Advertising

Monday 31 January 2011

Re: Bls: Re: Bls: [wanita-muslimah] Mengapa Islam Diturunkan Pertama Kali di arab

 

Ini ada lagi dari kaset lama.

Howgh
HMNA

********************************

----- Original Message -----
From: Hamus R
To: buginese@yahoogroups.com
Sent: Saturday, June 24, 2006 2:04 PM
Subject: [BUGINESE] Syeich Yusuf, Terkenang dan dikenang di Afrika Selatan

Oleh: Hamus Rippin

Berbincang dengan beberapa orang asal afrika Selatan dari ras Negro dan ras
Hindustan tentang Syeich Yusuf.
Beliau terkenal dan terkenang dihati orang-orang Afrika Selatan, tetapi
mereka selaku orang biasa tidak tahu asal usul dan siapa beliau sebelum
beliau berada di Afrika Selatan.
Pada satu kesempatan, saya duduk didalam satu restoran dikota Utrecht,
Negeri Belanda. Saya sedang menunggu kereta api dari Amsterdam akan ke
Belanda Selatan. Dekat perbatasan dengan Belgia. Saya pindah kereta dari
Leiden di KITLP yang buntu di Utrecht dan saya akan melanjutkan perjalanan.
Duduk sambil menikmati secangkir kopi panas, untuk mengusir kantuk siang
yang mulai mengganggu, dalam udara musim panas. Dari pintu restoran masuk
sepasang sosok pria-wanita, bertubuh tegap prianya dan perawakan langsing
yang wanita.
Keduanya berambut kriting, berkulit warna hitam mengkilap, sebagaimana warna
kulit bangsa Negro. Yang pria berjalan sebelah kanan dari si wanita, tangan
kirinya dililitkan pada pinggang pasangannya. Jalan berpapasan menuju kearah
dimana saya duduk.
Lelakinya berjalan sambil menebarkan senyum, seakan-akan senyumnya
ditujukan kepada saya. Tetapi saya tidak yakin senyumnya ditujukan pada
saya, karena tempat duduk yang ada dibelakan saya masih duduk banyak orang.
Apalagi orang yang baru masuk dimaksud, seingat saya tidak pernah bertemu
saya sebelumnya.
Tetapi perkiraan saya tidak salah, dugaan saya tepat. Karena laki-laki yang
berjalan bersama dengan wanita tadi, sudah berdiri didepan saya. Sedangkan
bersebelahan meja, dimana saya duduk masih ada tempat kosong, kursinya sama
sekali belum diduduki orang.
"Boleh kami duduk semeja dengan anda?" tanya laki-laki ini dengan nada sopan
dalam bahasa Belanda logat Afrika-Selatan.
"Ya. Tentu saja, silahkan" jawab saya berbahasa Belanda pula.
Mereka berdua serta-merta duduk diatas kursi kosong berhadapan dengan saya.
Disamping saya masih ada kursi kosong satu lagi.
"Anda dari Indië...?" tanya sang pria kepada saya.
"Ya. Saya dari Indonesia. Saya mengerti maksud anda. Indië nama Indonesia
tempo dulu pada jaman kolonial. Sejak Indonesia merdeka, 17-8-1945 nama ini
sudah diganti." Jawab saya. "Kalau anda asal dari negara mana ......
Afrika-Selatan, bukan?"
Laki-laki yang baru saja duduk, beranjak dari tempat duduk. Berdiri ditempat
sambil menyedorkan tangan kepada saya, menyebut nama dan memperkenalkan nama
pasangannya. Dan membenarkan dugaan saya, dia mengaku berasal dari
Afrika-Selatan.
Mereka mulai memesan kopi pula, sebagaimana saya minum, kopi hitam tampa
gula.
"Anda tahu? Pernah dengar nama Tuan Syeich Yusuf dari Indië?"
"Tentu saja. Saya tahu nama, asal dan sejarah beliau." Jawab saya.
Sebelum saya ceritera dan terlibat berbincang dengan mereka tentang "Siapa
Syeich Yusuf sebelum berada di Afrika-Selatan" saya teringat kembali
pertanyaan sama, pernah saya ditanyai oleh beberapa orang jemaah haji,
rombongan haji berasal dari Afrika-Selatan ketika saya menunaikan ibadah
haji ke dua tahun 1999, setelah menunaikan haji pertama tahun 1984.
Di Airport International Juddah. Saya pernah bermalam semalam diterminal
pada tanggal 7-4-1999, menunggu pesawat KLM dari San'a, Jaman, yang akan
menerbangkan kami ke Amsterdam, dimana beberapa orang rombongan jemaah haji
asal Afrika-Selatan, juga menunggu pesawat yang akan terbang ke Cape Town
melalui Ankara, Turki. Kami berbincang tentang beliau. Dan saya merasa
senang selalu orang asal Sulawsi Selatan.
Kemudian saya ceritera tentang sejarah Syeich Yusuf yang pernah saya baca
pada satu buku: Haji Syeich Muhammad Yusuf dilahirkan di Goa,
Sulawesi-Selatan sekarang. Dulu kerajaan Goa, pada tahun 1623. Masa kecil
beliau, ia belajar agama Islam di Goa.
Dalam usia muda beliau, pada tahun 1645 beliau berangkat menuju ke Bantam
dengan maksud menuntut pengetahuan agama. Disana beliau tinggal menambah
ilmu dan berkenalan Sultah Ageng Tirtayasa. Setelah beberapa lama beliau
meninggalkan Bantam, melanjutkan perjalanan ke Aceh untuk menambah
pengetahuan Agama Islam.
Di Aceh beliau belajar pada seorang ulama besar yakni Syeich Nurdin Ar
Raniri. Masa itu Aceh diperintah seorang raja wanita, yakni Ratu Tadju'l
Alam Shafiayatu'ddin Syah.
Dari gurunya di Aceh beliau mendapat gelar dalam tariqat Al-Qadariyah, dari
Aceh beliau meneruskan perjalanan menuntut ilmu agama Islam ke Yaman. Semasa
di Yaman, beliau belajar pada seorang ulama besar yang bernama syeich Abi
Abdillah Muhammad Abdul-Bagi dalam tariqah Naqsyabandiyah. Selanjutnya masih
di Yaman beliau belajar ke Zubaid, berguru pada Sajid Ali mempelajari
tariqat " Assadah Al-Baalawiyah". Setelah pelajaran beliau selesai di Yaman,
beliau meneruskan perjalanan ke Makkah menunaikan ibadah haji. Karena dua
negeri ini berjiran. Beliau menikah dengan putri Imam Shafi'i di Mekkah yang
meninggal dunia waktu melahirkan bayi. Sebelum pulang ke Indonesia, dia
kawin lagi dengan seorang perempuan asal Sulawesi di Jeddah.

Kemudian selanjutnya beliau meneruskan perjalanan ke Medinah Al Munawwarah,
disana beliau belajar dan menerima ijazah dalam tariqah Syattariyah dari
gurunya Syeich Burhanuddin Al Mulla. Setelah dari Medinah beliau meneruskan
perjalanan ke negeri Syam (Syria). Disana beliau belajar dan memperdalam
ilmu agama, ilmu tariqat pada guru yang bernama Abu'l Barakat Ayyub bin
Ahmad. Dari gurunya beliau ini, beliau mendapatkan gelar "Taju'l Chalwati
Hidayatu Lah". Setelah beliau mendapat gelar yang disebut terakhir, beliau
masih belajar pada beberapa guru tariqat. Setelah beliau lama keliling
mengembara menimbah ilmu pengetahuan agama Islam, akhirnya beliau memutuskan
untuk kembali ke negeri asalnya, di Goa.
Setelah Syeich Yusuf tiba dari perantauan di negeri kelahirannya Goa,
perasaan yang beliau dambakkan dan dibayangkan selama dalam perantauan
menuntut pengetahuan dibidang agama Islam, kenyataan yang beliau lihat saat
itu sangat berbeda, jauh beda yang dibayangkan. Goa yang dibayangkan dan
didambakkan sudah mempunyai kemajuan dibidang agama Islam, tenyata tidak
demikian. Agama Islam yang beliau bayangkan sudah semarak, faktanya tidak
begitu, malah menurut penilaian beliau sendiri mengalami kemunduran dari
yang dibayangkan semula. Diharapkan selama dalam pengembaraan menuntut ilmu
agama Islam kebiasaan lama yang sudah berlangsung turun-temuru sudah hilang,
kenyataannya tidak demikian.
Minun ballo atau arak dan menyabung ayam makin menjadi-jadi. Kekecewaan
beliau ini semakin mendalam setelah beliau melihat kenyataan, kerajaan Goa
sudah taklut pada Kompeni Belanda (VOC) dibawah Spelman melalui satu
perjanjian "Perjanjian Bungaya". Karena perjanjian ini, mengakibatkan Goa
kehilangan daerah kekuasaannya Makassar. Setelah Perjanjian Bungaya ini
Makassar sudah dibawah kekuasaan Kompeni Belanda. Mengenai hal tradisi dan
kebiasaan lama ini, beberapa kali Syeich Yusuf menghadap baginda raja Goa,
karena yang duduk ditahta pada saat itu adalah Sultan Hasanuddin. Beliau
meminta kepada baginda Sultan, agar hal judi dan minum arak ini, atas kuasa
baginda dapat merubahnya. Tetapi jawaban yang diterima beliau dari baginda
bertentangan yang ditunggu. Karena Sultan menganggap kebiasaan-kebiasaan
lama ini, baik untuk mempertahankan kesiap siagaan prajurit yang selaku
berada ditengah-tengah gelanggang dan disekeliling baginda.
Jawaban yang beliau terima dari baginda Sultan Hasanuddin mengecewakan hati
beliau. Akhirnya beliau memutuskan untuk meniggalkan negerinya Goa pergi
merantau. Sementara beliau berada di Goa, sebelum beliau berangkat beliau
sempat menammatkan beberapa murid. Kemudian beliau datang pamit pada baginda
Sultan Hasanuddin untuk berangkat meninggalkan Goa. Negeri tujuannya adalah
Bantam.

Sesampai beliau di Bantam, Syeich Yusuf mendapati sahabatnya dulu ketika
beliau dalam perjalanan belajar, beliau singgah di Bantam. Kini sudah naik
tahta, sudah dinobatkan menjadi raja "Sultan Ageng Tirtayasa" menggantikan
ayahnya, yang berkuasa semasa Syeich Yusuf dulu berada disana ialah "Sultan
Abul Ma'li Ahmad Rahmatullah".
Di Kerajaan Bantam Syich Yusuf merasa tenang dan lebih bebas mengembangkan
ilmunya, dari hasil pelajaran beliau diberbagai negeri dan bereda-beda
tempat. Ditempat baru beliau ini, beliau bertemu dan dapat bertukar pikiran
dan mendiskusikan pendapat dengan berbagai orang yang berasal dari luar
negeri, misalnya Turki, Syiria, Mesir, Mekkah dan banyak lagi negeri islam
lainnya. Diantara sekian cabang ilmu agama Islam yang dimiliki Syeich Yusuf,
ilmu tasawwuf yang lebih mendekatkan dirinya dengan SultanAgeng. Karena
Sultan Ageng banyak perhatian kepada ilmu tasawwuf. Dengan demikian antara
Sultan dan Syeich Yusuf keduanya menjadi dekat dan makin lama pengaruh
Syeich Yusuf makin masuk kedalam istana, utamanya dibidang agama. Kedekatan
Syeich Yusuf pada kraton, menjadikan beliau akrap pula dengan petera ke dua
dari Sultan Ageng yakni Pangerang Purbaya. Mereka berdua dibawah Sultan
Ageng bahu membahu memajukan Bantam, dan menjadi komando lapangan memimpin
rakyat Bantam menghadapi kompeni Belanda, dimana salah seorang putera
(Putera Mahkota) dari Sultan Ageng yakni Sultan Haji bersekutu dengan
kompeni. Karena diadu kompeni Belanda berperang melawan ayahandanya.
Peperangan antara Sultan Ageng dengan puteranya Sultan Haji tidak dapat
dielakkan. Jadi rakyat Bantam juga jelas terbagi. Ada yang berpihak kepada
sultan Haji yang bersekutu dengan kompeni Belanda, tetapi lebih banyak yang
berpihak kepada Sultah Ageng. Perpecahan antara ayah dan anak adalah usaha
kompeni Belanda yang berhasil. Kompeni Belanda memberikan dukungan kepada
Sultan Haji untuk melemahkan kekuatan ayahnya. Sultan Ageng Tirtayasa
dibantu dengan puteranya Pangeran Purbaya dan Syeich Yusuf bersama dengan
rakyat Bantam yang sebahagian besar bersimpati kepada Sultan Ageng melakukan
perlawanan, yang pada khakikatnya melawan kompeni Belanda. Namun akhirnya
Sultan tua dikalahkan oleh Sultan Haji, puteranya. Setelah Bantam dikalahkan
kompeni, Syeich Yusuf dianggap kompeni Belanda selaku biangkeladi perlawanan
sengit dari rakyak Bantam dan Syeich Yusuf mesti dibuang jauh. Beliau
dibuang ke Ceylon (Srilangka) sekarang.

Kehadiran Syeich Yusuf ditempatnya yang baru, mulanya tidak membangkitkan
minat beliau lagi melakukan perlawanan politik terhadap kompeni Belanda.
Kehidupan beliau ditempat pengasingan mulanya mengalami tekanan bathin,
hingga beliau kembali menekuni diri dalam ilmu tasawwuf. Karena tekanan
bathin ini membawa beliau menekuni ilmu agama Islam dan menulis buku-buku.
Beliau tidak lama mengalami kebekuan ditempat baru ini, kemudian terjadi
lagi hubungan antara beliau dengan masyarakat.
Selaku orang berilmu luas, berpengalaman banyak dan berpengatahuan agama
mendalam, beliau berhubungan lagi dengan seorang ulama tasawwuf yang
berkebangsaan Hindustan bernama Syeich Ibrahim bin Michan.
Tidak berapa lama beliau di Ceylon, akhirnya beliau menyadari ditempatnya
ini sangat strategis, karena beliau tetap punya hubungan dengan Goa, Aceh
dan Bantam.
Melalui jemaah haji yang kapalnya selalu singgah di Ceylon setiap berangkat
dan pulang, Syeich Yusuf tetap mengirim berita-berita ke negeri-negeri yang
disebutkan diatas. Mengingat tempat barunya ini selaku jembatan antara
Mekkah dan negeri-negeri disebelah Timur, malah beliau makin berkesempatan
melakukan kordinasi untuk mengadakan perlawanan kepada kompeni Belanda.
Ditempat barunya berdatangan orang-orang dari berbagai penjuru untuk belajar
ilmu agama pada beliau, termasuk orang-orang Hindustan datang belajar
dibidang tasawwuf pada Syeich Yusuf.
Akhirnya sampai berita kesohor kepada Kaisa Aurangzeh Alamgir yang
memerintah pada tahun 1659-1707. Baginda Sultan dikenal sebagai seorang
Sultan yang mencintai ilmu agama dibidang tasawwuf. Mengetahui hal tentang
Syeich Yusuf, baginda meminta kepada pemerintah kompeni Belanda agar Syeich
Yusuf dijaga dan dipelihara kehormatan pribadinya. Pribadinya jangan
dihinakan selaku seorang yang berpengetahuan mendalam.
Pemerintah kompeni Belanda jadi gerah, menjadi pusing kepada Syeich Yusuf,
di Bantam bergabung dengan Sultan melakukan perlawanan, di Ceylon cepat
mendapatkan perhatian masyarakat, utamanya pemuka agama Islam.
Turunnya Sultan Ageng Tirtayasa dari tahta, bukan berarti perlawanan rakyat
Bantam terhadap kompeni Belanda langsung berakhir. Pangeran Purbaya tetap
memimpin rakyat Bantam melawan kompeni Belanda. Namun akhirnya Pangeran
Purbaya juga menyatakan diri menyerah kepada kompeni Belanda.
Untuk menerima keris penyerahan dari Pangeran Purbaya, kompeni Belanda
mengirim Untung Surapati untuk menemui Pangeran Purbaya menerima keris
penyerahan. Tetapi selain Untung Surapati kompeni Belanda mengirim pula
seorang opsir Belanda. Hal ini, Untung Surapati merasa tersinggung. Karena
perasaan tersinggung ini, malah Untung Surapati balik melakukan perlawanan
kepada Kompeni. Untung Surapati memberontak kepada kempeni Belanda.
Dalam tahun 1686 raja Iskandar dari Minangkabau melakukan pertemua rahasia
dengan, Sultan Aceh, susuhsuhan Mataram, raja Kalimantan, dan Andalas Timur
untuk membentuk serikat perlawanan Islam melawan kompeni Belanda.
Perkembanan baru ini mengancam kedudukan kompeni Belanda di Bantam. Kejadian
ini terpikir oleh Kompeni siapa otak perkembangan baru ini, pasti bukan di
Jawa, Sumatera, atau Sulawesi, pasti dari jauh memberikan kordinasi, pasti
di Ceylon, karena gerakan ini dari kalangan Islam. Dan sumber pergerakan ini
melalui haji, haji yang pulang dari Mekkah yang singgah di Ceylon, pesan
diterima dari Ceylon selanjutnya untuk diberitakan, kabar ini disebarkan
keberbagai negeri kerajaan Islam di Timur.
Akhirnya pemerintah kompeni Belanda memustukan memindahkan Syeich Yusuf dari
Ceylon ke Afrika-Selatan. Disana meninggal pada tahun 1699 dan jenazahnya
dikembalikan ke Goa, tanah leluhurnya dan kepada keluarganya untuk
dikebumikan di negeri Goa selaku negeri asal tempat kelahiran beliau.
Pusarah pemakaman beliau berada di Goa, disekitar kota Makassar di Sulawesi,
Indonesia.

----- Original Message -----
From: "Abdul Muiz" <muizof@yahoo.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Tuesday, February 01, 2011 07:11
Subject: Bls: Bls: Re: Bls: [wanita-muslimah] Mengapa Islam Diturunkan
Pertama Kali di arab

Oh, HMNA masih suka putar kaset lama, suka tunjuk cermin Andalah yang
mengikut
syahwat pribadi, biar gak mubazir baca postingan saya yang mereply yudi
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/message/152579

________________________________
Dari: H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Terkirim: Sel, 1 Februari, 2011 06:06:12
Judul: Re: Bls: Re: Bls: [wanita-muslimah] Mengapa Islam Diturunkan Pertama
Kali
di arab

Oh, Abd Muiz mendapatkan info dari "syahwat pribadinya".
Tambahan info. Salah seorang isteri Syaikh Yusuf Tuanta Salamaka
Al-Maqassari
adalah puteri Imam Syafi'i.(*) Imam Syafi'i yang Arab bermenantukan seorang
non-Arab. Siapa takut? Tahan Tuh !

Wassalam
HMNA
--------------------------
(*)
Informasi ini tidak bersumber dari "ayahwat pribadi". Baca artikel di bawah:

Syaikh Yusuf oleh Rosihan Anwar

KOMPAS Rabu, 27 April 2005

Syeikh Yusuf Al-Maqassari

SOROTAN mata tajam, alis hitam, bibir gairah, jenggot lebat, berpakaian
gamis,
bersorban putih, itulah Syeikh Yusuf asal Goa, Sulawesi Selatan, yang pada
abad
ke-17 menyemaikan Islam di Afrika Selatan.

DALAM berkas yang saya terima di seminar "Perbudakan dan Buangan Politik" di
Cape Town, 23 Maret 2005, saya temukan potret Syeikh Yusuf. Tidak jelas
pelukisnya. Tidak pasti otentiknya. Betulkah begitu wajahnya? Siapa takut?
Bagaimanapun, ini adalah insan hebat luar biasa.

Riwayat Syeikh Yusuf mulai saya kenal di masa sekolah menengah zaman
kolonial
dari buku-buku ilmuwan Belanda seperti Cense, Drewes, De Graaf, dan
Noorduyn. Di
seminar tadi Prof Dr Azyumardi Azra, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah, Jakarta, dan Dr Nabilah Lubis juga dari UIN Jakarta
menyajikan makalah mengenai peran Syeikh Yusuf di Indonesia dan Afrika
Selatan.

Syeikh Yusuf lahir tahun 1626 di Goa, Sulawesi Selatan. Ayahnya, Abdullah,
bukan
bangsawan, tetapi ibunya, Aminah, keluarga Sultan Ala al-Din. Dia dididik
menurut tradisi Islam, diajari bahasa Arab, fikih, tauhid. Pada usia 15
tahun
dia belajar di Cikoang pada seorang sufi, ahli tasawuf, mistik, guru agama,
dan
dai yang berkelana. Saya tahu dari sejarawan Belanda, Van Leur, betapa agama
Islam dibawa ke Indonesia pada mulanya oleh pedagang-pedagang Islam yang
sekaligus adalah sufi. Kembali dari Cikoang Syeikh Yusuf menikah dengan
seorang
putri Sultan Goa, lalu pada usia 18 tahun dia naik haji ke Mekkah sekalian
memperdalam studi tentang Islam.

Di Makassar dia naik sebuah kapal Melayu dan berlayar menuju Banten yang
merupakan pusat Islam penting di Nusantara. Di sana dia bersahabat dengan
putra
mahkota yang kelak memerintah sebagai Sultan Ageng Tirtayasa (1651-83),
penguasa
agung terakhir dari Kesultanan Banten, juga kerajaan terakhir dari Nusantara
yang dengan kapal-kapalnya melaksanakan perdagangan jarak jauh.

Mengikuti rute perdagangan antar-Nusantara zaman itu Syeikh Yusuf
melanjutkan
perjalanan ke Aceh, lalu ke Gujarat, India, tempat dia bertemu dengan Sufi
Nuruddin Ar-Raniri, penasihat sultan perempuan Safyatuddin dari Aceh,
kemudian
ke Yaman, akhirnya ke Mekkah dan Madinah, bahkan sampai ke Damascus (Suriah)
dan
Istanbul (Turki) yang disebut dalam tambo-tambo Melayu sebagai "Negeri Rum".
Bila dipikir sangat lamanya waktu perjalanan dengan kapal layar atau dengan
kafilah unta zaman itu, maka sungguh mengagumkan kekuatan fisik dan mental
Syeikh Yusuf untuk berkelana sambil belajar tasawuf bertahun-tahun dalam
tradisi
seorang sufi. Sungguh menyenangkan di Mekkah dia memperoleh ijazah dari
tarekat
(mystical order) Khalwatiyyah, diakui sebagai ilmuwan Islam yang berwibawa,
dipandang sebagai guru agama oleh orang-orang Melayu-Indonesia yang datang
naik
haji ke tanah Haramyn. Dia menikah dengan putri Imam Shafi'i di Mekkah yang
meninggal dunia waktu melahirkan bayi. Sebelum pulang ke Indonesia, dia
kawin
lagi dengan seorang perempuan asal Sulawesi di Jeddah.

SYEIKH Yusuf tidak kembali ke Goa di mana agama sudah dilecehkan, orang
berjudi,
mengadu ayam, meminum arak, menghidupkan lagi animisme tanpa ditindak secara
tuntas oleh Sultan.(#) Alih-alih dia menetap di Banten dan menjadi penasihat
agama utama Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan ini sangat anti-VOC Belanda. Ia
berselisih dengan putranya yang dikenal sebagai Sultan Haji. Timbul perang
saudara, Sultan Haji minta bantuan VOC yang mengirim tentara Kompeni untuk
menangkap Sultan Ageng dan menyekapnya di Batavia di mana dia meninggal
tahun
1692.

Syeikh Yusuf dengan 4.000 tentara Bugis memihak Sultan Ageng, turut
bergerilya
dengannya, juga ditangkap oleh Belanda. Pada bulan September 1682, Syeikh
Yusuf
bersama dua istrinya, beberapa anak, 12 murid, dan sejumlah perempuan
pembantu
dibuang ke Ceylon, kini Sri Lanka. Di Sri Lanka dia menulis karya-karya
keagamaan dalam bahasa Arab, Melayu, dan Bugis. Dia aktif menyusun sebuah
jaringan Islam yang luas di kalangan para haji yang singgah di Sri Lanka, di
kalangan para penguasa, dan raja-raja di Nusantara. Haji-haji itu membawa
karya-karya Syeikh Yusuf ke Indonesia, dan karena itu bisa dibaca di negeri
kita
sampai sekarang.

Mengingat aktivitas Syeikh Yusuf tadi, VOC Belanda khawatir dampaknya dalam
bidang agama dan politik di Nusantara. Keadaan bisa bergolak terus. VOC lalu
mengambil keputusan memindahkan Syeikh Yusuf ke Kaapstad di Afrika Selatan.
Dalam usia 68 tahun, Syeikh Yusuf beserta rombongan pengikutnya terdiri dari
49
orang tiba di Tanjung Harapan tanggal 2 April 1694 dengan menumpang kapal
Voetboog. Di tengah perjalanan badai besar menghantam sehingga membuat
nakhoda
Belanda, Van Beuren, ketakutan kapalnya akan tenggelam, tapi berkat wibawa
dan
karisma Syeikh Yusuf dia bisa tenang dan selamat sampai di Kaapstad. Akibat
pengalaman tersebut, sang kapten memeluk agama Islam dan sampai sekarang
keturunannya yang semua Muslim masih ada di Afrika Selatan.

Syeikh Yusuf ditempatkan di Zandvliet, desa pertanian di muara Eerste
Rivier,
dengan tujuan supaya tidak bisa berhubungan dengan orang-orang Indonesia
yang
telah datang lebih dahulu. Lokasi itu di Cape Town sekarang dikenal sebagai
Macassar. Bersama ke-12 pengikutnya, yang dinamakan imam-imam, Syeikh Yusuf
memusatkan kegiatan pada menyebarkan agama Islam di kalangan budak belian
dan
orang buangan politik, juga di kalangan orang-orang Afrika hitam yang telah
dibebaskan dan disebut Vryezwarten.

MENYAMPAIKAN syiar Islam, memelihara dan mempertahankan agama Islam di
kalangan
golongan Muslim merupakan perhatian dan aktivitas Syeikh Yusuf di Afrika
Selatan. Sebagai sufi, dia mengajarkan tarekat Qadiniyyah, Shattariyyah, dan
Rifaiyyah di kalangan Muslim Afrika Selatan. Dia meninggal dunia tanggal 22
Mei
1699 dan dimakamkan di Faure, Cape Town. Makamnya terkenal sebagai Karamah
yang
berarti 'keajaiban, mukjizat'. Sultan Gowa meminta kepada VOC supaya jenazah
Syeikh Yusuf dibawa ke Tanah Airnya. Dia tiba di Goa 5 April 1705 dan
dimakamkan
kembali di Lakiung. Seperti makamnya di Faure, makamnya di Makkasar juga
banyak
diziarahi orang. Fakta bahwa Syeikh Yusuf memiliki dua makam menimbulkan
spekulasi. Sejarawan De Haan percaya Belanda mengirimkan kerangka Syeikh
Yusuf
ke Makassar dan karena itu makamnya di Faure telah kosong. Di pihak lain,
tulis
Prof Azyumardi Azra dalam makalahnya, orang-orang Muslim di Cape percaya
hanyalah sisa sebuah jari tunggal dari Syeikh Yusuf yang dibawa kembali.
Spekulasi ini mungkin ada benarnya mengingat sebuah legenda di Goa mengenai
jenazah Syeikh Yusuf yang dimakamkan kembali. Menurut legenda, pada mulanya
hanya sejemput abu yang mungkin sisa-sisa jarinya yang dibawa dari Afrika
Selatan. Tapi abu itu bertambah terus sampai mengambil bentuk seluruh badan
penuh Syeikh Yusuf tatkala tiba di Goa. Dr Nabilah Lubis berkata kepada
saya,
soalnya adalah apakah yang tiba di Goa, kerangka atau keranda?

Syeikh Yusuf adalah seorang sufi. Pada awal tahun 1960-an ketika membaca
soal
mistik di Jawa dalam disertasi Dr Schmidt yang diajukan di Universitas
Geneva
saya mendapat keterangan tasawuf mana yang tidak diterima oleh Islam. Yaitu
yang
mengandung panteisme, yang menganggap diri sendiri adalah Tuhan, ana'l Haq,
itu
ditolak. Azyumardi Azra menulis Syeikh Yusuf menolak konsep wahdah al-wujud.
Dalam analisis terakhir: man is man and God is God. Karena HAMKA menulis
buku
Tasawuf Indonesia saya bertanya kepadanya apakah dia sufi, dan pada awal
tahun
1960-an Buya menjawab dalam bahasa Minang: Ha indak, ambo ma ngaji-ngaji
sajo.
HAMKA menyangkal dirinya seorang sufi.

Memang susah menjelaskan tentang sufi apabila orang tidak menjalankannya
dengan
bergabung dalam sebuah tarikat yang dipimpin oleh syeikh. Sebagai orang
awam,
tentu terlebih-lebih saya tidak punya bakat dan persediaan untuk memahami
sufi
dan ajarannya. Kalangan yang mengetahui berkata sufi-ism adalah sama dengan
akhlak yang baik.

Siapa yang berusaha hidup dengan akhlak baik, tidak mengundurkan diri dari
masyarakat ramai, tetap aktif dalam urusan dunia, mengindahkan sepenuhnya
suruhan dan larangan Tuhan, dia itu sesungguhnya mirip sufi. Bagaimanapun
juga,
Syeikh Yusuf al-Makassari, Pahlawan Nasional, adalah seorang sufi.

H Rosihan Anwar Wartawan Senior Tinggal di Jakarta
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0504/27/Jendela/1704367.htm

----------------------------
(#)
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
106. Syaikh Yusuf Tuanta Salamaka vs Karaeng Pattingalloang tentang Lima
Perkara

Di zaman pemerintahan Sultan Malikus Said Raja Gowa dengan gelar anumerta
Tummenanga ri Papambatuna, tersebutlah dua orang tokoh sejarah yang terkenal
yaitu Syaikh Yusuf Tuanta Salamaka dan Karaeng Pattingalloang. Syaikh Yusuf
adalah tokoh berkaliber internasional, dengan predikat ulama dalam kwalitas
sufi, ilmuwan penulis puluhan buku, pejuang yang gigih di mana saja ia
berada:
di Gowa, di Banten, di Ceylon (Srilangka sekarang) dan di Tanjung
Pengharapan,
negaranya orang Boer (petani emigran Belanda, sekarang Negara Afrika
Selatan).
Karaeng Pattingalloang adalah Perdana Menteri kerajaan kembar Gowa-Tallo',
negarawan, politikus, ilmuwan, yang publikasi karya ilmiyahnya belumlah
ditemukan hingga dewasa ini.

Syahdan, inilah dialog di antara keduanya dalam Hikayat Tuanta Salamaka
menurut
versi Gowa, sebagaimana dituturkan oleh Allahu Yarham Haji Ahmad Makkarausu'
Amansyah Daeng Ngilau'. Materi dialog itu ada lima perkara: anynyombaya
saukang,
appakala'biri' sukkuka gaukang, a'madaka ri bate salapanga, angnginunga
ballo'
ri ta'bala' tubarania, dan pa'botoranga ri pasap-pasaraka.
Maka berkatalah Tuanta Salamaka: "Telah kulihat alamat keruntuhan Butta
(negeri)
Gowa. Oleh sebab itu, pertama, hentikan dan cegahlah rakyat menyembah
berhala
(saukang), yang kedua, hentikan menghormati atribut kerajaan (gaukang)
secara
berlebih-lebihan, yang ketiga, hentikan Bate Salapang bermadat, yang
keempat,
hentikan pasukan kerajaan minum tuak, dan yang kelima, hentikan perjudian di
pasar-pasar." (bahasa aslinya seperti dituturkan Daeng Ngilau di atas itu).

Maka menjawablah Karaeng Pattingalloang:
"Pertama, susatongi nipamari anynyombaya saukang, susahlah menghentikan
rakyat
menyembah saukang, sebab melalui saukang itulah wibawa raja ditegakkan, yang
kedua, sukarlah juga menghentikan penghormatan gaukang, karena di situlah
letaknya kemuliaan sang raja, anjoreng minjo kala'biranna sombaya, yang
ketiga,
tidaklah gampang Bate Salapang menghentikan bermadat, karena jika demikian
takkuleami nagappa nanawa-nawa kabajikanna pa'rasanganga, tidak akan timbul
gagasan-gagasan baru mengenai konsep pembangunan, yang keempat, kalau
pasukan
kerajaan dihentikan minum tuak, lalu kedatangan musuh, inaimo lanisuro
a'jjallo', siapalah yang akan dikerahkan membabat musuh, yang kelima, juga
tidak
mungkin menutup perjudian di pasar-pasar, karena tenamo nantama baratuwa,
tidak
ada lagi pajak judi yang masuk dalam perbendaharaan kerajaan, antekammamo
lanibajiki pa'rasanganga, lalu bagaimana mungkin menggalakkan pembangunan?"

Setelah dialog selesai, Tuanta Salamaka mengeluarkan pernyataan: "Punna
tenamo
takammana lakupilari butta Gowa, kalau keputusan kerajaan sudah demikian
itu,
akan kutinggalkan Butta Gowa. Tamangeai nyawaku anciniki sallang
sare-sarenna
Butta Gowa. Tak sampai hati saya menyaksikan kelak keruntuhan Butta Gowa."

La Maddaremmeng, Raja Bone ke-13, menjalankan Syari'at Islam dengan murni
dan
konsekwen dalam kerajaannya. Sebenarnya La Maddaremmeng ini perlu diangkat
dalam
sejarah, bahwa ia mendahului gerakan Paderi di Minangkabaw. La Maddaremmeng
adalah Pahlawan Islam. Ia memberantas adat kebiasaan yang bertentangan
dengan
Syari'at Islam, sejalan dengan yang dikemukakan oleh Tuanta Salamaka kepada
Karaeng Pattingalloang. Para bangsawan Bone yang tidak setuju dengan
kebijaksanaan La Maddaremmeng minta bantuan Kerajaan Gowa, yang
mengakibatkan
pecah perang Gowa-Bone yang kedua. Bone kalah perang, sejumlah rakyatnya
ditawan, dikerahkan ke Gowa untuk kerja paksa, membangun benteng pertahanan.

Perang Gowa-Bone ini memang unik dalam sejarah. Pada zaman pemerintahan I
Mallikaang Daeng Manyonri Karaeng Katangka Karaenga Matowaya Sultan Alawddin
Awwalu lIslam Tummenanga ri Agamana terjadi perang Gowa-Bone pertama, yang
penyebabnya sebaliknya dari perang yang kedua. Yaitu Kerajaan Gowa walaupun
tidak memaksakan agama Islam pada Kerajaan Bone yang waktu itu belum Islam,
Kerajaan Gowa menghendaki agar Bone menghentikan praktek tradisi yang
bertentangan dengan Syari'at Islam.

Demikianlah Kerajaan Gowa kehilangan mutiaranya. Tuanta Salamaka akhirnya
meninggalkan Kerajaan Gowa, merantau ke Banten. Menuntut ilmu ke Tanah Suci.
Bersama-sama dengan mertuanya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan iparnya, Pangeran
Purbaya, berperang melawan Belanda di Banten, di Parahyangan, sampai ke
Ceribon.
Melanjutkan perjuangan sambil menulis buku di pengasingan di Ceylon dan di
Tanjung Pengharapan.

Apa yang diucapkan Tuanta Salamaka sebagai futurelog terbukti dalam sejarah.
Arung Palakka, yang walaupun masa remajanya dibina dan dididik oleh Karaeng
Pattingalloang, bangkit melawan kerajaan Gowa untuk memerdekakan Bone,
mengakhiri kerja paksa itu. Dan selanjutnya dapat kita baca dalam sejarah
bahwa
apa yang diramalkan oleh Syaikh Yusuf tentang nasib kerajaan Gowa terbukti
dalam
satu generasi berikutnya pada zaman pemerintahan I Mallombassi Daeng
Mattawang
Karaeng Bonto Mangngape Sultan Hasanuddin Tummenanga ri Balla' Pangkana,
ditandai dengan ditandatanganinya Perjanjian Bungaya. Sepeninggal Sultan
Hasanuddin pamor Kerajaan Gowa menjadi pudar.

Menurut berita insya Allah Syaikh Yusuf akan diperingati sepanjang tahun
1994 di
Negara Afrika Selatan, yang mendapat dukungan kuat dari Nelson Mandela.
Kolom
ini ditulis untuk ikut sekelumit menyambut tahun kegiatan memperingati
Syaikh
Yusuf di rantau jauh itu. Adegan dialog itu menunjukkan perbedaan sikap
berpikir
antara orang berdzikir kemudian baru berpikir, berhadapan dengan orang yang
berpikir saja tanpa berdzikir. Syaikh Yusuf, karena berdzikir, ingat kepada
Allah dahulu sebelum berpikir, maka pemikirannya dituntun oleh wahyu.
Sedangkan
Karaeng Pattingalloang hanya berpikir saja tanpa dituntun wahyu, hanya
mengandalkan akalnya belaka. Itulah barangkali latar belakangnya mengapa
penulis
sejarah di kalangan orang barat sangat memujinya.

Firman Allah:
-- Alladziena yazkuruna Llaha qiyaman wa qu'udan wa 'ala junubihim wa
yatafakkaruna fie khalqi ssamawati walardhi, rabbana ma khalaqta hadza
bathilan
subhanaka faqina 'adzaba nnar (S. Ali

'Imran 3:190). artinya:
-- Yaitu mereka yang dzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, atau duduk,
atau
berbaring, dan berpikir tentang kejadian (benda-benda) langit dan bumi,
kemudian
berucap: Ya Maha Pengatur kami, tidaklah Engkau ciptakan semuanya ini dengan
percuma, maka peliharalah kami dari azab neraka.

Jadi yadzkuruna berdzikir dahulu baru yatafakkaruna berpikir. WaLlahu a'lamu
bishshawab.

*** Makassar, 5 Desember 1993
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2007/06/106-syaikh-yusuf-tuanta-salamaka-vs.html

----- Original Message -----
From: "Yudi Yuliyadi" <yudi@geoindo.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Monday, January 31, 2011 18:50
Subject: Bls: Re: Bls: [wanita-muslimah] Mengapa Islam Diturunkan Pertama
Kali
di arab

Dapat kabar darimana pak muiz, dulu juga ada ulama dari Indonesia tepatnya
dari banten yang menjadi iman besar mesjid nabawi

Syaikh annawawi albantani, dan beberapa ulama lainnya yang berasal dari
Indonesia, kan Indonesia itu non arab pak muiz

Mungkin ada yang tahu lebih jelas daftar ulama Indonesia yang pernah menjadi
imam di kota suci umat islam. Silahkan di share

<http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/message/152569;_ylc=X3oDMTJzc
jg1dDk2BF9TAzk3MzU5NzE1BGdycElkAzE4Nzc5ODgEZ3Jwc3BJZAMxNzA1MDc2MjUwBG1zZ0lkA
zE1MjU2OQRzZWMDZG1zZwRzbGsDdm1zZwRzdGltZQMxMjk2NDY5NDQx> Bls: Re: Bls:
[wanita-muslimah] Mengapa Islam Diturunkan Pertama Kal

Posted by: "Abdul Muiz"
<mailto:muizof@yahoo.com?Subject=%20Re%3A%20Bls%3A%20Re%3A%20Bls%3A%20%5Bwan
ita-muslimah%5D%20Mengapa%20Islam%20Diturunkan%20Pertama%20Kal>
muizof@yahoo.com <http://profiles.yahoo.com/muizof> muizof

Mon Jan 31, 2011 12:41 am (PST)

Saya pernah dengar orang arab itu amat takabur pada orang islam non arab dan

ujub pada diri sendiri, diperlihatkan dalam hal shalat berjamaah, mereka
tidak
mau jadi makmum dalam kalau imamnya orang islam non arab, maunya jadi imam
bagi
makmum non arab meskipun bacannya tidak fasih. Beberapa waktu yang lalu om
Sunny
juga pernah memposting guru-guru agama non arab akan dihentikan kontrak
mengajarnya oleh kementrian Kerajaan Saudi Arabiyah demi mendongkrak minat
orang
arab pribumi untuk menjadi pengajar, padahal tingkat minat pribumi arab amat

rendah untuk mengisi posisi tsb, wal hasil kebijakan tsb tidak efektif,
justru
mempersulit guru-guru ybt.

Wassalam
Abdul Mu'iz

[Non-text portions of this message have been removed]

[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment