Advertising

Monday 31 January 2011

[wanita-muslimah] Atheisme Terselubung

 

Atheisme Terselubung

Feb 1, '11 1:06 PM

Akmal Sjafril, ST, MPdI

assalaamu'alaikum wr. wb.

Dahulu ada seorang dosen yang mungkin sudah kehabisan materi untuk diajarkan
dalam kuliahnya, sehingga ia mengambil secarik kertas dan menulis lafadz
"Allah" di atasnya. Sebagai bagian dari kontroversi yang dimaksudkan untuk
memprovokasi akal pikiran para mahasiswanya, ia melempar kertas itu ke
lantai dan menginjak-injaknya. Allah itu sakral, tapi tulisan namanya
tidak, begitulah kira-kira nilai moral yang hendak diajarkannya. Entah apa
yang ada dalam pikirannya saat itu, karena semua orang tahu bahwa
menginjak-injak bendera merah putih pasti dianggap sebagai penghinaan
terhadap keseluruhan bangsa Indonesia, apatah lagi lafadz nama Allah.
Mungkin dia tidak tahu bahwa yang cinta kepada Allah jauh lebih banyak
daripada yang cinta Indonesia, karena cinta yang satu ini tidak kenal batas
geografis dan pewarisan kultur.

Karena Allah adalah Dzat yang Maha Suci, maka beribadah kepada-Nya pun
menjadi suatu hal yang suci. Untuk shalat, kita harus mensucikan diri.
Untuk shaum, ada standar yang jelas mengenai perbuatan-perbuatan yang bisa
membatalkannya. Untuk mensucikan harta, dikeluarkanlah zakat. Dalam ibadah
Haji, jangankan kesucian tubuh, kesucian hati pun harus dibuktikan dengan
menghindari marah dan debat. Karena shalat itu suci, maka masjid pun
menjadi tempat yang suci. Mushola itu suci, bahkan pojokan ruangan di
kantor pun, jika biasa dipakai shalat, maka kesuciannya harus dipertahankan.
Kalau terlanjur kotor, maka harus disucikan. Demikian pula alat shalat,
semuanya harus dijaga kesuciannya. Al-Qur'an adalah wahyu, bukan
mushaf-nya, namun karena berisikan ayat-ayat suci, maka sucilah mushaf-nya.
Dahulu para sahabat Rasulullah saw. mencatat ayat-ayat Al-Qur'an di atas
pelepah daun, niscaya disucikanlah pelepah daun itu oleh penulisnya.
Pastilah catatan ayat-ayat suci tadi disimpan dengan baik, dibersihkan
secara berkala, dan diperlakukan dengan penuh hormat. Sungguh mengherankan
jika ada seorang dosen agama Islam yang tidak memahami kesucian lafadz nama
Allah dengan sebuah logika menyimpang (twisted logic) yang sebenarnya sudah
sangat ketinggalan jaman.

Di sebuah kampus Islam, bukan kesucian lagi yang dipermasalahkan, melainkan
soal kebenaran yang seharusnya sudah diimani oleh setiap Muslim. Secara
sistematis, sebagian pengajar di kampus ini melarang penulisan "Nabi" dan
gelar "shallallaahu 'alaihi wa sallam", sehingga mereka terbiasa menyebut
nama-nama "Muhammad", demikian juga "Ibrahim, "Musa", "Isa" dan seterusnya,
tanpa memberikan penghormatan yang layak kepada para pemilik nama tersebut.
Alasannya sungguh membuat dahi berkerut, yaitu semata-mata karena yang
mengakui Rasulullah saw. sebagai Nabi hanya umat Islam saja. Kesimpulan
mereka, jika kita sebut "Nabi Muhammad saw.", maka karya tulis kita menjadi
tidak ilmiah lagi.

Sungguh memprihatinkan nasib umat Muslim yang begitu mindernya sehingga
untuk urusan agamanya pun mereka merasa harus minta persetujuan dari umat
lain. Jika demikian, maka nama "Islam" yang mereka gunakan untuk kampus
mereka boleh saja diganti dengan "teroris", "Agama Arab", "Mohammedanism",
sedangkan Nabi Muhammad saw. bisa saja mereka sebut dalam karya-karya
ilmiahnya sebagai "kepala perampok", "womanizer", "pemimpin tiran", dan
seterusnya. Toh, predikat-predikat inilah yang dipercaya oleh sebagian umat
di luar Islam. Barangkali, ke depannya mereka pun akan minta konfirmasi
dari umat lain untuk memastikan bahwa Allah SWT itu tidak beranak dan tidak
diperanakkan.

Di sebuah stasiun televisi berlangganan, lulusan kampus-kampus 'Islam' ini
melakukan ulah yang lain lagi. Dalam sebuah rapat yang menjadi dasar dari
pembentukan sebuah saluran khusus Muslim, muncul sebuah urgensi baru, hingga
akhirnya salah seorang peserta rapat berkata, "Bisa nggak dikondisikan
supaya kita nggak usah shalat Zhuhur?" Yang dibicarakan di sini bukan soal
men-jama' atau meng-qashar shalat (yang pasti akan menuai kontroversi juga
untuk kasus semacam ini), melainkan soal meniadakan sebuah shalat wajib.
Padahal, lulusan kampus mereka banyak disanjung sebagai "cendekiawan
Muslim", "guru bangsa", "pembaharu", dan seterusnya.

Menanggapi vonis yang telah dijatuhkan untuk kasus video zina Ariel,
sebagian orang meradang di dunia maya. Menurut mereka, moral itu urusan
masing-masing, yang harus dihukum adalah pelaku penyebarannya saja.
Sebagian lagi mengatakan bahwa urusan korupsi lebih penting daripada perkara
kelamin. Malahan ada seorang 'cendekiawan' yang menyindir dengan mengatakan
bahwa kelak orang tua akan melarang anaknya untuk bercinta, tapi
membolehkannya untuk korupsi. Sebab, di negeri ini bercinta bisa dilarang,
tapi korupsi dibiarkan merajalela.

Sulit bagi kita untuk berimajinasi di titik mana kesalahan pengasuhan
terjadi pada orang-orang ini di masa kecilnya. Begitu jauhnya mereka dari
Islam, sehingga cara berpikirnya pun tidak ada lagi 'aroma Islamnya'.
Mengatakan bahwa korupsi lebih berbahaya daripada zina adalah sebuah
pernyataan tak berdasar. Tingkat korupsi di negara-negara Barat memang
lebih rendah daripada di Indonesia, namun tingkat perzinaannya jauh lebih
tinggi. Masalah yang ditimbulkannya pun tidak kalah menyeramkan daripada
korupsi. Itulah sebabnya Islam mensyariatkan hukuman yang sangat keras
terhadap perzinaan, baik ia direkam atau tidak, baik dipublikasikan atau
tidak. Dari penyakit kotor hingga runtuhnya rumah tangga; tak terkira
betapa besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh zina, apalagi zina yang
menginspirasi orang lain.

Yang tidak kalah mengherankannya lagi adalah metamorfosis dari zina ke
cinta, sehingga berzina pun bisa disebut bercinta. Padahal, cinta dalam
Islam itu begitu suci, bersih dari kenistaan, meliputi cinta kepada Allah
SWT, para Nabi dan Rasul, agama, Kitab-kitab Suci, orang tua, saudara, anak,
sahabat, istri dan seterusnya. Jika syahwat dilampiaskan di tempat yang
tidak semestinya, masih bisakah ia disebut cinta? Jika suatu perbuatan
menodai kecintaan kita pada Allah dan agama, masihkah ia pantas disebut
cinta?

Dalam sebuah majalah Islam, fenomena atheisme terselubung di kalangan
sebagian umat Islam Indonesia ini pernah diulas dalam laporan utamanya.
Menurut salah seorang sumber yang berhasil taubat dari lingkungan kaum
atheis bertopeng ini, mereka memang dengan sengaja mendorong diri
masing-masing agar berani untuk nakal secara intelektual, dan kadang-kadang
juga nakal secara seksual. Jadi, jika aktivisnya mencolek pipi
sekretarisnya, kumpul kebo dengan pasangannya selama bertahun-tahun, atau
secara terang-terangan menghalalkan zina, maka semua itu tidaklah
mengherankan.

Sangat disayangkan, orang-orang ini tidak berani untuk tampil jujur dan
mengakui ketidakberimanannya. Padahal, tak pernah ada paksaan untuk memeluk
agama Islam. Mau beriman silakan, hendak kafir pun silakan. Otoritas Allah
SWT tidak membutuhkan konfirmasi manusia. Surga telah diciptakan tanpa
menunggu permintaan dari manusia, demikian pula neraka telah diciptakan
tanpa mengindahkan protes dari para calon penghuninya. Telah jelas yang haq
dan yang bathil, sehingga kebenaran itu bisa dipahami oleh setiap manusia.
Tinggallah hati yang memutuskan; akan merengkuh kebenaran yang hakiki
ataukah tunduk pada syahwat yang serba sementara?

Atheisme terselubung ini ada di mana-mana, mungkin lebih dekat daripada yang
kita bayangkan sebelumnya. Mungkin ia telah masuk ke pintu rumah Anda, atau
menyelusup ke benak orang-orang yang Anda sayangi. Ingatlah bahwa hubungan
keluarga tidak bisa menyelamatkan kerusakan 'aqidah. Karena itu,
selamatkanlah siapa saja yang bisa Anda selamatkan. Kita tidak punya waktu
yang bisa dibuang percuma. Insya Allah, akan tiba waktunya kita
beristirahat dalam keabadian bersama orang-orang yang kita cintai.

wassalaamu'alaikum wr. wb.

http://akmal.multiply.com/journal/item/819

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment