Advertising

Monday 27 June 2011

[wanita-muslimah] Wasiat Khalifah Abu Bakar r.a. di Saat-saat Terakhir

 

NB:

Beberapa orang membuat *syubhat* di tengah umat, bahwa *dien* ini (Islam)
hanya bertujuan memperbaiki ahlak maunusia saja. Dan bahwa sesuatu yang
biasa kita sebut sebagai politik & pemerintahan tidak diatur oleh Islam.

Bahkan ada sebagian kalangan yang dianggap "ulama" atau "kyai" menganggap
masalah ini berasal dari wahabi, bukan dari Islam. Benarkah demikian?

Dengan mengharap ridho Allah *Ta'ala*, tulisan ini adalah jawabannya. Bahwa
generasi terbaik Islam, para sahabat ber-*ijma* akan pentingnya urusan
pemerintahan ini.

* *

* *

*Wasiat Khalifah Abu Bakar r.a. di Saat-saat Terakhir*

* *

*Bismillahirrahmaanirrahiim*

Segala puji bagi Allah yang telah memberi kita kenikmatan besar dengan Nabi
yang mulia, Nabi yang terpilih, Nabi yang penuh cinta kasih-semoga shalawat
dan salam tetap dilimpahkan kepadanya. Melalui Rasulullah-kita mengenal *

dien* yang agung dan penuh berkah ini, sehingga menjadikan banyak hal yang
susah menjadi mudah.

Saudaraku.tidakkah kalian ingin mengikuti jejak orang yang sudah pasti bebas
dari neraka? Suatu ketika Nabi *Shallallahu 'alaihi wa Sallam* melihat Abu
Bakar r.a., beliau bersabda, "Barangsiapa yang ingin melihat
'*atiqullah*(orang yang dibebaskan Allah) dari neraka, maka lihatlah Abu
Bakar."

Nabi *Shallallahu 'alaihi wa Sallam* bersabda :".Wahai sekalian manusia, aku
datang membawa *dien* ini lalu manusia berkata, 'Engkau berdusta,' sedangkan
Abu Bakar berkata, 'Engkau benar'. Abu Bakar telah menolongku dengan diri,
harta, dan keluarganya, maka apakah kalian akan meninggalkan sahabatku?"

Ada dua definisi *Atsar* : Pertama, sama dengan definisi hadist. Kedua,
perkataan atau perbuatan yang dinisbatkan kepada para sahabat dan *tabi'in*,
dan inilah yang dimaksud di sini. Tanpa bermaksud mengurangi keutamaan dan
kehormatan beliau, maka yang saya tampilkan di tulisan ini adalah yang
berkaitan dengan masalah khilafah saja, untuk *atsar* dan wasiat versi
lengkapnya *insyaallah* akan kita bahas di lain kesempatan kalau ada yang
menghendaki.

*Atsar dan wasiat Abu Bakar r.a.*

Kita sebaiknya memperhatikan, karena apa yang disampaikan orang yang sedang
sakit kritis umumnya adalah hal - hal yang sangat penting.

Ketika sakitnya bertambah parah, Abu Bakar memanggil Abdurrahman bin Auf,
dan mengatakan, "Beritahukan kepadaku, bagaimana pendapatmu terhadap Umar
bin Khathab!"

Abdurrahman menjawab, "Sungguh tak ada satu perkara pun yang engkau tanyakan
kepadaku melainkan engkau lebih mengetahuinya daripadaku."

"Meskipun demikian.," kata Abu Bakar lagi.

Abdurrahman berkata, "Demi Allah, ia itu bahkan ia lebih baik dari apa yang
kau kira!"

Kemudian Abu Bakar memanggil Ustman bin Affan dan menanyakan, "Bagaimana
pendapatmu tentang Umar?"

Ustaman menjawab, "engkau lebih tahu tentang hal itu."

"Tapi katakanlah pendapatmu!" kata Abu Bakar lagi.

Utsman menjawab, "Yang kuketahui dengan yakin, hati Umar lebih baik dari
sikap luarnya, dan orang seperti dia tidak ada duanya diantara kita."

Pada kesempatan yang sama, Abu Bakar juga menanyakan pendapat Sa'id bin
Zaid, Asid bin Khudair, dan selain mereka, baik dari kaum Muhajirin maupun
Anshar.

Sedikit saya ringkas..

Suatu ketika, beberapa orang sahabat datang menjenguk Abu Bakar. Salah
seorang dari mereka bertanya, "Apa yang akan engkau jawab bila kelak Rabbmu
meminta pertanggungjawabanmu atas pengangkatan Umar sebagai khalifah untuk
kami, sementara engkau telah melihat sendiri kekasarannya?"

"Demi Allah, engkau membuatku takut!" kata Abu Bakar.

Aku akan menjawab, "Ya Allah, aku telah mengangkat sebaik - baiknya hamba-Mu
sebagai khalifah untuk mereka. Ya Allah, wujudkanlah apa yang baru saja
kukatakan itu"

*Wasiat kepada Umar bin Khathab*

Ketika Abu Bakar sakit mengantarkanya kepada kematian, Abu Bakar berpesan
kepada Umar bin Khathab, "Aku mengangkat engkau sebagai khalifah sesudahku.

Dan aku berpesan kepadamu agar bertakwa kepada Allah. Amalan hamba bagi
Allah sesungguhnya ada dua macam, yaitu amalan di waktu malam yang tidak
dikabulkan-Nya di waktu siang, dan amalan siang hari yang tidak diterima-Nya
di saat malam. Allah subhanahu wa ta'ala. Tidak menerima amalan sunnah
sebelum ditunaikan amalan fardhu.

Orang - orang yang berat timbangan kebaikannya di hari kiamat adalah karena
mereka mengikuti kebenaran di dunia dan mereka mendapat balasan perbuatan
itu, maka sudah sepatutnya timbangan yang hanya diisi oleh kebenaran
tersebut menjadi berat. Di sisi lain, orang - orang yang ringan
timbangan-nya pada hari kiamat adalah karena mereka mengikuti kebatilan,
maka wajar bila timbangan yang hanya diisi kebatilan, menjadi ringan.

Allah subhanahu wa ta'ala. Telah berfirman tentang *ahlul jannah*. Allah
menyebutkan mereka beserta amalan - amalan terbaik yang mereka perbuat dan
Allah mengampuni dosa - dosa mereka.

Kala ingatanku tertuju kepada mereka, diriku berkata, 'Aku sungguh takut
bila tidak termasuk di antara mereka.'

Kemudian, Allah subhanahu wa ta'ala. Juga berfirman tentang ahlun naar.

Allah menyebutkan mereka bersama perbuatan - perbuatan buruk mereka dan sama
sekali tidak menyebutkan kebaikan - kebaikan mereka.

Jika aku mengingat mereka, hatiku berbisik, 'Betapa aku berharap, semoga aku
tidak termasuk salah seorang dari mereka.'

Allah subhanahu wa ta'ala. Telah menfirmankan ayat - ayat yang menyebutkan
rahmat beriringan dengan ayat - ayat yang menyebutkan azab agar seorang
mukmin bertekad mencari rahmat-Nya, takut akan azab-Nya, tidak membuat -
buat perkataan yang tidak benar terhadap Allah, serta tidak mencampakkan
dirinya dalam kebinasaan.

Jika engkau hendak menjaga wasiatku, maka hanya kematianlah perkara gaib
yang paling cepat datang dan paling tidak engkau sukai. Dan sementara itu
engkau tidak dapat melemahkan Allah subhanahu wa ta'ala.

Wahai Umar, ada yang membencimu dan ada yang menyukaimu, dan memang sejak
dahulu ada yang membenci kebaikan dan menyukai kejahatan."

Umar lantas menyela, "Aku tidak membutuhkan jabatan kekhalifahan."

"Tapi ia membutuhkanmu, wahai Ibnul Khathab," kata Abu Bakar, "aku
mengangkatmu menjadi khalifah dengan menimbang apa yang akan kutinggalkan
sesudahku. Engkau telah melihat Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. dan
menjadi sahabatnya. Engkau juga telah melihat bagaimana beliau lebih
mendahulukan kita daripada diri beliau sendiri, sampai - sampai saat kita
menghadiahkan sesuatu kepada keluarga beliau, beliau lebih mengutamakan
untuk menghidangkannya kepada kita daripada diri beliau sendiri. Engkau juga
telah melihat dan menjadi temanku, dan aku hanya mengikuti langkah orang
sebelumku, yakni Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Demi Allah, aku
tidak pernah tidur nyenyak yang membuatku bermimpi dan aku tidak pernah
berangan - angan yang membuatku lupa. Sesungguhnya aku tetap di atas jalan,
tidak pernah condong kepada kesesatan.

(dipersingkat)

Mereka akan senantiasa segan bahkan sangat takut kepadamu selama engkau
takut kepada Allah subhanahu wa ta'ala, dan engkau akan bersama orang -
orang yang lurus selama engkau bersikap lurus. Inilah pesanku, dan kudoakan
agar keselamatan selalu menyertaimu.

*Pesan Abu Bakar Kepada Kaum Muslimin*

Di saat sakitnya itu pula, Abu Bakar memanggil Ustman bin Affan dan
memintanya menulis surat wasiat sebagai berikut.

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Inilah wasiat Abu Bakar bin Abu Qahafah pada saat akhir hidupnya di dunia
yang akan ditinggalkannya, dan menjelang awal masa kehidupannya di akhirat
yang akan dimasukinya.

Aku mengangkat Umar bin Khaththab menjadi khalifah setelahku, maka dengar
dan turutilah ia! Sesungguhnya aku tidak pernah mengabaikan kebajikan, baik
itu berupa ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala, Rasul-Nya, dan
dien-Nya ataupun hal - hal yang merupakan kebaikan untuk diriku dan kamu
sekalian. Jika Umar berlaku adil, berarti tepat sebagaimana yang kuduga dan
kuketahui tentangnya. Dan bila ternyata ia berubah, tentunya setiap orang
akan dikenai siksa dari kejahatan yang dilakukannya. Hanya kebaikanlah yang
aku harapkan, dan aku tidak mengetahui perkara gaib. Orang - orang yang
berbuat zalim kelak akan mengetahui ke mana mereka akan kembali.

Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Abu Bakar kemudian membubuhkan cap pada surat wasiat tersebut serta menyuruh
Utsman untuk membacakannya di hadapan kaum muslimin. Setelah wasiat itu
dibacakan, mereka pun lantas membaiat Umar bin Khaththab dan menerimanya.

Wasiat Menurut Bahasa dan Syariat

Kata al-washiat dalam bahasa Arab berarti 'sesuatu yang diwasiatkan'.

Contohnya adalah dalam redaksi, "Uushiar-rajulu wa-washaahu," yang artinya,
'kepada seseorang ditugaskan untuk mengerjakan suatu pekerjaan'.

Perkara wasiat terkait erat dengan kematian. Wasiat juga dapat menjadi
penghubung orang yang meninggal, yaitu antara apa yang pernah terjadi pada
masa hidupnya dan setelah matinya.

Kata washi bermakna 'orang yang diberikan wasiat atau orang yang
diwasiatkan'. Dalam fiqih, wasiat bermakna kepemilikan yang mengacu pada
masa setelah mati.

Definisi lain adalah, 'perintah atas perbuatan setelah mati dan bersedekah
dengan harta setelah mati. Hal ini mencakup peringatan untuk tidak
mengerjakan yang dilarang *dien* dan dorongan untuk mengerjakan yang
diperintahkan *dien*.'

Dalil Ijma Sahabat :

Ijma Sahabat, termasuk dalil yang kuat. Alasannya, para sahabat, secara
mutlak, merupakan generasi salaf ash-shalih yang terbaik.

Diriwayatkan dalam shohih Bukhari dan Muslim dari Imran bin Hushain, ia

menuturkan: Rosulullah bersabda, "Sebaik - baik umatku adalah mereka yang
hidup pada masaku kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi
berikutrnya lagi. Kata Imran : "aku tak ingat lagi apakah beliau menyebutkan
setelah masa beliau itu dua atau tiga kali".

Kemudian akan ada sesudah kamu sekalian orang yang memberikan kesaksian
tanpa diminta kesaksian mereka, mereka khianat dan tidak dapat dipercaya,
mereka nadzar dan tidak memenuhi nadzarnya, dan tampak pada tubuh mereka
kegemukan".

Diriwayatkan pula dalam shohih Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas'ud bahwa
nabi bersabda:

"Sebaik - baik manusia adalah mereka yang hidup pada masaku, kemudian
berikutnya, kemudia berikutnya lagi, selanjutnya akan datang orang - orang
dimana ada diantara mereka kesaksiannya mendahului sumpahnya dan sumpahnya
mendahului kesaksiannya".

Dhiya uddin ar-Rays, dalam bukunya, Al-Islam wa al-Khilafah, halaman 348,
antara lain menyatakan demikian:

Ijma, sebagaimana telah ditetapkan oleh para ulama *ushul*, adalah dasar
yang kuat di antara sumber - sumber syariat Islam. Ijma yang terkuat dan
tertinggi dan terkuat adalah Ijma Sahabat r.a. alasannya merekalah generasi
pertama kaum muslim. Mereka telah bergaul dengan Rasulullah* Shallallahu
'alaihi wa Sallam*. sekaligus menyertai beliau dalam semua aktivitas,
termasuk Jihad. Mereka telah mendengar semua sabdanya. Oleh karena itu,
mereka adalah orang - orang yang paling mengetahui berbagai hukum dan
rahasia ajaran Islam.

Setelah Rasulullah* Shallallahu 'alaihi wa Sallam*. wafat, mereka telah
bersepakat (berijma), antara lain, tentang keharusan seorang yang
menggantikan kedudukan beliau (sebagai kepala negara). Mereka mengadakan
pertemuan untuk memilih pengganti Rasulullah *Shallallahu 'alaihi wa
Sallam*.

Di antara mereka, tidak ada seorang pun yang mengatakan bahwa kaum Muslim
tidak memerlukan seorang imam atau khalifah. Walhasil, dengan ijma ini,
terbuktilah kewajiban adanya Khilafah.

Khalifah itulah yang diwajibkan untuk diangkat dengan jalan baiat. Dengan
adanya khalifah, kewajiban adanya baiat di pundak setiap Muslim dapat
diwujudkan. Sebaliknya, jika tidak ada khalifah, baiat yang diwajibkan itu
tidak ada di pundak setiap kaum Muslim. Rasulullah *Shallallahu 'alaihi wa
Sallam*. mencela keadaan tersebut dengan menyebut para pelakunya mati
jahiliah. Beliau bersabda:

Siapa saja yang mati, sementara di atas pundaknya tidak ada baiat, maka
matinya dalam keadaan jahiliah. (HR Muslim).

Bertolak dari pemikiran ini, tak mengherankan jika mereka menunda kewajiban
lain yang insyaallah semua Muslim sudah tahu dan paham, yaitu kewajiban
menyegerakan mengurus dan memakamkan jenazah Rasulullah *shallallahu 'alaihi
wasallam*.

Selanjutnya, Dhiya uddin ar-Rays menukil pernyataan Asy-Syahrustani sebagai

berikut:

Tidak pernah terbetik dalam hati Abu Bakar ash-Shiddiq, juga dalam hati slah
seorang pun di kalangan para sahabat, bahwa bumi ini boleh kosong dari
seorang imam (khalifah). Semua ini menunjukkan bahwa para sahabat, sebagai
generasi pertama umat ini, seluruhnya telah berijma mengenai kewajiban
adanya Khilafah.

Wallahu a'alam

Diolah dari berbagai sumber

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment