Penyair-Penyair Untuk Bima Membara
Aksi brutal aparatus negara tersiar hampir tiap hari, namun nyawa manusia tetap dianggap sebagai tumbal demi tegaknya kondusivitas suatu wilayah.
Kecaman masyarakat atas sikap brutal mereka tidak menyurutkan semangat juang aparatus negara untuk menjadikan rakyatnya sebagai musuh yang harus diperangi dengan moncong senjata.
Sabtu Kelabu, 24 Desember 2011, Pelabuhan Sape – Bima diujung timur pulau Sumbawa merupakan bukti nyata pengulang brutal aparatus dalam menagani aksi massa.
Massa di jadikan sasaran tembak ketika solusi dialogis dianggap sudah buntuh, "Demi Kondusivitas," alasan tepat untuk menyarangkan peluru pada anak-nak negeri yang tidak berdosa.
Padahal massa tak lain adalah sekelompok petani yang tidak menginginkan sumber air di daerahnya dirampas karena adanya pertambangan. Aksi mereka tidak lebih untuk mempertahankan tradisi kehidupan mereka sebagai petani yang telah dilakoni turun menurun selama ratusan tahun.
Memang, kebijakan pemerintah yang lebih mementingkan pemodal menyebabkan aparatus Negara dapat mempersepsikan masyarakat tidak sepaham menjadi musuh bersama yang harus dilawan. Karenanya saat ini, kita tidak bisa lagi membedakan mana penjajah mana penguasa.
Banyak cara untuk menyatakan keprihatinan, mahasiswa dan aktivisi memilih demontrasi untuk menggugat hegomoni aparatus yang brutal, politisi bersuara lantang melalui media massa dan kami coba menghimpun Penyair Nusantara dalam sebuah buku puisi yang berjudul "Penyair-Penyair untuk Bima Membara".
Buku puisi ini didedikasikan untuk para korban kerusuhan Bima yang pada saat ini tercatat 3 orang meninggal dunia dan puluhan orang lainnya mengalami luka-luka serius.
Untuk partisipasi, karya puisi (setiap penyair membuat 1 atau 2 karya puisi) dikirim melalui email: bima.membara@yahoo.com dengan deadline 10 Januari 2012.
Kami mengharapkan partisipasi teman-teman penyair demi terwujudnya buku ini.
Jakarta, 28 Desember 2011
Informasi lengkap dapat menghubungi:
1. Leonowens SP (Sastra Pembebasan): leonowens.sp@gmail.com
2. Heri Latief (Sastra Pembebasan): herilatief@yahoo.com
3. Arif Hidayat (www.arifhidayat.com): 08122007378
Aksi brutal aparatus negara tersiar hampir tiap hari, namun nyawa manusia tetap dianggap sebagai tumbal demi tegaknya kondusivitas suatu wilayah.
Kecaman masyarakat atas sikap brutal mereka tidak menyurutkan semangat juang aparatus negara untuk menjadikan rakyatnya sebagai musuh yang harus diperangi dengan moncong senjata.
Sabtu Kelabu, 24 Desember 2011, Pelabuhan Sape – Bima diujung timur pulau Sumbawa merupakan bukti nyata pengulang brutal aparatus dalam menagani aksi massa.
Massa di jadikan sasaran tembak ketika solusi dialogis dianggap sudah buntuh, "Demi Kondusivitas," alasan tepat untuk menyarangkan peluru pada anak-nak negeri yang tidak berdosa.
Padahal massa tak lain adalah sekelompok petani yang tidak menginginkan sumber air di daerahnya dirampas karena adanya pertambangan. Aksi mereka tidak lebih untuk mempertahankan tradisi kehidupan mereka sebagai petani yang telah dilakoni turun menurun selama ratusan tahun.
Memang, kebijakan pemerintah yang lebih mementingkan pemodal menyebabkan aparatus Negara dapat mempersepsikan masyarakat tidak sepaham menjadi musuh bersama yang harus dilawan. Karenanya saat ini, kita tidak bisa lagi membedakan mana penjajah mana penguasa.
Banyak cara untuk menyatakan keprihatinan, mahasiswa dan aktivisi memilih demontrasi untuk menggugat hegomoni aparatus yang brutal, politisi bersuara lantang melalui media massa dan kami coba menghimpun Penyair Nusantara dalam sebuah buku puisi yang berjudul "Penyair-Penyair untuk Bima Membara".
Buku puisi ini didedikasikan untuk para korban kerusuhan Bima yang pada saat ini tercatat 3 orang meninggal dunia dan puluhan orang lainnya mengalami luka-luka serius.
Untuk partisipasi, karya puisi (setiap penyair membuat 1 atau 2 karya puisi) dikirim melalui email: bima.membara@yahoo.com dengan deadline 10 Januari 2012.
Kami mengharapkan partisipasi teman-teman penyair demi terwujudnya buku ini.
Jakarta, 28 Desember 2011
Informasi lengkap dapat menghubungi:
1. Leonowens SP (Sastra Pembebasan): leonowens.sp@gmail.com
2. Heri Latief (Sastra Pembebasan): herilatief@yahoo.com
3. Arif Hidayat (www.arifhidayat.com): 08122007378
http://tamanhaikumiryanti.blogspot.com/
Information about Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/
Information about Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/
__._,_.___
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE
.
__,_._,___
0 comments:
Post a Comment