia itu tidak menunjukkan sesuatu yang menyimpang dalam prosedur. Saat ingin meminjam uang ia memberikan jaminan dan bahkan mengembalikan pinjaman tersebut tepat waktu. Yang justru menarik untuk dicermati, perilaku orang Indonesia tersebut menyimpang dari segi interpretasi orang normal kebanyakan. Ingin meminjam uang jumlah sedikit, tetapi jaminan yang sungguh berharga sangat tinggi. Kedua, ingin meminjam uang, tapi sementara memiliki tabungan yang sangat banyak di rekeningnya. Inilah yang saya sebut sebagai kelihaian berbuat yang tidak pernah dipikirkan orang lain, khususnya orang Barat yang diwakili oleh pegawai Bank tersebut.

Cerita ini menjadi menarik karena konteksnya terjadi di negara maju, bahkan di negara superpower yang diasumsikan mengalamai kecanggihan berpikir dan berlogika yang sangat maju juga. Tapi nampaknya, cerita di atas menghancurkan semua asumsi itu. Kelihaian berpikir orang Indonesia itu membuat tidak berdaya pegawai bank orang Amerika tersebut. Bahkan bisa jadi logika yang dikembangkan oleh orang Indonesia tersebut saat transaksi di bank terjadi, tidak akan ada seorangpun yang mampu mengikuti alur dan maksud yang tersembunyi yang ada dalam benaknya.

Cerita di atas sebenarnya saya maksudkan untuk menampilkan contoh kelihaian masyarakat Indonesia yang mengalami penyimpangan. Kelihaian yang terjadi di atas secara maknawi sejatinya bisa dipersepsi sebagai sesuatu yang negatif. Sebuah perilaku negatif diukur ketika lain seseorang menampilkan perilaku yang berbeda dengan tujuan hati. Pertama, ia meminjam uang di bank karena sebenarnya ia hanya ingin menyimpan mobil mahalnya. Kedua, kelihaian orang Indonesia tersebut menjadi kelicikan karena ia meminjam bukan karena butuh pinjaman tetapi karena sekedar alat untuk mengamankan barang berharganya. Ketiga, orang Barat yang banyak dibesarkan dalam sistem tradisi integritas, cenderung tidak memiliki kemampuan berpikir lihai pada aspek seperti ini karena secara humanis, itu dianggapnya sebagai penipuan terhadap nilai kemanusiaan.

Kelihaian model seperti di atas bisa saja menjadi bagian dari tradisi perilaku masyarakat kita. Kita lihai padahal sebenarnya tidak lebih dari licik. Kelicikan itu terjadi karena kita mengambil keuntungan sementara merugikan orang lain. Karena kelicikan itu dibungkus oleh kelihaian, terkadang orang yang dirugikan itu cenderung tidak merasa kalau ia dirugikan.

Lihat misalnya begitu banyak kasus pada masyarakat kita mencoba menipu orang lain dan negara sekalipun dengan bungkus kelihaian tadi. Begitu banyak yang tiba-tiba menjadi sakit keras saat akan diperiksa karena terlibat kasus. Saat orang itu dipenjara, ia tidak pernah merasa terpenjara karena ia bisa keluar setiap saat menikmati kebebasan lebih dari yang mengklaim dirinya orang bebas sekalipun. Bahkan penjara telah menjadi simbol kata yang tidak operasional lagi bagi dirinya, karena begitu kreatifnya menjadikan penjara itu sebagai surga bagi dirinya. Ada juga yang terjadi, seseorang bisa secepatnya mengambil langkah taktis bepergian, mendahului kuasa negara yang mengeluarkan surat pencekalan. Begitu seringnya orang kabur dengan menggunakan berbagai modus dengan alasan pergi berobat atau sakit yang tak terkirakan.

Semua kasus ini bisa dilihat dalam kerangka kelihaian orang Indonesia. Kita memang tumbuh dalam tradisi kelihaian itu. Sayangnya kelihaian ini tumbuh subur pada perilaku-perilaku yang negatif dan karenanya menjadi kelicikan. Bisa dibayangkan, bila kelicikan inilah yang senangtiasa mewarnai prilaku sosial dan politik warga, kita akan menjadi masyarakat licik dan itu sekedar menjadi lonceng untuk menggapai predikat sebagai masyarakat yang gagal hidup. Cirinya, nilai moral kemanusiaan yang menjadi tolak ukur kehidupan menjadi tercabik-cabik. Tentang pegawai bank di New York yang terpengarah pada jawaban orang Indonesia dalam cerita di atas, mungkin karena dalam hatinya bergejolak kebingungan: "di negeriku belum pernah ada perilaku seperti ini, mungkinkah ini yang disebut kelicikan?"
http://www.fajar.co.id/read-20110603215009-orang-indonesia-lihai-atau-licik

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.

.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment