Tambahan:
================
Menolak Jadi Morisko
================
Suatu sore, ditahun 1525. Penjara terasa hening mencekam, penuh berisi orang-orang yang menolak menjadi Morisko (lihat Seri 627, orang Islam yang beralih agama ke Katholik Roma disebut kelompok Morisko, sedangkan yang dari agama Yahudi disebut kelompok Marrano). Jendral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan. Setiap pegawai penjara membungkukkan badannya rendah-rendah ketika 'algojo penjara' itu berlalu di hadapan mereka. Karena kalau tidak, sepatu lars milik tuan Roberto itu niscaya akan mendarat di wajah mereka. Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseorang mengumandangkan suara-suara yang amat ia benci.
-- Hai, hentikan suara jelekmu! Hentikan! Teriak Roberto sekeras-kerasnya sembari membelalakan mata. Namun apa yang terjadi? Laki-laki di kamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu'nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang. Dengan congkaknya ia menyemburkan ludahnya ke wajah renta sang tahanan yang keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala.
Sungguh ajaib, tak terdengar secuilpun keluh kesakitan. Bibir yang pucat kering milik sang tahanan hanya mengeluarkan kata:
-- Rabbiy, wa ana 'abduka. Laa hawla walaa quwwata illaa biLla-h. Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata,
-- Bersabarlah wahai ustadz, insya-Allah tempatmu filjannah.
Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan, algojo penjara itu bertambah memuncak amarahnya. Ia memerintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai.
-- Hai orang tua busuk! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu! Kau telah membuat aku benci dan geram dengan 'suara-suara' yang seharusnya tak pernah terdengar lagi di sini. Ketahuilah orang tua dungu, bumi Sepanyol ini kini telah berada dalam kekuasaan Gereja Katolik Roma. Sebagai balasannya engkau akan kubunuh. Kecuali, kalau engkau mau minta maaf dan menjadi Morisko.
Mendengar 'khutbah' itu orang tua itu mendongakkan kepala, menatap Roberto dengan tatapan tajam dan dingin. Ia lalu berucap:
-- Sungguh, aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah. Bila kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya, patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh. Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu lars Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah. Ketika itu dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'buku kecil'. Adolf Roberto bermaksud memungutnya. Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.
-- Berikan buku itu, hai laki-laki dungu!, bentak Roberto.
-- Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini!' ucap sang ustadz dengan tatapan menghina pada Roberto. Tak ada jalan lain, akhirnya sepatu lars Roberto yang berbobot dua kilogram itu menginjak jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah. Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung.
-- Ah. sepertinya aku pernah mengenal buku ini. Tetapi kapan? Ya, aku pernah mengenal buku ini, suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu. Pemuda berumur tiga puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan 'aneh' dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Sepanyol.
Akhirnya Roberto duduk disamping sang ustadz yang telah melepas nafas-nafas terakhirnya. Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang dialaminya sewaktu masih kanak-kanak. Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto. Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar di negeri tempat kelahirannya ini. Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi [lapangan tempat pembantaian kaum Muslimin dan Yahudi di Andalusia].
Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia. Di hujung kiri lapangan, beberapa puluh perempuam berhijab digantung pada tiang-tiang besi yang yang terpancang tinggi. Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore yang kencang, membuat pakaian Muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara. Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dan Yahudi dibakar hidup-hidup dan ada yang ditusuk dengan kayu-sula(#), hanya karena tidak mau memasuki agama yang dibawa oleh para rahib, tidak mau jadi Morisko dan Morrano. Siapakah dia, Jendral Adolf Roberto?
================
Suatu sore, ditahun 1525. Penjara terasa hening mencekam, penuh berisi orang-orang yang menolak menjadi Morisko (lihat Seri 627, orang Islam yang beralih agama ke Katholik Roma disebut kelompok Morisko, sedangkan yang dari agama Yahudi disebut kelompok Marrano). Jendral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan. Setiap pegawai penjara membungkukkan badannya rendah-rendah ketika 'algojo penjara' itu berlalu di hadapan mereka. Karena kalau tidak, sepatu lars milik tuan Roberto itu niscaya akan mendarat di wajah mereka. Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseorang mengumandangkan suara-suara yang amat ia benci.
-- Hai, hentikan suara jelekmu! Hentikan! Teriak Roberto sekeras-kerasnya sembari membelalakan mata. Namun apa yang terjadi? Laki-laki di kamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu'nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang. Dengan congkaknya ia menyemburkan ludahnya ke wajah renta sang tahanan yang keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala.
Sungguh ajaib, tak terdengar secuilpun keluh kesakitan. Bibir yang pucat kering milik sang tahanan hanya mengeluarkan kata:
-- Rabbiy, wa ana 'abduka. Laa hawla walaa quwwata illaa biLla-h. Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata,
-- Bersabarlah wahai ustadz, insya-Allah tempatmu filjannah.
Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan, algojo penjara itu bertambah memuncak amarahnya. Ia memerintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai.
-- Hai orang tua busuk! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu! Kau telah membuat aku benci dan geram dengan 'suara-suara' yang seharusnya tak pernah terdengar lagi di sini. Ketahuilah orang tua dungu, bumi Sepanyol ini kini telah berada dalam kekuasaan Gereja Katolik Roma. Sebagai balasannya engkau akan kubunuh. Kecuali, kalau engkau mau minta maaf dan menjadi Morisko.
Mendengar 'khutbah' itu orang tua itu mendongakkan kepala, menatap Roberto dengan tatapan tajam dan dingin. Ia lalu berucap:
-- Sungguh, aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah. Bila kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya, patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh. Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu lars Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah. Ketika itu dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'buku kecil'. Adolf Roberto bermaksud memungutnya. Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.
-- Berikan buku itu, hai laki-laki dungu!, bentak Roberto.
-- Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini!' ucap sang ustadz dengan tatapan menghina pada Roberto. Tak ada jalan lain, akhirnya sepatu lars Roberto yang berbobot dua kilogram itu menginjak jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah. Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung.
-- Ah. sepertinya aku pernah mengenal buku ini. Tetapi kapan? Ya, aku pernah mengenal buku ini, suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu. Pemuda berumur tiga puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan 'aneh' dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Sepanyol.
Akhirnya Roberto duduk disamping sang ustadz yang telah melepas nafas-nafas terakhirnya. Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang dialaminya sewaktu masih kanak-kanak. Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto. Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar di negeri tempat kelahirannya ini. Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi [lapangan tempat pembantaian kaum Muslimin dan Yahudi di Andalusia].
Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia. Di hujung kiri lapangan, beberapa puluh perempuam berhijab digantung pada tiang-tiang besi yang yang terpancang tinggi. Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore yang kencang, membuat pakaian Muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara. Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dan Yahudi dibakar hidup-hidup dan ada yang ditusuk dengan kayu-sula(#), hanya karena tidak mau memasuki agama yang dibawa oleh para rahib, tidak mau jadi Morisko dan Morrano. Siapakah dia, Jendral Adolf Roberto?
Seorang bocah, mungil tampan berumur sekitar lima tahun, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. Korban-korban kebiadaban yang menolak menjadi Morisko itu telah syahid semua. Bocah mungil itu mencucurkan air matanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan. Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang ummi yang sudah syahidah. Sang bocah berkata dengan suara parau,
-- Ummi, Ummi, mari kita pulang. Hari telah malam. Bukankah Ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa? Ummi, cepat pulang ke rumah, Ummi. Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang Ummi tidak menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa. Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah. Akhirnya bocah itu berteriak memanggil bapaknya, 'Abi, Abi, Abi. Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika teringat kemarin petang bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.
-- Hai, siapa kamu?, teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah.
-- Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi, jawab sang bocah memohon belas kasihan. Tiba-tiba 'plak'!, sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah.
-- Hai bocah, wajahmu bagus, tetapi namamu jelek. Aku benci namamu. Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus. Namamu sekarang Adolf Roberto. Awas!, jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!, ancam laki-laki itu. Sang bocah meringis ketakutan, masih tetap meneteskan air mata. Bocah mungil itu hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan Inkuisisi. Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka.
Roberto sadar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustadz. Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeris:
-- Abi, Abi, Abi. Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu. Pikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci Al Quran milik ayahnya, yang dahulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. Ia juga ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bahagian pusar.
Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh tua renta yang lemah itu. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini. Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut:
-- Abi, aku masih ingat alif, ba, ta, tsa, hanya sebatas kata itu yang masih terekam dalam kulit otaknya. Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat seseorang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya.
-- Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuh Abi, tunjukkan aku pada jalan itu, terdengar suara Roberto memelas.
Sang ustadz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya. Air matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah. Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap.
-- Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu. Setelah selesai berpesan, sang ustadz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal Kalimah Indah:
-- Asyahadu an la- ila-ha illaLla-h, wa asyahadu anna Muhammadan Rasu-luLla-h. Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al Andalusy berpulang ke RahmatuLla-h menemui Rabbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjihad dibumi yang fana ini.
***
Ahmad Izzah telah menjadi seorang alim di Mesir. Kemudian menyeberang Samudra yang gelap dan berkabut, bermukim di Dunia Baru. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agamanya, Islam, sebagai ganti kekejaman dan kemungkaran yang di masa muda telah diperbuatnya. Dekrit kedua Raja Spanyol Carlos V tahun 1543 yang berisikan perintah pengusiran Muslimin keluar dari jajahan Spanyol di seberang laut Atlantik, menyebabkan Ahmad Izzah dan seluruh pengikutnya berpindah ke Utara, di mana sebelumnya, yaitu sejak tahun-tahun 700-800 M, telah bermukim kaum Muslimin emigran gelombang pertama Pra-Columbus. Menurut Dr. Barry Fell dari Harvard University bahwa di tempat itu telah bermukim kaum Muslimin, yang telah mendirikan sekolah-sekolah Islam di daerah yang sekarang dikenal dengan Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe dan Hickison Summit Pass (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana).
Firman Allah yang artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama, serta condong kepadanya, itulah agama, yang Allah jadikan sesuai dengan fitrah manusia. Tiadalah bertukar perbuatan Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. [Hj. Irena Handono. Menyingkap FITNAH & TERROR, cetakan I, September 2008, Gerbang Publishing, halaman: 280 - 286]
-- Ummi, Ummi, mari kita pulang. Hari telah malam. Bukankah Ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa? Ummi, cepat pulang ke rumah, Ummi. Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang Ummi tidak menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa. Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah. Akhirnya bocah itu berteriak memanggil bapaknya, 'Abi, Abi, Abi. Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika teringat kemarin petang bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.
-- Hai, siapa kamu?, teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah.
-- Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi, jawab sang bocah memohon belas kasihan. Tiba-tiba 'plak'!, sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah.
-- Hai bocah, wajahmu bagus, tetapi namamu jelek. Aku benci namamu. Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus. Namamu sekarang Adolf Roberto. Awas!, jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!, ancam laki-laki itu. Sang bocah meringis ketakutan, masih tetap meneteskan air mata. Bocah mungil itu hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan Inkuisisi. Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka.
Roberto sadar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustadz. Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeris:
-- Abi, Abi, Abi. Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu. Pikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci Al Quran milik ayahnya, yang dahulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. Ia juga ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bahagian pusar.
Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh tua renta yang lemah itu. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini. Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut:
-- Abi, aku masih ingat alif, ba, ta, tsa, hanya sebatas kata itu yang masih terekam dalam kulit otaknya. Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat seseorang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya.
-- Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuh Abi, tunjukkan aku pada jalan itu, terdengar suara Roberto memelas.
Sang ustadz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya. Air matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah. Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap.
-- Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu. Setelah selesai berpesan, sang ustadz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal Kalimah Indah:
-- Asyahadu an la- ila-ha illaLla-h, wa asyahadu anna Muhammadan Rasu-luLla-h. Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al Andalusy berpulang ke RahmatuLla-h menemui Rabbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjihad dibumi yang fana ini.
***
Ahmad Izzah telah menjadi seorang alim di Mesir. Kemudian menyeberang Samudra yang gelap dan berkabut, bermukim di Dunia Baru. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agamanya, Islam, sebagai ganti kekejaman dan kemungkaran yang di masa muda telah diperbuatnya. Dekrit kedua Raja Spanyol Carlos V tahun 1543 yang berisikan perintah pengusiran Muslimin keluar dari jajahan Spanyol di seberang laut Atlantik, menyebabkan Ahmad Izzah dan seluruh pengikutnya berpindah ke Utara, di mana sebelumnya, yaitu sejak tahun-tahun 700-800 M, telah bermukim kaum Muslimin emigran gelombang pertama Pra-Columbus. Menurut Dr. Barry Fell dari Harvard University bahwa di tempat itu telah bermukim kaum Muslimin, yang telah mendirikan sekolah-sekolah Islam di daerah yang sekarang dikenal dengan Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe dan Hickison Summit Pass (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana).
Firman Allah yang artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama, serta condong kepadanya, itulah agama, yang Allah jadikan sesuai dengan fitrah manusia. Tiadalah bertukar perbuatan Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. [Hj. Irena Handono. Menyingkap FITNAH & TERROR, cetakan I, September 2008, Gerbang Publishing, halaman: 280 - 286]
----------------------
(#)
Fyi, kalau ingin melhat gambar korban yang dieksekusi ikuisisi dengan kayu-sula yang ditusukkan menembus lubang dubur hingga tengkorak kepala , lihat Menyingkap FITNAH & TERROR, halaman 48. -HMNA-
----- Original Message -----From: H. M. Nur AbdurrahmanSent: Thursday, December 29, 2011 11:54 AMSubject: Re: Bls: Re: [wanita-muslimah] Inquisisi Penyebab Munculnya Paham SekulaSaya gambarkan parahnya dan kejamnya itu pelaksanaan inquisisi Katholik Roma.From: WaluyaSent: Sunday, November 13, 2011 10:06 AMSubject: [wanita-muslimah] Fw: Se(l-k)ulerGalileo, seorang pengikut Kopernikus, waktu itu telah jadi sasaran, meskipun baru 17 tahun kemudian ia jadi korban. Ia dianggap menafsirkan Injil dengan gagasan yang sesat bahwa `bumi bergerak dan langit berhenti'. Ketika Kardinal Bellarmino menyampaikan keputusan itu, ilmuwan itu tahu apa yang mengancam dirinya. Empatbelas tahun sebelum hari itu Bellarmino membungkam Giordano Bruno dengan ganas. Pembangkang itu dihukum bakar. `Dengan kekuatan telah kutaklukkan otak mereka yang angkuh' itulah epigraf yang tertulis di makam sang Kardinal. Galileo pun merunduk.From: H. M. Nur AbdurrahmanSent: Wednesday, December 28, 2011 7:57 AMSubject: Inquisisi Penyebab Munculnya Paham Sekularisme dalam Politik, Pemisahan antara Agama dengan PolitikGalileo sendiri dihukum penjara seumur hidup. Ia dijebloskan di penjara bawah tanah Tahta Suci Vatikan. Pada 8 Januari 1642, beberapa minggu sebelum ulang tahunnya ke-78, Galileo meninggal dunia.Peter de Rosa menceritakan, saat pasukan Napoleon menaklukkan Spanyol tahun 1808, seorang komandan pasukannya, Kolonel Lemanouski, melaporkan bahwa pastor-pastor Dominikan mengurung diri dalam biara mereka di Madrid. Ketika pasukan Lemanouski memaksa masuk, para inquisitors itu tidak mengakui adanya ruang-ruang penyiksaan dalam biara mereka. Tetapi, setelah digeledah, pasukan Lemanouski menemukan tempat-tempat penyiksaan di ruang bawah tanah. Tempat-tempat itu penuh dengan tawanan, semuanya dalam keadaan telanjang, dan beberapa di antaranya gila. Pasukan Prancis yang sudah terbiasa dengan kekejaman dan darah, sampai-sampai merasa muak dengan pemandangan seperti itu. Mereka lalu mengosongkan ruang-ruang penyiksaan itu, dan selanjutnya meledakaan biara tersebut. [Peter de Rosa, Vicars of Christ: The Dark Side of the Papacy, hal. 239]Pak Abd Muiz, apa ada ilmuwan/saintis pada zaman Khilafah dihukum bakar dan dihukum seumur hidup? Apa ada pada zaman Khilafah sejenis biara tempat-tempat penyiksaan di ruang bawah tanah penuh dengan tawanan, semuanya dalam keadaan telanjang?Saya tambahkan:Robert Held, dalam bukunya, "Inquisition", memuat foto-foto dan lukisan-lukisan yang sangat mengerikan tentang kejahatan Inquisisi yang dilakukan tokoh-tokoh Gereja ketika itu. Dia paparkan lebih dari 50 jenis dan model alat-alat siksaan yang sangat brutal, seperti pembakaran hidup-hidup, pencungkilan mata, gergaji pembelah tubuh manusia, pemotongan lidah, alat penghancur kepala, pengebor vagina, kayu-sula yang ditusukkan menembus lubang dubur hingga tengkorak kepala dan berbagai alat dan model siksaan lain yang sangat brutal. Ironisnya lagi, sekitar 85 persen korban penyiksaandan pembunuhan adalah wanita. Antara tahun 1450-1800, diperkirakan antara dua-empat juta wanita dibakar hidup-hidup di dataran Katolik Eropa.Pak Abd Muiz apakah pada zaman khilafah adakah pelaksanaan eksekusi Inkusisi dengan lebih dari 50 jenis dan model alat-alat siksaan yang sangat brutal, seperti pembakaran hidup-hidup, pencungkilan mata, gergaji pembelah tubuh manusia, pemotongan lidah, alat penghancur kepala, pengebor vagina, kayu-sula yang ditusukkan menembus lubang dubur hingga tengkorak kepala?
Lagi-lagi saya tambahkan
Inkuisisi Kelompok Waldenses dan AlbigensesSelama beberapa abad Gereja Roma mengamuk di seluruh dunia seperti binatang buas yang kelaparan dan membunuh ribuan orang yang percaya kepada Kristus yang sejati, menyiksa, dan memotong tangan atau kaki ribuan orang lagi. Ini merupakan "Zaman Kegelapan" gereja. Kelompok Waldenses di Prancis merupakan korban pertama amukan penganiayaan Paus. Kemudian menyusul Ke1ompok Albigenses.Sekitar tahun 1173, Peter Waldo, atau Valdes, seorang pedagang Lyon yang kaya, yang terkenal karena kesalehan dan pengetahuannya, memberikan hartanya kepada orang-orang miskin dan menjadi pengkhotbah keliling. Ia adalah seorang bidat (yang menentang doktrin paus). Tak berapa lama sejumlah besar orang yang telah mengalami pembaruan di Prancis bergabung dengannya -- mereka kemudian dikenal sebagai kelompok Waldenses--. Pertama -tama, Waldo berusaha menyadarkan paus karena ia berpikir bahwa paus bisa memengaruhi gereja di Roma, tetapi ia justru dikucilkan karena dianggap bidat pada 1184. Pada tahun 1211, delapan puluh pengikut Waldo ditangkap di kota Strasbourg, diperiksa oleh penyidik yang ditunjuk oleh Paus dan dibakar di tiang.Ke1ompok Albigenses tinggal di Prancis bagian se1atan pada abad ke-12 dan ke-13. Mereka mendapatkan nama itu dari kota Prancis, Albi, yang merupakan pusat gerakan mereka. Pada tahun 1209, Paus Innocentius III memulai pembunuhan ke1ompok Albigenses. Paus tsb mengirim agen di seluruh Eropa untuk membangkitkan pasukan untuk berperang melawan Albigenses yang disebut Perang Kudus yang berlangsung antara 1209 sampai 1229. Pada awal peperangan tahun 1209, pasukan Paus membantai penduduk Beziers. Selama pembantaian itu, seorang prajurit Paus bertanya bagaimana ia bisa membedakan antara orang Kristen dengan ke1ompok Albigenses. Pemimpinnya menjawab, "Bunuh mereka semua. Tuhan tahu siapa milik-Nya." Selama sisa abad ke-13 berikutnya, kelompok Waldenses dan Albigenses merupakan target utama Inkuisisi di seluruh Eropa.Pertama Inkuisisi itu hanya menangani tuduhan tentang bidat, tetapi Inkuisisi segera meluas hingga mencakup tuduhan seperti tenung, ilmu yang sesat, penghujatan, pembacaan Bibel dalam bahasa umum, pembacaan Talmud oleh bangsa Yahudi atau Alquran oleh orang-orang Muslim, sehingga yang dieksekusi dengan dibakar makin meningkat; dan ini memperpanjang inkuisisi.Pak Abd Muiz adakah dalam zaman Khilafah, terjadi peperangan antara pasukan Khalifah vs salah satu kelompok Madzhab tertentu?Selanjutnya saya tambahkan lagiInkuisisi di SpanyolMeskipun hampir tidak ada catatan tentang jumlah orang yang terbunuh atau disiksa di seluruh dunia oleh Inkuisisi, beberapa catatan tentang Inkuisisi di Spanyol.Ada tujuh belas pengadilan di Spanyol dan masing-masing membakar rata-rata 10 bidat setahun serta menyiksa dan memotong kaki atau tangan ribuan orang lain yang hampir tidak bisa pulih dari luka-lukanya. Selama masa Inkuisisi di Spanyol diperkirakan ada sekitar 32.000 orang, yang kesalahannya tidak lebih dari tidak sepaham dengan doktrin paus, atau yang te1ah dituduh melakukan kejahatan takhayul, yang disiksa di luar imajinasi kemudian dibakar hidup-hidup.Sebagai tambahan, jumlah orang yang gambarnya dibakar atau dihukum untuk menebus dosa, yang biasanya berarti pengasingan, penyitaan seluruh harta benda, hukuman fisik sampai pencucuran darah dan perusakan total segala sesuatu dalam hidup mereka, berjumlah total 339.000. Namun, tidak ada catatan tentang berapa banyak orang yang mati di tahanan bawah tanah karena disiksa; karena dikurung di lubang yang kotor, penuh penyakit, yang penuh tikus, dan kutu; karena tubuh yang hancur atau hati yang hancur; atau jutaan orang yang tergantung hidupnya pada mereka untuk kelangsungan hidup mereka atau yang tergesa-gesa ke liang kubur karena kematian korbannya. Itu adalah catatan yang hanya diketahui di surga pada Hari Penghakiman.Pada tahun 1479 karena desakan penguasa Gereja Roma di Spanyol, Ferdinand II dari Aragon, dan Isabella I dari Castile, Paus Sixtus IV membentuk Inkuisisi Spanyol yang independen yang dipimpin oleh dewan tinggi dan pelaksana Inkuisisi Agung.Pad a 1487 Paus Innocentius VIII menunjuk rahib Dominikan Spanyol, Tomas de Torquemada, sebagai pelaksana Inkuisisi Agung. Di bawah kekuasaannya, ribuan orang Kristen, Yahudi, Muslim, penyihir yang dicurigai, dan orang-orang lainnya terbunuh dan disiksa. Orang-orang yang berada dalam bahaya terbesar karena Inkuisisi adalah kaum Protestan dan Alumbrados (penganut mistik di Spanyol).Nama Torquemada menjadi sinonim dengan kekejaman, kefanatikan, sikap tidak toleran, dan kebencian. Ia adalah orang yang paling ditakuti di Spanyol; dan selama pemerintahan terornya dari 1487 sampai 1498l ia secara pribadi memerintahkan lebih dari 2.000 orang untuk dibakar di tiang. Ini berarti 181 orang setahun, sementara pengadilan Spanyol rata -rata hanya membakar 10 orang setahun.Dengan dukungan penguasa Gereja Roma, pelaksana awal Inkuisisi Spanyol begitu sadis dalam cara penyiksaan dan teror mereka sehingga Paus Sixtus IV merasa ngeri mendengar laporan mereka, tetapi tidak mampu mengurangi kengerian yang telah dilepaskan di Spanyol. Ketika Torquemada dijadikan pe1aksana Inkuisisi Agung, akibatnya lebih parah dan ia melakukan Inkuisisi seolah-olah ia adalah dewa di Spanyol. Apa pun yang bisa ia kelompokkan sebagai pe1anggaran rohani diberi perhatian oleh pe1aksana Inkuisisi. Inkuisisi yang kejam di Spanyol belum mengenal kekejaman yang sebenarnya sampai Torquemada menjadi pemimpinnya.Pada 1492 Inkuisisi digunakan untuk mengusir semua orang Yahudi dan bangsa Moors dari Spanyol atau untuk memaksakan pertobatan mereka kepada kekristenan Roma. Dengan desakan Torquemada, Ferdinand dan Isabella mengusir lebih dari 160.000 orang Yahudi yang tidak mau bertobat pada Gereja Roma. Dari tujuan politis, pelaksana Inkuisisi juga melakukan penyelidikan yang kejam di antara penduduk baru dan orang-orang Indian yang bertobat di koloni Spanyol di Amerika.(#)WassalamHMNA:----------------------------(#)Seperti diketahui pada pertengahan abad ke-16 terjadilah pemaksaan besar-besaran secara kejam atas orang-orang Yahudi dan Muslimin untuk menganut agama Katholik, yang terkenal dalam sejarah sebagai Spanish Inquisition. Pada masa itu keadaan orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam sangat menyedihkan, karena penganiayaan dari pihak Gereja Katolik Roma yang dilaksanakan oleh inkuisisi tersebut. Ada tiga macam sikap orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam dalam menghadapi inkusisi itu. Pertama, yang tidak mau beralih agama. Akibatnya mereka disiksa kemudian dieksekusi dengan dibakar atau dipancangkan di kayu-sula. Kedua, beralih agama menjadi Katholik Roma. Kelompok orang Islam yang beralih agama itu disebut kelompok Morisko, sedangkan yang dari agama Yahudi disebut kelompok Marrano. Ketiga meluputkan diri dengan hijrah menyeberang Laut Atlantik yang dahulunya dinamakan Samudra yang gelap dan berkabut.
Sekurang-kurangnya ada dua dokumen yang menyangkut waktu pelaksanaan inkusisi ini. Yang pertama, Raja Spanyol Carlos V mengeluarkan dekrit pada tahun 1539 melarang penduduk bermigrasi ke Amerika Latin bagi keturunan Muslimin yang dihukum bakar dan dieksekusi di kayu sula itu. Yang kedua dekrit itu diratifikasi pada 1543, dan disertai perintah pengusiran Muslimin keluar dari jajahan Spanyol di seberang laut Atlantik. Ini adalah bukti historis tentang waktu terjadinya inkuisisi tersebut.On Thu Dec 29, 2011 5:11 am "Mu iz, Abdul" wrote:
Mas Wikan,
Saya urun rembug ya, kalau menurut saya, dunia Islam sama parahnya dengan dunia
kristen bahkan lebih parah. Kalau inquisisi di dunia Kristen terhadap orang yang
tidak sependapat dengan agamawan (baca pembesar gereja) seperti Galileo masih
mending, butuh kurun waktu tertentu untuk menyadari kekhilafannya, yakni Paus
Paulus 2 mengoreksi/mengupdate faham geo sentris dan membenarkan helio
sentrisnya Galileo.
Bagaimana dengan dunia Islam ? Realita sejarah sudah menunjukkan
ketika kekhalifahan islam era Bani Umayyah dikuasai aliran muktazilah,
maka ulama' sunnni yang tidak sefaham dengan khalifah diinquisisi seperti Iman
Hanbali (berpendapat al qur'an bukan makhluq) berseberangan dengan faham yang
dianut penguasa (beraliran muktazilah)
memahami al qur'an adalah makhluq. Imam Hanbali direhabilitasi setelah terjadi
suksesi kepemimpinan, begitu khalifah beralih ke aliran sunni, maka Imam Hanbali
dibebaskan, dipulihkan. Giliran warga non sunni dikejar-kejar alias tidak diberi
tempat. Begitu pula ketika ada aliran wihdatul wujud di baghdad yang disampaikan
Al Hallaj, ybs dihukum mati oleh khalifah zaman abbasiyah, di Andalusia Ibnu
Arabi mengajarkan huluw diinquisisi oleh khalifah Andalusia, Syekh Siti Jenar di
tanah Jawa
mengajarkan kamanunggaling kawula gusti diinquisisi alias dihukum mati oleh
aliran mainstream di bawah kendali walisongo dengan menggunakan penguasa (sultan
demak) untuk mengeksekusi mempressure Syekh Siti Jenar. Di tanah sumatra juga
terjadi inquisisi pada Hamzah Fansuri yang berseberangan dengan pembesar agama
yang dekat dengan
penguasa yaitu syekh Nuruddin ar Raniri.
Kalau di dunia kristen barat, inquisisi dihentikan dengan mengupdate fatwa, dan
gerakan perlawanan terhadap agamawan (baca gereja) yang menyebarkan penderitaan
menimbulkan perlawanan : memunculkan gerakan kebebasan (liberal, enggan
dikungkung kaum gereja yang repressif dan menindas rakyat) dan sekularisasi
(politik dipisahkan dari peran agamawan) serta gerakan aufklarung dengan
revolusi industri (banyak temuan dan inovasi di bidang sains dan teknologi)
menampilkan negara Eropa dan Amerika sebagai negara industri yang hegemonik di
bidang ekonomi dunia. Maka di dunia islam mandek di bidang iptek dan makin keras
gerakan inquisisinya, fenomena sikap keras pada kelompok ahmadiyah masih
berlanjut dan pengkafiran makin keras karena dipandang berseberangan dengan
aliran mainstream (sunni).
Demikian mas Wikan urun rembug saya, insya Allah abah HMNA akan segera
menanggapi dan memberikan pencerahan sebagaimana permintaan mas Wikan.
Wassalam
Abdul Mu'iz
------------------------------Pada Rab, 28 Des 2011 13.10 ICT Wikan Danar
Sunindyo menulis:>Pak HMNA, saya sepakat dengan yang ditulis oleh bapak, biar
saya jadi>konco ya :)>anyway, mungkin itu yang terjadi dengan dunia kristen ya
pak>bagaimana dengan di dunia islam sendiri? di mana ulama-ulamanya saat>ini
juga mulai banyak yang bereaksi keras terhadap paham-paham yang>dianggap tidak
sesuai dengan pendapat mereka, misal teori evolusi>dianggap ilmu kafir dan
produk sekuler>mohon pencerahannya ya pak ... saya kan konco bapak
:)>>salam,>-->Wikan>>2011/12/28 H. M. Nur Abdurrahman
<mnur.abdurrahman@...>>>>>>>>> Inquisisi Penyebab Munculnya Paham
Sekularisme dalam Politik, Pemisahan antara Agama dengan Politik.>> Dikompilasi
oleh>> H.Muh.Nur Abdurrahman>>>> Karen Armstrong, mantan biarawati dan penulis
terkenal, menyebutkan, bahwa Inquisisi adalah salah satu dari institusi Kristen
yang paling jahat (one of the most evil of all Christian institutions).
(Karen Armstrong, Holy War: The Crusades and Their Impact on Today's World,
(London: McMillan London Limited, 1991).
__._,_.___
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE
.
__,_._,___
0 comments:
Post a Comment