chodjim wrote:
Ibnu Marwan mencari jalan untuk mendapatkan dukungan kaum muslim. Maka, pada awal masa pemerintahannya itu dibangunlah Masjid al-Aqshaa (yang sebelumnya tidak ada).
Masjid al-Aqshaa yang disebut di dalam 17:1 bukanlah yang ada sekarang yang dibangun oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan.
kalau kisah isra' mi'raj baru ditulis setelah tahun 85 H, jadi
sebenarnya yang dialami nabi muhammad itu apa? apakah benar terjadi?
soalnya katanya ini menyangkut akidah lho pak.
(((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((
HMNA:
Silakan disimak Seri 015 dan Seri 839 di bawah
Wassalam
*****************************************
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
015. Isra'-Mi'raj
Malam Sabtu yang akan datang, sejak matahari terbenam masuklah 27 Rajab 1412. Dan beberapa jam kemudian, yaitu jam 24.00 barulah mulai masuk tanggal 1 Februari 1992. Malam 27 Rajab adalah salah satu malam yang termasuk penting bagi ummat Islam, karena pada malam itu Nabi Muhammad SAW diisra'kan dan dimi'rajkan oleh Allah SWT.
Istilah isra' yang artinya berjalan malam adalah bahasa Al Quran, sedangkan istilah mi'raj yang artinya naik adalah istilah yang dipakai dalam Al Hadits. Namun demikian walaupun mi'raj bukan bahasa Al Quran akan tetapi akar kata tersebut yang dibentuk oleh huruf-huruf 'ain, ra, dan jim menjadi 'araja adalah bahasa Al Quran. Peristiwa isra tercantum dalam S. Bani Israil atau S. Isra' ayat 1, sedangkan peristiwa mi'raj tercantum dalam S. An Najm ayat 13 - 18.
Yang akan dibahas dalam seri 015 ini tidaklah sebagaimana yang lazim dibahas dalam ceramah-ceramah ataupun diskusi-diskusi dalam peringatan isra'-mi'raj. Yang akan dibahas adalah sumber-sumber informasi yang relevan dengan peristiwa isra'-mi'raj. Seperti telah berulang kali dikemukakan bahwa sumber informasi itu ada tiga: wahyu, alam dan sejarah.
Kita mulai dahulu dengan sumber informasi wahyu. Ini sangatlah relevan, karena pristiwa penting tersebut disampaikan kepada ummat manusia oleh Allah SWT melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi pembahasannya pendek saja, artinya sampai di sini saja.
Bagaimana dengan sumber informasi alam? Ini perlu pembahasan yang lebih panjang dari yang pertama. Untuk dapat mengkaji suatu peristiwa dengan bersumberkan informasi dari alam haruslah memenuhi dua persyaratan. Pertama, harus terbuka dan kedua harus sinambung. Untuk jelasnya, kita ambil contoh burung yang terbang di udara. Untuk dapat mengkaji proses kepak sayap burung yang sementara terbang di udara, haruslah mesti dapat disaksikan oleh semua orang, dapat diobservasi, dapat diamati oleh semua orang yang berkepentingan dalam mengkaji seluk-beluk kepak sayap burung yang mengudara itu. Inilah yang disebut dengan terbuka. Kemudian burung itu selalu sanggup terbang pada waktu yang lalu, waktu sekarang dan insya-Allah waktu yang akan datang. Ini disebut dengan sinambung. Tanpa kedua persyaratan itu, suatu peristiwa tidaklah dapat bersumber informasi dari alam.
Bagaimana dengan peristiwa isra'-mi'raj? Tidak terbuka, tidak dapat disaksikan oleh siapapun, kecuali oleh Allah SWT dan para malaikat. Peristiwa itu dapat kita ketahui karena diberitahu oleh Allah SWT melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak sama misalnya dengan peristiwa photosynthesis, kita dapat mengetahuinya melalui wahyu (baca ulang Seri 3), dan juga dapat diobservasi oleh para pakar yang berkepentingan untuk mengkaji perisitwa itu, artinya terbuka bagi siapa saja yang berkepentingan dan yang mau. Kemudian, peristiwa isra' - mi'raj hanya berlaku satu kali dan pemegang peran hanya satu orang yaitu Nabi Muhammad SAW. Artinya peristiwa ini tidak sinambung. Tidak sama misalnya dengan proses photosynthesis, berproses waktu lalu, sekarang dan insya-Allah waktu yang akan datang. Kesimpulannya, alam sebagai sumber informasi tidak dapat dilakukan untuk mengkaji proses isra'-mi'raj. Dan itu berarti proses isra'- mi'raj tidak mungkin dapat dikaji oleh sains.
Bagaimana dengan sumber informasi sejarah? Sumber informasi ini ada kelemahannya, karena tidak eksak dalam arti sejarah dapat dimanipulasi, dipalsukan oleh penulis sejarah. Hadits-hadits dalam arti sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW termasuk dalam sumber informasi sejarah ini. Hadis-hadispun tidak luput dari pemalsuan.
Orang yang mula-mula meletakkan dasar metode pendekatan dalam menyaring hadits-hadits dari pencemaran pemalsuan hadits adalah Imam Bukhari. Hadits-hadits yang luput dari pemalsuan yang disaring oleh Imam Bukhari tersebut dikenal dengan Shahih Bukhari. Metode pendekatan yang dipakai dalam menyaring hadis dari pencemaran pemalsuan, kemudian berkembang menjadi disiplin ilmu tersendiri yang disebut dengan lmu Mushthalah Hadits. Dalam metode ini fokusnya adalah antara lain, kesinambungan yang menyampaikan (sanad) dari Nabi Muhammad sampai kepada perawi hadis (misalnya Imam Bukahri), daya ingat dan inteligensia yang menyampaikan, akhlaq mereka tercakup antara lain sikap, gaya hidup yang tidak urakan. Dan juga yang tidak kurang pentingnya ialah sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW bukan hanya melalui satu jalur. Maksudnya pada waktu Rasulullah bersabda dan berbuat disaksikan oleh banyak sahabat, dan setiap sahabat membentuk jalur informasi yang disampaikan kepada perawi secara sinambung. Artinya terdiri atas banyak jalur sebanyak jumlah sahabat yang mendengar ucapan dan melihat perbuatan Rasulullah sendiri. Dan setiap jalur terdapat sanad yang sinambung. Hadits yang demikian itulah yang disebut dengan hadits shahih. Walaupun sanadnya itu sinambung tetapi hanya ada satu jalur saja, hadits yang demikian itu disebut hadits ahad. Hadits shahih adalah sumber sejarah yang eksak, sedangkan hadits ahad tidak dapat dipandang sebagai sumber sejarah yang eksak.
Walhasil, akhir dari pembahasan ini adalah himbauan kepada para muballigh dalam menyampaikan tabligh ataupun dalam mujadalah tentang peristiwa isra'-mi'raj, hendaknya tidaklah memakai sumber informasi dari alam, dan juga tidak mengadakan perbandingan isra'-mi'raj dengan proses yang alamiyah. Yaitu dengan cara misalnya memberikan ilustrasi lalat naik kapal terbang, sebagai perbandingan dengan Rasulullah naik buraq. Bukankah ini terlalu naif, Rasulullah dibandingkan sebagai lalat, dan buraq dibandingkan sebagai kapal terbang? Apakah ini tidak menurunkan derajat Rasulullah? Atau dengan mengatakan Rasulullah mi'raj ke planet-planet, bukankah ini menurunkan derajat Rasulullah dari seorang Nabi dan Rasul menjadi astronaut?
Ingatlah bahwa Nabi Muhammad Rasulullah SAW isra'-mi'raj tidaklah menempuh alam yang berdimensi ruang-waktu (space-time continuum) melainkan menempuh alam yang bebas dari segala dimensi nisbi, dimensi yang tak sanggup akal manusia membayangkannya. Inilah makna kalimah SUBHANA pada permulaan S. Isra ayat 1: Subhana-lladzie asraa bi'abdihie laylan min-almasjidi-lHaraami ila-lmasjidi- lAqsaa, alladzie baaraknaa hawlahuu, linuriyahuu min aayaatinaa innahuu huwa-ssamie'u-lBashier, artinya: Maha Suci Yang mengisra'kan hambaNya pada suatu malam dari Masjid-alHaram ke Masjid-alAqsaa, yang Kami telah berkati sekelilingnya, untuk memperlihatkan sebagian dari ayat-ayat Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.
Maka sekali lagi dihimbau, terutama sekali dalam hal isra'-mi'raj ini, pakailah hanya dua sumber informasi: Wahyu dan sejarah yang eksak, yaitu Al Quran dan Hadits Shahih. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*****************************
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
WAHYU DAN AKAL IMAN DAN ILMU
[Kolom Ttap Harian Fajar]
839 Dari Al-Masjid Al-Haram ke Al-Masjid Al-Aqsha via Bayt Al-Maqdis
Saya mulai dengan mengutip tulisan Prof (emeritus) H.Halide yang berjudul: "Mengapa ke Masjid Aqsha?" pada Harian FAJAR edisi Rabu, 23 Juli 2008, yaitu bagian permulaan dan menjelang akhir tulisan tsb:
"Niat saya mengunjungi Masjid Aqsha telah bersemi 40 tahun yang lalu (sejak tahun 1968). Islam Study Club di Perpustakaan Makassar Jl Kajaolaliddo (dulu) sering membahas topik-topik kontemporer. Anggota intinya adalah A.Rahman Rahim, M.Nur Abdurrahman dan penulis sendiri. Yang sering ikut diskusi adalah Muhammad Ahmad dan M.Quraisy Shihab. Ketika membahas Isra dan Mikraj, kami berkonsultasi pada Dr S.Majidi (alm) di Jl Veteran. Ternyata beliau memiliki tafsir tersendiri. ............. Tahun 70 M bangunan (Kuil Sulaiman) diratakan dengan tanah oleh Kaisar Titus. Tanggal 27 Rajab tahun ke-11 sesudah kenabian (kira-kira 621 Masehi) terjadi peristiwa Isra. Tahun 705 M al Walid bin Abdul Malik Marwan menyelesaikan Kubbatussakhrah (The Dome of Rock) yang dirancang oleh Khalifah Umar. Kubbatussakhrah ini merupakan kubah yang terindah di seluruh dunia. Di belakang Kubbatussahrah ini berdiri bangunan bernama Masjid Aqsha. Kesimpulan saya adalah bahwa ketika peristiwa Isra kedua bangunan ini belum ada." Sekian kutipan tsb.
Allahu Yarham DR S.Majidi adalah guru kami bertiga: Prof. (emeritus) H.Abd Rahman Rahim, Prof (emeritus) H.Halide (keduanya mantan Atase Kebudayaan di Kerajaan Saudi Arabia) dan saya sendiri. Proses peralihan ilmu dari beliau kepada kami bertiga yaitu secara mujadalah, bertukar pikiran. Beliau hanya menyerahkan kepada para muridnya untuk menuliskan/mempublikasikan pandangannya, yang tentu saja pandangan yang disetujui oleh masing-masing para muridnya saja.
***
Saya berjanji di dalam hati akan menuliskan apa yang telah saya kemukakan di dalam talkshow di TVRI Makassar pada Rabu malam (malam Kamis) 30 Juni 2008 dalam rangka memperingati Isra-Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Nara sumber dalam talkshow tsb ada tiga orang, yaitu DR H.Mustamin Arsyad, Prof (emiritus) H.Halide dan saya sendiri, sedangkan yang menjadi fasilitator ialah Drs H.Muhammadiyah Yunus.
Dalam Hadits disebutkan Nabi SAW menunggang sejenis "binatang" sambil dituntun oleh malaikat Jibril AS. Secara tekstual kejadiannya memang demikian itu. Komposisi ini mengandung takwil hubungan antara wahyu-akal-naluri, yaitu wahyu menuntun akal, akal mengendalikan naluri kebinatangan (makan, minum, sex). Naluri itu tidak boleh dipupus, karena itu penting untuk mempertahankan hidup dan melanjutkan keturunan manusia. Di samping takwil, juga merupakan isyarat dari Allah SWT bahwa itu akan diproyeksikan dalam kenyataan sejarah, satu tahun sembilan bulan kemudian setelah Isra, yaitu peristiwa hijrah: Rasulullah SAW menunggang unta dituntun oleh Abu Bakar Ashshidiq RA.
Al-Masjid al-Aqsha dalam ayat (17:1) bukan di Palestina.
-- SBhN ALDzY ASRY B'ABDH LYLA MN ALMSJD ALhRAM ALY ALMSJD ALAQShA ALDzY BRKNA hWLH LNRYH MN aAYTNA ANH HW ALSMY'A ALBShYR (S. BNY ASRAaYL 17:1), dibaca:
-- subha-nal ladzi- asra- bi'abdih- lailam minal masjidil hara-mi ilal masjidil aqsha- alladzi- ba-rakna- haulahu- linuriyahu- min aya-ya-tina- innahu- huwas sami-'ul bashi-ru, artinya:
-- Mahasuci Yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari al-Masjid al-Haram ke al-Masjid al-Aqsha yang telah Kami berkati sekelilingnya, untuk memperlihatkan sebahagian dari tanda-tanda Kebesaran Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.
Kalimah Subhana pada permulaan ayat menunjukkan bahwa peristiwa Isra adalah proses yang mentakjubkan, bukan proses 'alamiyah yang normal. Jika pengertian Isra dipersempit menjadi sekadar perjalanan di atas bumi, maka tanda-tanda apa yang mentakjubkan yang disaksikan RasuluLlah SAW. Dalam sekadar jarak-tempuh antara Makkah dan Darussalam saja, tidaklah RasuluLlah SAW akan menyaksikan Ayat al Kubra, yaitu tanda-tanda Kebesaran yang mentakjubkan.
-- GhLBT ALRWM * FY ADNY ALARDh (S. ALRWM, 30:2-3), dibaca:
-- ghulbatir ru-m * fi- adnal ardhi, artinya:
-- telah dikalahkan bangsa Rumawi * di negeri yang terdekat
Ayat (30: 2-3) tersebut menunjuk pada kejadian sejarah, yaitu Hiraqla (575? - 641)M., Kaisar Rum (610 - 641)M. dikalahkan pasukannya di Chalcedon oleh pasukan Khosrau Parvez, Raja Sassan/Parsi (590 - 628)M. Chalcedon itu terletak di mulut Asia Kecil hanya dipisahkan oleh selat Bosporus dari ibu kota Kerajaan Rum, Konstantinopel. Jadi kalau kita ada di Makkah, maka Chalcedon lebih jauh letaknya dari Bayt al-Maqdis. Mengapa bagi Chalcedon yang lebih jauh dikatakan adna, terdekat, sedangkan Palestina yang lebih dekat dikatakan aqsha, terjauh? Itu artinya al-Masjid al-Aqsha dalam ayat (17:1) tidak di Palestina.
Di dalam matan Hadits mengenai Isra tidak dipakai istilah al-Masjid al-Aqsha untuk yang di Palestina melainkan Bayt al-Maqdis. Yaitu luas tanah yang sekarang dalam tembok berbentuk trapezium. Tembok utara berkururan 310 meter sejajar dengan tembok selatan 280 meter, tembok barat 480 meter di mana ada bagian yang disebut tembok Buraq tempat Nabi SAW menambatkan Buraq dan tembok timur 460 meter. Jadi Rasulullah diperjalankan malam oleh Allah dari al-Masjid al-Haram ke Bayt al-Maqdis tempat transit di atas permukaan bumi sehingga mempergunakan "mekanisme" transportasi, yaitu Buraq. Lalu dari tempat transit itu RasuluLlah keluar dari alam syahadah, yang bukan perjalanan angkasa luar, melainkan langsung menembus masuk alam ghaib, langit pertama s/d langit ketujuh, alam malakut, fawka malakut, fawka fawka malakut, dan Sidratul Muntaha, "tempat" sujud yang terjauh, Al-Masjid Al-Aqsha. Bayt Al-Mqadis yang juga disebut Haram Al-Syariyf(*) adalah "proyeksi" al-Masjid al-Aqsha di alam ghaib ke alam syahadah. Alhasil, bahwa sesungguhnya Mi'raj adalah bagian dari Isra: Dari Al-Masjid Al-Haram ke Al-Masjid Al-Aqsha via Bayt Al-Maqdis. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 3 Agustus 2008
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2008/08/839-dari-al-masjid-al-haram-ke-al.html
------------------------------
(*)
Di kompleks yang disebut Bayt Al-Mqadis yang juga disebut Haram Al-Syariyf ini, terdapat beberapa bangunan, di antaranya Mesjid Al Aqsha dan Qubbat as-Sakhrah atau yang oleh orang Barat disebut Dome of the Rock atau Kubah Batu. Usaha membangun kembali kompleks itu baru ada setelah Yerusalem pada tahun 640 dibawah Khilafah pemerintahan Khalifah 'Umar ibn Khattab. Khalifah Abdul Malik bin Marwan mendirikan Qubbat as-Sakhrah. Bangunan indah berkubah emas tsb tidaklah difungsikan sebagai masjid, melainkan sebagai mashad, tempat suci untuk dilayati. Setahun sesudah itu, putra Abdul Malik, yaitu Al Walid mendirikan bangunan Mesjid Al Aqsha pada sudut tembok barat dgn tembok selatan. Dinding tembok disekeliling kompleks ini dipugar kembali, dan bagian luar dinding lama di sebelah barat diizinkan didatangi pemeluk Yahudi untuk berdoa pada hari-hari tertentu. Tempat ini kemudian disebut Dinding Ratapan, karena pemeluk Yahudi sering meratap di sana menangisi kehancuran rumah suci mereka, Haikal Sulaiman yang dihancurkan Kaisar Romawi Titus pada tahun 70 M, seperti disebutkan dalam Al-Quran ayat (17:7):....dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Dinding Ratapan oleh ummat Islam dinamakan Tembok Buraq, karena di sinilah Nabi Muhammad SAW menambatkan Buraq. Tinggi rata-rata kompleks Bayt Al-Maqdis di atas muka laut (sea level) sekitar 730 meter.
----- Original Message -----
Sent: Thursday, December 29, 2011 6:34 PM
Subject: Re: Re: [wanita-muslimah] Kota SUci Makkah --> Indonesian maid brutally raped
wah pak chodjim
kalau kisah isra' mi'raj baru ditulis setelah tahun 85 H, jadi
sebenarnya yang dialami nabi muhammad itu apa? apakah benar terjadi?
soalnya katanya ini menyangkut akidah lho pak.
sekarang kan dikit2 dibilang merusak akidah. akidah jadi penting
banget, bahkan bisa lebih penting daripada nyawa dan kehormatan orang.
salam,
--
Wikan
2011/12/29 chodjim <chodjima@gmail.com>
>
>
>
> Sebenarnya, kota Mekah dan Madinah tidak pernah disebut sebagai kota suci. Tetapi, kedua kota itu disebut al-haramaan. Arti sebenarnya adalah dalam kedua kota itu diharamkan bertindak mungkar dan fakhsya' (termasuk peperangan).
>
> Sejarah Yerussalem lain lagi. Kota ini diangkat sebagai al-tsalitsu al-haramayn pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan (66 - 86 H). Pada masa ini Mekah dikuasai oleh Abdullah bin Zubair bin Awwam, sehingga Ibnu Marwan mencari jalan untuk mendapatkan dukungan kaum muslim. Maka, pada awal masa pemerintahannya itu dibangunlah Masjid al-Aqshaa (yang sebelumnya tidak ada).
>
> Oleh karena itu, kisah Isra' Mi'raj pun baru ditulis oleh Ibnu Ishaq (85 - 151 H), dan baru dipublikasikan oleh muridnya, Ibnu Hisyam (wafat 213 W). Dengan demikian, Masjid al-Aqshaa yang disebut di dalam 17:1 bukanlah yang ada sekarang yang dibangun oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan.
>
> Wassalam,
>
> chodjim
0 comments:
Post a Comment